“Kapan bisa bertemu,” desak Mustain.
“Sabar pak. Tapi kalau bapak mau, silahkan masukkan dulu duitnya dalam kotak ini, nanti akan saya sampaikan kepada Dinda Kanjeng, jadi biar didoakan dari jauh,” jelas penjaga.
Mustain tanpa banyak mikir, langsung memberikan uang tersebut. Dia ingin secepatnya dapat duit banyak, dan langsung percaya kepada perkataan penjaga.
Seluruh uang Mustain sekarang telah pindah kedalam kotak yang dibawa oleh penjaga ke dalam ruangan. Dan Mustain dipersilahkan istirahat disalah satu kamar yang disediakan.
“Paling lama dua hari saya bakal kaya raya,” kata Mustain dalam hati.
Sepanjang malam Mustain tidak bisa tidur, dia sudah menghayal bakal beli rumah baru, mobil baru dan berencana membawa orang dekat penguasa berlibur ke Hawai. Mustain tersenyum sendiri membayangkan dirinya bakal dipanggil Pak Menteri dan dikawal oleh mobil polisi.
Menjelang subuh, terdengar suasana riuh diluar kamar Mustain. Dia yang baru saja terlelap kembali terbangun, dan langsung respon melihat keadaan diluar kamar.
Ternyata ada belasan polisi yang sudah ramai dipekarangan padepokan. Mustain menjadi heran, kenapa polisi jadi ramai subuh begini. Dengan perasaan takut, Mustain masuk kembali kedalam kamar sambal mengintip dari celah-celah dinding kayu.
Dia terkejut saat melihat Dinda Kanjeng digiring polisi dengan tangan terborgol. Dibelakang Dinda juga ada beberapa orang pengawal yang ditangkap, tapi tidak ada wajah pengawal yang kemaren dia menitipkan uang.
Setelah polisi pergi, Mustain keluar kamar. Ternyata bukan hanya dia yang nginap disana, masih banyak yang lain tapi mereka satu tujuan untuk memperanakkan uang.
“Kenapa Dinda Kanjeng ditangkap,” kata Mustain.