Mohon tunggu...
Alif Syuhada
Alif Syuhada Mohon Tunggu... Penulis - Blogger

https://alifsyuhada.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bahagia dengan Berbagi Pisang, Sebuah Diari Singkat Desember 2020

31 Desember 2020   19:31 Diperbarui: 31 Desember 2020   21:23 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beruntung! ketegangan dan perasaan tak karuan beberapa saat itu terhenti setelah aku teringat pada tumpukan pisang tak laku di keranjang motor. Banyak pisang buah yang masih lumayan bagus, setidaknya jika dinominalkan, satu sisir buah pisang bernilai lebih dari sekedar recehan atau ribuan rupiah yang biasa ia terima. Aku pun bergegas mengambil satu sisir pisang raja dan memberikan padanya.

"Ini pak, pisang organik, biar ibu selalu sehat dan semangat" ujarku padanya.

"Terimakasih nak, semoga lancar rejekinya dan laris dagangannya nak." Kira-kira begitulah balasnya dalam bahasa Jawa halus. Bapak pengemis itu berlalu dengan sepasang mata yang sejuk dan tak pernah kulupa, yakni sepasang mata yang baru saja disirami harapan hidup.

Berbagi Pisang, Caraku untuk Bahagia dan Membahagiakan Orang yang Membutuhkan

Setelah kejadian di pertigaan lampu merah itu, aku menemukan cara untuk meredam api neraka yang membakarku hidup-hidup. Kebencian kesengsaraan, penderitaan adalah neraka yang hanya bisa kita padamkan dengan cinta dan kasih sayang.

Ekspresi cinta bisa kita lakukan dengan berbagi. Melalui berbagi, kita tidak hanya sedang membahagiakan orang lain, namun juga mengobati diri sendiri, menyembuhkan hati kita yang terluka.

Berbagi dan memberi membuat siapapun merasa dicintai sehingga ia akan mencintai diri dan nasibnya. Cinta sangat penting untuk membuat orang memiliki semangat hidup walau ribuan luka telah menggores. Apakah kau memahaminya seperti ini juga kawan?

Sejak pengalaman dan pemahaman ini kuperoleh, aku sering membagikan pisang ke orang-orang yang kurang beruntung di kota. Anehnya, aku tak merasa rugi dan tak lagi membenci pisang-pisang yang tak laku. Aku justru merasa damai penuh di rongga dada.

Aku juga lebih bersemangat di tengah sulitnya ekonomi menyerang seperti saat ini. Aku bahkan berangan-angan, kelak jika aku telah berhasil, akan kubuat spot-spot buah gratis untuk orang-orang bernasib tak beruntung dan menyantuni anak yatim piatu. Mereka harus selalu sehat dan memiliki harapan untuk mengatasi hidup.

Di tengah asyik berkhayal tentang rencana menarik diatas, sebuah pesan Whatsapp dari ibuku masuk. "Nak, kapan kamu pulang? Ibu sudah kangen" begitu bunyi pesan itu. Pesan itu menghujam jantungku.

Rasa lesu kembali menyerang mengingat sudah hampir setahun di perantauan aku belum menjenguk kedua orang tua di rumah. Selain pandemi Covid 19 menahanku di tanah rantau, aku tak punya cukup uang untuk pulang. Bahkan, aku justru mengurangi penghasilanku untuk dibagikan kepada orang lain. Ya ampun!

Semua Orang Adalah Sinterklas

Aku terus memikirkan ayah dan ibu sepanjang jalan mencari kantor-kantor agen pengiriman barang. Semalam, kelompok tani menugaskanku untuk mensurvei harga dan jenis layanan yang disediakan oleh berbagai agen pengiriman di Purwokerto yang bisa digunakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun