Mohon tunggu...
Alif Syuhada
Alif Syuhada Mohon Tunggu... Penulis - Blogger

https://alifsyuhada.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bahagia dengan Berbagi Pisang, Sebuah Diari Singkat Desember 2020

31 Desember 2020   19:31 Diperbarui: 31 Desember 2020   21:23 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku tiba di kantor JNE Purwokerto lalu duduk menunggu antrian. Pikiranku tak tenang mengingat baktiku pada kedua orang tua yang belum kunjung bisa kuwujudkan, bahkan untuk sekadar menengok mereka di rumah. Padahal, aku telah berjanji akan meringankan beban biaya sekolah adik-adiku yang ditanggung mereka. Aku merasa telah gagal menjadi anak yang dibesarkan dengan susah payah oleh mereka.

"Oh iya mas, khusus tanggal 25 Desember 2020, kita gratiskan ongkos pengiriman ke seluruh wilayah" Mbak teller JNE mengakhiri penjelasan informasi layanan dan harga di JNE dengan kabar menarik tersebut. Aku menyimak informasi yang ia berikan dengan pikiran masih terpaku pada kedua orang tuaku.

"Oh ya? Wah menarik sekali, Saya bawa informasi ini ke teman-teman kelompok tani di rumah." Layanan gratis pengiriman barang itu begitu menarik. Entah mengapa kemudian ada sesuatu yang membuat promo JNE itu terasa begitu personal dan intim bagiku pribadi. Aku tak pernah merasa sedemikian dekat ketika mendapat tawaran promo menarik lainnya. Namun apa yang membuatnya special?

Aku terus dibuat heran oleh perasaanku sendiri sampai saat kupegang keranjang buah pisang, aku pun terkaget menyadari sesuatu.

"Ya ampun! Semua orang bisa jadi Sinterklas dengan layanan ini!" sesampai di rumah kelompok tani, aku bergegas meraih kertas dan pulpen. Kuputuskan untuk mengirim satu sisir buah pisang kepada ayah dan ibu di rumah serta sebuah surat untuk menjawab rasa kangen mereka. 

Buah pisang tentu tak seberapa harganya, namun melalui surat ini, aku ceritakan bahwa aku telah menunaikan amanah mereka untuk menjadi manusia yang berguna kepada sesama. Buah pisang inilah yang akan bercerita.

Maaf anakmu belum bisa pulang dan mengirim uang. Setidaknya, pahala amal perbuatan baik di perantauan ini yang baru bisa kubaktikan. Sebuah oleh-oleh tak kasat mata untuk ayah dan ibu di rumah. Semoga ini kado terbaik di 25 Desember tahun ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun