Ketika sedang asyik melihat-lihat video pendek di platform "tiktok", perhatian saya tertuju pada video yang merekomendasikan salah satu film serial di Netflix berjudul "Caliphate". Tanpa pikir panjang saya pun memasukkan serial ini ke dalam list film yang wajib ditonton di waktu senggang. Dan akhirnya terwujudlah azam saya untuk menonton film serial ini secara keseluruhan pada akhir pekan lalu.
Film besutan Netflix dan Sveriges Television asal Swedia ini berusaha mengupas seluk-beluk kehidupan kelompok radikal Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS) dari berbagai sudut pandang cerita, baik dari internal kelompok itu sendiri maupun eksternalnya.
Awal mula kisah mengenai 3 perempuan tokoh utama yang memiliki latar berbeda tetapi saling terhubung satu sama lain. Pertama adalah Pervin, seorang perempuan muda asal swedia yang telah berada di Raqqa, Suriah bersama suaminya menjadi anggota ISIS. Kemudian Sulle seorang pelajar SMA beragama Islam yang masih labil dan awam akan agama. Dan terakhir yaitu Fatima sebagai agen di badan keamanan nasional Swedia.
Secara garis besar film ini bergenre thriller kriminal dengan 8 Episode dan menyuguhkan ketegangan drama di setiap eposidenya, seperti contoh yaitu usaha Pervin untuk kabur dari kelompok ISIS karena merasa bahwa ekspektasinya terhadap kehidupan yang bagus di lingkungan ISIS runtuh dengan realita yang ada. ISIS sangat mempersempit ruang gerak wanita dan cenderung keras dalam membuat aturan.Â
Usaha ini pun dibantu oleh detektif Fatima dari badan keamanan nasional. Tak jarang pula emosi saya terkuras karena Ibbe atau Ibrahim Haddad dengan segala kelicikannya yang merupakan perekrut ISIS di SMA tempat Sulle belajar.Â
Sekedar informasi, Wilhelm Behrman selaku penulis naskah film mengaku ide ceritanya terinspirasi dari kasus 3 Siswi muda dari Akademi Bethnal Green di Inggris yang hijrah ke Raqqa, Suriah demi bergabung kelompok ISIS. Hal ini disebabkan oleh tingkah oknum ISIS yang merekrut dan mencuci otak mereka dengan paham islam radikal.
Oleh karenanya, kami ingin menyajikan beberapa gambaran doktrinisasi paham radikal yang dilakukan oleh tokoh Ibbe dengan dibantu oleh Ghaddah, rekan wanitanya yang juga perekrut ISIS di Swedia. Paham-paham radikal ini tentunya sangat bertentangan dengan ajaran islam sesungguhnya yang tentram dan menjunjung tinggi kedamaian.
1.Pendekatan personal secara persuasif
Hal pertama yang dilakukan oleh perekrut ISIS dalam film ini (Ibbe) adalah mendekati calon korban secara personal. Ibbe yang merupakan asisten guru di SMA tersebut otomatis memiliki pesona dan wibawa tersendiri sehingga murid SMA amatlah segan padanya.Â
Dengan modal tersebutlah Ibbe beraksi. Target yang dituju biasanya siswa yang memiliki tendensi ketertarikan terhadap isu-isu berkaitan agama islam seperti Sulle dan Kerima. Hal ini tercermin saat scene Ibbe mendekati Sulle yang notabene beragama islam dan amat mengikuti isu mengenai Israel-Palestina secara personal dan persuasif.Â
Agak mirip dengan Sulle, Kerima didekati oleh Ibbe dengan modal kebaikan dimana ia memiliki masalah dengan ayahnya yang tempramental dan diperbolehkan menginap serta berlindung di rumah Ibbe. Dengan pendekatan yang amat rapih dan halus tersebut Ibbe pun dapat menarik hati Sulle dan Kerima untuk bergabung ke dalam kelompoknya.
2. Penanaman ajaran Islam radikal dengan perlahan
Setelah mulai berteman baik dengan para korban sasarannya, para perekrut ISIS ini mulai menanamkan ajaran-ajaran islam yang melenceng. Awalnya ajaran ini terasa manis dan sesuai dengan koridor seperti pemakaian hijab atau mengajarkan cara salat,Â
Namun lama kelamaan ajaran ini dibumbui dengan radikalisme yang melenceng. Para korban diberi konsumsi ajaran jihad yang salah seperti tontonan peperangan serta kekerasan dan juga diberikan doktrin kebencian terhadap para non muslim.
3. Janji-janji manisÂ
Langkah ketiga yang amat mempengaruhi para korbannya adalah dengan janji-janji manis yang akan didapatkan ketika telah menjadi anggota ISIS. Dalam film ini digambarkan ketika Ghaddah (teman perekrut perempuan teman Ibbe) menyebutkan janji-janji manis terhadap para korban.Â
Kehidupan yang layak, Rumah yang megah, dan Suasana yang tentram merupakan beberapa contoh janji manis yang Ghaddah lontarkan. Hal tersebut pastinya hanya kebohongan belaka demi memperdayai korbannya karena realitanya kehidupan ISIS amatlah kelam dan keras.
Lewat cara-cara diatas para perekrut ISIS ini mendapat banyak korban yang bisa diperalat untuk kepentingan kelompoknya. Di film ini Sulle dan Kerima dimanfaatkan agar pindah ke Suriah demi menjadi pasangan bagi para anggota kelompoknya, sedangkan Jacob, Emil, dan Miryam dimanfaatkan untuk melaksanakan serangan teror di tempat-tempat strategis di Swedia.
Film ini amat saya rekomendasikan bagi penikmat film yang menegangkan dan menguras emosi karena drama ceritanya terbilang cukup apik dan menarik sehingga tidak membuat penonton bosan dengan alurnya.Â
Namun yang saya sayangkan, Â film ini "seakan-akan memberikan wawasan bahwa islam adalah agama yang keras dan "radikal" serta tidak adanya penjelasan atau gambaran jelas dalam film ini terhadap ajaran islam sesungguhnya yang damai dan tidak mengajarkan radikalisme.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H