Wilayah pesisir  kaya akan sumber daya alam, menjadi jembatan antara darat dan laut, serta mempunyai potensi besar untuk pengembangan ekonomi dan pariwisata. Salah satu ekosistem terpenting di wilayah pesisir adalah hutan mangrove. Hutan ini tidak hanya melindungi pantai dari abrasi dan intrusi air asin, tetapi juga berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekologi, menyediakan habitat bagi berbagai spesies, menyimpan karbon, dan  berkontribusi terhadap mitigasi perubahan iklim. Selain itu, hutan mangrove memiliki nilai ekonomi dan pariwisata yang tinggi serta memberikan peluang bagi masyarakat lokal untuk berpartisipasi dalam kegiatan ekowisata  berkelanjutan.  Â
Kota Balikpapan sebagai salah satu kota pesisir  Provinsi Kalimantan Timur mempunyai potensi yang besar untuk pengembangan ekowisata mangrove khususnya di wilayah Kaliangau. Kaliangau merupakan salah satu kecamatan di kabupaten Balikpapan Barat yang memiliki ekosistem mangrove yang cukup luas dan beragam. Menurut  Dinas Lingkungan Hidup Kota Balikpapan(KLHK Kota Balikpapan, 2015), luas hutan mangrove di Kaliangau kurang lebih 543 hektar. Potensi ini memberikan peluang besar bagi pengembangan ekowisata mangrove. Hal ini tidak hanya membawa manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal, namun juga dapat menjaga lingkungan dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga ekosistem mangrove.Â
Namun pengembangan ekowisata mangrove tidak lepas dari peran serta masyarakat pesisir. Mengintegrasikan pengelolaan ekosistem mangrove dengan pemberdayaan masyarakat pesisir merupakan kunci untuk mencapai ekowisata  berkelanjutan. Masyarakat lokal perlu dilibatkan dalam seluruh tahapan pembangunan, mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan, sehingga mereka dapat merasakan manfaat langsung dari ekowisata dan berperan aktif dalam menjaga lingkungan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menggali potensi integrasi  pengelolaan mangrove dengan pemberdayaan masyarakat pesisir di kawasan Kaliangau untuk mempromosikan ekowisata pesisir di kota Balikpapan. Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran menyeluruh mengenai keadaan ekosistem mangrove, profil sosial ekonomi masyarakat pesisir, dan potensi ekowisata yang ada.
- Kondisi Ekosistem Mangrove di Kawasan KariangauÂ
Kawasan Kariangau memiliki ekosistem mangrove yang cukup luas dan beragam. Berdasarkan data dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Balikpapan (KLHK Kota Balikpapan, 2015), luas hutan mangrove di Kariangau mencapai sekitar 543 hektar. Studi yang dilakukan oleh Warsidi (Warsidi & Endayani, 2007) mengidentifikasi setidaknya 13 jenis mangrove yang tumbuh di kawasan ini, dengan jenis dominan meliputi Rhizophora apiculata, Sonneratia alba, dan Avicennia alba. Kondisi ekosistem mangrove di Kariangau relatif baik, namun menghadapi beberapa ancaman. Menurut laporan Bappeda Kota Balikpapan (2023), sekitar 15% area mangrove di Kariangau mengalami degradasi akibat konversi lahan untuk kepentingan industri dan pemukiman. Hal ini menjadi tantangan dalam upaya konservasi dan pengembangan ekowisata mangrove di kawasan tersebut.
- Potensi Ekowisata Mangrove di KariangauÂ
Kawasan mangrove Kariangau memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai destinasi ekowisata. Menurut studi yang dilakukan oleh (Nita Yuliana, 2019), terdapat beberapa potensi wisata yang dapat dikembangkan, antara lain:Â
1. Tracking mangroveÂ
2. Wisata edukasi konservasi mangroveÂ
3. Wisata kuliner berbasis hasil lautÂ
4. Wisata budaya masyarakat pesisir