Kali ini beda. Tak kulihat Nenek yang selalu memakai mukena. Dua minggu lalu Nenek meninggal dunia. Perasaanku saja, tadi Nenek membangunkanku. Nenek sudah seperti alarm yang siap membangunkanku, meski Nenek kini telah tiada.Â
Aku sendiri di rumah ini. Amanah Nenek, "Kalau Nenek meninggal nanti, makamkan di antara makan Datuk dan Bapakmu. Kamu jangan tinggalkan rumah ini. Hiduplah di sini. Di sini rumahmu". Begitulah pesan Nenek dulu.Â
Pagi ini kembali kukayuh sepeda. Melaju di jalanan lebar nan mulus. Kulihat banyak kendaraan hilir mudik. Katanya sih, mereka bekerja di perkantoran di IKN sana.Â
Kutengok ke arah rumah. Seolah ada Nenek tersenyum sembari berkata, "Andi, kejarlah cita-citamu."
Aku tersenyum, pandanganku kembali ke jalanan menuju sekolah.Â
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H