Mohon tunggu...
ali hasan
ali hasan Mohon Tunggu... -

seseorang yang sedang belajar menulis secara baik dan benar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku, Kau dan surat Ayahku

3 Oktober 2012   21:37 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:17 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam yang dingin serasa menusuk kalbu tersirat hembusan angin sepoi-sepoi, aku duduk dibawah jendela sambil menatap langit yang dipenuhi bintang-bintang bertaburan diangkasa dengan penuh pesonanya terasa membuat diriku tertegun memandang indahnya ciptaan Tuhan.

Malam mulai merajuk dan hanyut dibumi pertiwi detak jarum jam juga suara jangkrik terdengar begitu keras, malam yang membuatku berdegup-degup seakan-akan jantung ini ingin keluar dari tempatnya, sekitar pukul 23.00 WIB aku teduduk di sebuah bangku kayu warisan kakekku yang sudah lusuh tak pernah dibersihkan, aku melamun membayangkan seorang yang ketika bertemunya jantung ini berdetak sangat kencang seorang wanita yang parasnya membuatku bertekuk lutut ketika aku memandangnya apalagi saat dia tersnyum pipinya yang lesung kelihatan sangat mempesona setiap lelaki yang meliriknya.

Aku bergetar untuk mengungkapkan isi hatiku padanya karena ada berbagai alasan yang membuatku berdiri tak berdaya mungkin dengan satu alasan yang membuat begitu berat yaitu sosok wanita yang selaluku idam-idamkan dia tak pernah mengenal bangku sekolahan sedangkan aku pelajar yang setia menaiki sepeda tua untuk pergi ke sekolah dan mencari ilmu setiap hari, mungkin itu hanya perasaan sombong yang selalu menghampiri seorang yang mendapatkan lebih dan aku yakin itu tidak menjadi penghalang kalau aku akan menjadikan orang yang sepesial dalam hidupku setelah orang tuaku sebenarnya perasaan ini sudahku bendung lama semenjak awal ketemu dipasar Bringharjo saat itu dia membantu ibunya untuk berjualan sayuran saat itu aku sedang disuruh Ibuku untuk membelikan sayuran dipasar Bringharjo dan saat itulah aku mulai terpesona oleh kecantikannya saat itu juga aku sering kepasar sebelum pergi ke sekolah hanya ingin memandangnya, lama-kelamaan aku ingin mengetahui dia sedekat mungkin sampai aku bertanya sama penjual disampingnya menanyakan dimana rumahnya, dia anak keberapa sampai aku mengetahui namanya panggilanya Wati nama lengkapnya Sulistyowati dan aku bertanya sama tetangganya kenapa dia nggak sekolah kata tetangganya dia tidak boleh sekolah nanti seperti orang Belanda orangnya pintar-pintar tapi mereka seenaknya saja mengambil hak-hak orang lain dan orang yang tidak salah mereka pukulin dan dari ayahnya katanya nggak usah sekolah natinya juga menjadi petani seperti ayahnya dari itu cintaku semakin membuncah kekuatan cinta yang ada dalam diri ini tak bisa dibendung dan kekuatan cinta yang begitu besar membuat bendungan yang kubangun jebol dan akhirnya aku merencanakan sebuah misi untuk esok hari yaitu sepulang sekolah aku akan menacarinya dan akan kuajak dia pergi ke Tamansari sebuah bangunan tua yang indah ditengah-tengah kota Yogyakarta dan disanalah aku akan menumpahkan semua isi hatiku kalau aku mencintainya.

Seorang wanita yang begitu menawan parasnya yang semangat menjalani hidup penuh perjuangan dan dia tak pernah putus asa dalam kehidupan ini. Tak lama kemudian aku berdiri dan berdoa semoga rencanaku besok sukses, tubuh ini terasa letih dan aku sedikit demi sedikit mencoba merebahkan badanku diatas kasur yang sudah tidak empuk lagi, aku terlelap dan terbang melayang-layang. Saat tertidur pulas aku merasakan kedatangan sesosok yang bertubuh tinggi, besar dan gagah perawakan yang tak asing lagi untukku beliau adalah ayahku dengan senyumannya yang ikhlas yang dihiasi seragam tentara yang selalu beliau pakai saat bertugas, beliau menghampiriku dengan penuh senyumannnya saat aku mau memegangnya beliau langsung hilang entah kemana, beliau adalah sesosok yang paling kukagumi sebagai tentara beliau bisa membagi waktu untuk Negara dan keluarganya, beliau sangat alim dan sopan santunnya diakui oleh teman-temannya dan sayang ayahku telah meninggalkan aku dan ibuku semenjak kejadian janur kuning yang dipimpin Jendral Soedirman beliau tertembak dan seketika .

Saat wajahnya Wati datang dan menyapaku didalam mimpi tiba-tiba suara yang lembut membuatku bangun dan agak kaget karena ibuku masih memakai mukena sudah didekat kukira setan, “Darso….. dah subuh bangun…..” kata ibuku

“ya buk…..” jawabku sambil malas-malasan diatas kasur yang sudah lapuk.

Setelah ibu membangunkanku dari tidur yang lumayan indah aku langsung pergi kekamar mandi dan setelah itu langsung bersujud dan bersimpuh dihadapan Ilahi sampai mentari sudah melihatkan sinar-sinarnya yang sangat indah.

Mentari pagi mulai beranjak dan semua pergulatan baru akan dimulai, aku hari ini mempunyai sebuah misi suci yaitu mencari Wati dan mengajaknya ke Tamansari dan disitu aku mengeluarkan seluruh isi hatiku dengan berbagai gombalan yang akan kukeluarkan dan semoga dia luluh dan dia menerima cintaku, dia juga menerimaku apa adanya, doaku saat aku akan pergi ke sekolah. Pukul 06.00 WIB aku sudah bersiap-siap untuk menyambut perjalanan hidup pagi ini. Tepat pukul 07.00 WIB aku berangkat ke sekolah dengan sepeda onthel pemberian ibuku. Kukayuh sepeda yang berwarna hitam. Sesampainya di sekolah aku berusaha untuk berkosentrasi dengan pelajaran tetapi aku selau dibayang-bayangi wajah Wati yang membuatku bertekuk lutut dengan parasnya yang sangat anggun. Sepulang sekolah aku langsung mencari Wati di Pasar Bringharjo setelah itu aku langsung mengajaknya ke Tamansari di sana aku mencoba bercanda dan bergurau untuk mendinginkan suasana, agak lama aku mulai menyatakan isi hatiku, aku bilang aku mencintainya dan dia agak malu-malu menerima cintaku. Tak lama kemudian dia membalas cintaku dengan kata-katanya. Aku juga mencintaimu setelah kami berbicara gombal. Aku dan Wati langsung pulang dia menyuruhku untuk mengantarnya untuk ke pasar setelah dari pasar aku langsung pulang. Sesampainya di rumah aku dimarahi ibu dan ditanyai kenapa pulang terlambat sampai sore, padahal kamu hari ini janji mau membersihkan gudang belakang. setelah itu aku mandi dan pergi ke gudang belakang. Disitu aku memberihkannya dengan hati-hati karena disitu banyak barang ayahku yang tersimpan rapi. Kemudian aku menemukan sepucuk surat ayahku yang tertanda untuk diriku disitu aku membukanya dan membacanya.

Untuk anakku

SUDARSO

Yang aku sayangi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun