Mohon tunggu...
Alif Setiawan
Alif Setiawan Mohon Tunggu... -

Hidup segan, mati nanti dulu..

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Subculture Gamers Dalam Dunia Hiburan

9 Desember 2015   00:13 Diperbarui: 9 Desember 2015   15:41 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Video game sekarang terus berkembang mengikuti pesatnya perkembangan teknologi yang mendorong berbagai sektor untuk melaju cepat menuju potensi yang paling maksimal. Permainan yang berbasis audio dan visual ini bahkan telah melahirkan kebudayaan (culture) atau tepatnya kebudayaan bagi sebagian orang atau kelompok (subculture) di tengah-tengah masyarakat modern dunia.

Semakin dekatnya video game maupun komputer game di tengah masyarakat dunia, maka subculture itu dengan sendirinya akan mempengaruhi kebudayaan populer lainnya dan pada akhirnya akan menggandeng sejumlah sektor. Semisal, sektor hiburan, khususnya dunia perfilman, televisi dan musik guna mengeksplorasi subculture yang sudah ada.

Pengaruh game di dunia film

Jika diingat-ingat, sudah sejak lama subculture gamers mempengaruhi layar lebar, sebut saja Lara Croft: Tomb Raider yang diangkat ke layar lebar dan diperankan oleh Angelina Jolie, Resident Evil yang diperankan oleh Mila Jovovich serta masih banyak lagi film-film yang dipengaruhi subculture gamer. Sedangkan di tahun 2015 sendiri, setidaknya ada dua film yang dipengaruhi subculture gamer lahir di Holywood, yaitu Pixels dan Hitman: Agent 47.

Pixels adalah film komedi yang mengangkat tema video game. Film ini bercerita tentang serangan alien ke bumi dengan menggunakan tokoh-tokoh game untuk mengmabil alih bumi dari manusia. Film ini membawa karakter-karakter dari game tahun 70-80an seperti Pacman, Space Invader dan Don King Kong yang populer di era pertama perkembangan game.

Diperankan oleh Adam Sandler, aktor Holywood spesialis film komedi keluarga ini memang kurang meraih sukses. Film ini jelas dipengaruhi subculter gamer yang mengincar pasar utama para pecinta game retro. Hal itu jelas terlihat dari poster-poster film Pixels.

Pengaruh game di pertelevisian

Sebenarnya, jika ditelaah lebih dalam, dunia hiburan dan subculture gamer saling berhubungan. Dimana game mempengaruhi hiburan, dan hiburan memegang erat dunia game. Sebut saja film-film kartun seperti Dragonball yang kemudian dibuat game-nya, Star Wars, Batman dan masih banyak lagi film-film yang dibuatkan permainannya.

Jika di dunia perfilman subculture game sudah menjamur sejak lama, di dunia pertelevisian juga sebenarnya sudah cukup lama, namun tidak sekuat di dunia film. Pasalnya, di pertelevisian, gamer subculture tidak pernah menjadi tema, hanya sekedar sub-tema.

Sebagai contoh, satu buah serial televisi Amerika Serikat yang berjudul The Big Bang Theory. Serial ini berfokus pada empat orang ilmuan yang begitu dekat dengan subculture gamer, seperti film, komik dan game itu sendiri, akan tetapi tersamarkan dengan aktifitas dan hubungan sosial mereka.

Karakter dalam serial ini diciptakan untuk selalu dekat dengan subculture gamer, mulai dari game online dan game LAN. Semua hal tersebut selalu dicirikan lewat perilaku karakter yang kekanak-kanakan jika dibandingkan dengan norma sosial yang ada, pakaian-pakaian yang bertemakan game, film dan superhero dari komik dan sebagainya selalu dekat dengan serial ini.

Pengaruh game di dunia musik

Mungkin dari ketiga contoh yang diberikan, pengaruh subculture gamer di dunia musik adalah yang paling lemah. Karena di dalam game kebanyakan, musik yang disajikan adalah musik-musik komposer atau musik yang sama sekali normal.

Satu-satunya subculture gamer yang mempengaruhi musik adalah game tahun 70-80an seperti Mario Bros yang memiliki suara unik dan melekat di masyarakat sebagai suara dari game.

Pemusik yang karyanya dipengaruhi subculture game memang tidak banyak, tapi juga tidak sedikit. Di Indonesia misalnya, ada beberapa band yang musiknya dipengaruhi subculture gamer, salah satunya adalah Bottlesmoker, duo pemusik asal Bandung, Jawa Barat.

Bottlesmoker adalah duo dinamik elektronik yang mengkomposisi musik-musik elektronik dan jelas dipengaruhi subculture gamer. Alat-alat musik yang digunakan untuk menghasilkan musiknya juga berbeda dari musisi kebanyakan. Mereka banyak menggunakan glockenspiel, hand bell, melodika dan beberapa alat khusus yang sengaja dibuat untuk menghasilkan bunyi seperti yang dikeluarkan dalam game konsol Nitendo DS.

Di Indonesia sendiri Bottlesmoker adalah grup yang cukup dikenal muda-mudi pecinta musik meski mereka tidak pernah tampil di televisi. Musik yang mereka hasilkan juga banyak dicintai oleh label luar negeri, seperti Neovinyl Records dari Spanyol, Probablyworse Records dari AS dan lain sebagainya.

Personel Bottlesmoker, yaitu Anggung Kuy Kay (Angkuy) dan Ryan Nobie Adzani (Nobie) awalnya menggarap proyek eksperimental musik mereka di kamarnya menggunakan alat-alat seadanya, hingga akhirnya saat ini mereka meraih sukses menjadi salah satu band yang membanggakan dunia musik Indonesia di ajang internasional dan telah banyak meraih penghargaan di berbagai ajang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun