Disisi lain, masyarakat juga dipaksa dengan berbagai dogma agama. Hal ini dilakukan untuk mempererat persatuan para pendukung dan tidak lupa menjegal lawan politiknya. Dogma agama dan citra orang baik dalam perspektif agama memiliki nilai tersendiri bagi masyarakat Indonesia, masyarakat masih terlena dengan anggapan bahwa seorang yang baik agamanya tidak akan mampu merusak dan melakukan praktek culas terhadap manusia lainnya termasuk dalan persoalan politik. Padahal tidak sedikit ahli agama yang terjerat kasus hukum sebagai efek dari praktek politik yang culas. Hal ini terjadi, karena menjadi orang baik dan patuh pada agama hanya kamuflase untuk menutupi hasrat politik kuasanya. Pada taraf ini, orang baik dan patuh pada agama dalam persoalan politik praksis merupakan kesadaran palsu untyk mengelabui masyarakat.Â
Akhirnya, kita hanya berharap bahwa garis sejarah demokrasi melalui pemungutan suara dari partisipasi masyarakat akan menghasilkan pemimpin yang tidak hidup dengan kesadaran palsunya, pemimpin yang betul-betul mengabdi pada masyarakat bukan memperkaya diri dan koleganya, dan yang terpenting mampu mengemban amanah rakyat di pundaknya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H