Saya tidak mau bercerita atau nambah-nambahi berita ada anak yang disiksa pengasuh di penitipan anak (jangan sampai).
Saya akan berbagi cerita pengalaman Saya mengelola penitipan bayi dan anak. (Semoga menginspirasi).
Satu setengah tahunan lalu, dimulai saat Saya, Istri, dan Jihan yang berusia 5 bulan bermain sore di jalan baru dekat perumahan. Sambil bermain cabut rumput, kami mendiskusikan rencana Jihan harus masuk penitipan atau mencari pengasuh buat di rumah. sambil bercanda, Saya pun bilang, "Sapa tahu nanti kita bisa membuat penitipan anak sendiri.". candaan itu pun diamini Istri dan JIhan. (Doa Ibu akan dikabulkan Allah, tapi jangan lupa minta doa anak istri kita jg)
Selang sebulan berikutnya (memang ini jawaban atas candaan doa kami), lewat seorang teman dikenalkan dengan Bu Dijah selaku pemilik Rumah. Singkat cerita, dibukalah TPA Sanggar Rubinha. Rubinha adalah nama almarhumah putri beliau yang belum lama meninggal. Permintaan menggabungkan nama Rubinha atas permintaan Bu Dijah sebagai bentuk kasih sayang beliau kepada almarhumah.
Berawal dari 4 anak saat itu, termasuk Jihan. ada kekhawatiran dalam diri Saya saat itu, apakah bisa diterima masyarakat atau tidak kehadiran kami. dengan bismillah tekad pun Saya bulatkan. berbekal delapan tahun pengalaman manajemen di Primagama pelan-pelan kami memperkenalkan diri pada masyarakat Samarinda. Alhamdulillah, saat ini anak-anak yang bergabung mencapai 30an anak.
Banyak hal yang Saya dapatkan dengan menjalankan usaha ini, tidak hanya sebatas materi.
Banyak tantangan yang harus dihadapi tiap kali ada anak yang daftar dengan karakter bawaan anak dari rumah. Menjadi tugas kami untuk menetralkan ketika ada kebiasaan-kebiasaan anak yang tidak pas. Beruntung anak-anak itu masihlah kecil, sehingga masih relatif mudah untuk menata dan mengarahkan anak.
Latar belakang orangtua sangat mempengaruhi perkembangan dan pembawaan anak. Pernah satu ketika, kami harus dipusingkan dengan anak yang suka memukul, menendang, dan menggigit temannya. Bahkan cenderung membahayakan. Sebulan dua bulan pembawaan itu tidak bisa ditangani. Kesempatan bertemu Bundanya Saya ajak diskusi, ternyata di rumah sang anak diperlakukan serupa oleh Bapaknya. (Anak berlaku seperti yang diperlakukan padanya).
Pernah satu ketika, anak yang  masuk dengan kebiasaan kata-katanya yang kurang pantas. setelah diskusi dengan Ayahnya (kebetulan bercerai) dimungkinkan itu bawaan selama tinggal dengan ibunya dengan ligkungan yang memang kurang baik. (Anak belajar menyerap dari yang didengar).
Terkadang, pas Saya santai melihat anak-anak bermain. melihat Adek Luna yang sekarang satu tahun menghampiri pintu dan bisa membuka kunci pagar (di bawah) dengan kakinya. Itu adalah kebiasaan Saya saat membuka pintu pagar bawah dengan kaki daripada menunduk. Saya pun tersenyum. (Anak belajar dari yang mereka sering lihat).
Sekarang, sesekali Saya pas longgar menemani anak-anak bermain pasar-pasaran (program kami mengajarkan anak-anak entrepreneurship sejak dini). Anak-anak Saya pahamkan apa itu uang, apa itu menjual, apa itu kaya, apa itu usaha dan lainnya. Dengan pengulangan-pengulangan kesekian kalinya, sekarang sudah ada konsep dalam diri mereka, saat ditanya orang cita-citanya, Jihan pengen jadi bos hotel sama Mall, Ka' Yasmin pengen jadi bos sapi (Saya masih belum menemukan jawabannya kenapa bisa milih sapi), Ka' Naya pengen jadi bos mukena, Ka' Ahmad pengen jadi bos Bus sama truk. itu yang saya ulang-ulang, dan kini mereka konsisten atas pilihan mereka dan belajar tanggung jawab atas pilihan mereka. (Anak belajar melalui bermain, pembelajaran bisa efektif ketika ada pengulangan-pengulangan. Fakta membuktikan seseorang yang sukses dalam usaha karena enjoy dengan yang ditekuni. Bukan hanya profit tapi juga kesenangan yang didapatkan).
Sama dengan lingkungan pendidikan lain, beragam anak beragam latar belakang orangtua. ada beberapa dari keluarga yang kurang beruntung karena Ayah Bundanya memiliki perbedaan prinsip (klasik sekali) sehingga harus terpisah (amint-amit). Anak dalam hal ini memang lagi-lagi yang terkorbankan. Dengan bernagai pendampingan alhamdulillah anak-anak itu menemukan keluarga yang hangat saat menganggap teman-teman dan Bunda-bunda di penitipan adalah keluarganya. Saya pun mendapat predikat Ayah (Alhamdulillah sudah bisa mencicipi rasanya punya anak banyak). (Mendapatkan kasih sayang merupakan hak anak, kita sebagai orangtua wajib memenuhinya, tanpa alasan capek kerja dan alasan lainnya).
Alhamdulillah Saya menemukan lingkungan seperti ini. Agar selalu berusaha menjadi orangtua yang baik. Saya bisa merasakan lagi manfaat belajar Psikolinguistik saat kuliah Pak Slamet (meskipun banyak ngantuknya karena belum tahu benar manfaatnya). Manfaat kuliah Teori Belajar Bahasa dengan Bu Handayani, dan mata kuliah lainya. (setiap ilmu ada manfaatnya, merasakan penting saat kita harus menggunakannya). Alhamdulillah, bisa belajar PAUD (meskipun cenderung lompat kolam) tapi ternyata kolam itu ada rasa yang sama antara Bahasa dan Pendidikan Usia Dini. (Tidak ada yang rugi saat kita menuntut ilmu dan belajar).
Inilah sepotong cerita, Sabtu pagi, setelah menerima Ayah Raisya yang konsultasi karena perkembangan motorik kasar, bahasa, dan sosialnya yang agak lambat.
Setiap anak istimewa terlebih bagi orangtuanya
Tugas kita mengistimewakan kepercayaan yang besar ini
Setiap anak memiliki potensi, yang diturunkan dari darah daging Ayah Bundanya
Namun, anak juga bukan bentuk jadi, kewajiban kita mewarnainya
Sadari dan hentikan apabila ada yang tidak pas dalam diri kita
Sebelum anak kita melihat, mendengar, dan mencontohnya
Selamat berakhir pekan. Salam hangat untuk anak tercinta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H