Mohon tunggu...
Alif Lambang Mujiburrahman
Alif Lambang Mujiburrahman Mohon Tunggu... Freelancer - Djakarta Blogger

C'est La Vie

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: The Leader II

20 Juni 2023   18:12 Diperbarui: 14 September 2023   00:47 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://commons.m.wikimedia.org/wiki/File:Red_Color.jpg

GENRE: CRIME

Mei 1985, Ale baru saja menghadiri pemotongan pita atas peresmian Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Tangerang Selatan, Jawa Barat, namun ia bergegas untuk meninggalkan arena tersebut untuk menghadiri ulang tahun putranya, Andy yang ke-4. Ia pun tiba di kediamannya di Pondok Indah, Jakarta Selatan dan di rumahnya sudah ada beberapa keluarganya yaitu istrinya Diana dan putri kecilnya Sofia, Tommy, Ibunda Morgana, John dan kekasihnya seorang peragawati Mariana Darwin, serta Thalia dengan kekasih barunya yang merupakan aktor pendatang baru, Frankie Trunojoyo. Serta pamannya yang merupakan kakak kandung dari Petra, Micky Setiawan.

Pagi harinya, saat Ale ingin pergi ke Departemen Pertahanan dan Keamanan untuk membahas proyek yang akan dikelolanya, ia harus menghadapi percobaan pembunuhan di perjalanan yang membuat dirinya harus mengasingkan diri. Ale pun memilih Yogyakarta dan ia menemui mitra lama ayahnya, Roy Suroadiningrat. Roy pun menyambut kembali kerjasama antara keluarga Hadiwijaya dengan dirinya, serta Roy juga mengajak Ale untuk menemui rekan bisnisnya Dorman Fachrazi yang mempunyai koneksi dengan Presiden Filipina, Ferdinand Marcos. Ale pun menyetujuinya dan mereka akan berangkat pada Desember 1985. Dirasa sudah aman, Ale pun kembali ke Jakarta.

Saat Ale baru tiba dikediamannya, Anggota DPR/MPR RI menemuinya, orang tersebut bernama Gustav Ridhuan. Anggota legislatif tersebut meminta agar klub malam yang dimiliki oleh Keluarga Hadiwijaya yaitu Starlight ditutup demi kenyamanan dan ketertiban bersama. Gustav pun menyayangkan sikap Ale yang notabene merupakan koneksi terdekat Cendana dan Gustav pun akan merencanakan untuk mengajukan rapat anggota dengan Ale untuk membahas masalah ini. Namun, Ale pun menyuruh Ricardo dan Leonardo sebagai algojo untuk membunuh Gustav. Gustav pun tewas terbunuh di kediamannya di Bulungan.

Ale pun berencana untuk mengajak kakaknya yaitu John untuk pergi ke Manila menemui Roy dan Dorman. Tapi, beberapa hari sebelum berangkat, kekasih John yaitu Mariana dinyatakan tewas tertembak oleh orang yang tidak dikenal. Micky, pamannya mencurigai bahwa penembakan tersebut adalah siasat dari Roy untuk segera bekerjasama dengan Ale dan menguasai saham keluarga Hadiwijaya. Namun, Ale masih mempunyai firasat baik terhadap Roy, namun Micky tidak.

Ale dan John pun berangkat ke Manila melalui Bandara Soekarno-Hatta dan menggunakan fasilitas negara sehingga mereka dianggap sebagai tamu kenegaraan di Filipina. Ale juga menitipkan keluarganya kepada Tommy. Ale, Roy, John, dan Dorman pun mengadakan pertemuan di kediaman Dorman yaitu di kompleks istana negara Filipina. Dorman merupakan salah satu orang kepercayaan Presiden Marcos. Sementara itu pamannya, Micky, mengejar penerbangan ke Manila untuk mengetahui bisnis apa yang dibicarakan antara Ale dan Roy.

Perayaan Tahun Baru 1986 pun berlangsung meriah juga mencekam. Di luar Manila terjadi pemberontakan yang menginginkan pemerintahan Marcos digulingkan, Ale pun yang sedang berada di hotel tiba-tiba menemukan dokumen yang tidak sengaja terbawa dengan kesepakatan bisnis antara Roy dengan Keluarga Hadiwijaya. Isi dokumen tersebut menegaskan bahwa "Kesepakatan ini hanya ingin menyenangkan keluarga Hadiwijaya, keuntungan dan perihal lainnya 70% akan diambil oleh Roy Suroadiningrat, selaku kepercayaan kerabat Yogyakarta". Dan terdapat foto antara John dengan Dorman pada tahun 1980, dan dibawahnya terdapat tulisan "Akuisisi Klub "Starlight" oleh Roy Company" kedekatan antara John dengan Roy yang tidak diketahui oleh Ale, membuat Ale kecewa bahkan menganggap John sebagai pengkhianat keluarga Hadiwijaya. Di samping itu, Micky terus menerus mengawasi gerak-gerik Ale di Manila.

Februari 1986, Marcos mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Presiden setelah adanya aksi damai di Manila dan Corazon Aquino naik sebagai presiden. Ditengah-tengah revolusi tersebut, Ale meninggalkan Manila sendiri tanpa bersama John, sedangkan John menggunakan pesawat terpisah dengan Ale. John tau bahwa Ale sudah mencurigainya dan Ale akan marah besar kepadanya. Micky pun menumpang dengan rombongan KBRI Filipina untuk terbang ke Jakarta.

"Mengapa kau mengkhianatiku, John ?" Tanya Ale

"Aku tidak bermaksud begitu, Ale" Jawab John

"Kau. Kau Bajingan. Kau merusak semua bisnisku. Kau menghancurkannya. Apakah aku akan menerima seorang Bajingan dalam keluarga ? Tentu tidak, John." Tegas Ale

"Kau tau mengapa aku melakukannya ? Itu karena aku kehilangan kehormatanku, aku kehilangan sudut pandangku sebagai kakak. Yang Tertua. Yang Dihormati. Aku tidak bodoh, Ale, Aku tidak bodoh. Lihat, jika aku tidak memanfaatkan situasi ini, apa yang akan terjadi, tidak akan ada kontrak bisnis, Ale, tidak ada. Oh ya, aku lupa memberitahumu, jika Mariana adalah tumbal dari bisnis Roy, kenapa aku merelakan kekasihku dibunuh olehnya ? Agar mereka bisa bekerjasama lebih lanjut denganmu, menguasai saham Hadiwijaya, dan mereka memilikinya. Aku tidak bodoh, Ale, Kau yang bodoh. Kau tidak bisa membaca situasi. Sekarang aku tanya, setelah Marcos digulingkan, apakah mereka pulang ke Indonesia, tidak Ale, mereka akan pulang jika mereka selesai menikmati uang kontrakmu. Sekarang, kau renungkan dan aku akan pergi ke Bali untuk mengurus resorku." Timpal John

Mengetahui hal tersebut, Ale menyuruh Leonardo untuk menyambut kedatangan Roy dan Dorman di Bandara Soekarno-Hatta. Awal 1987, Roy dan Dorman datang ke Jakarta setelah permintaannya kepada Filipina untuk berganti kewarganegaraan ditolak dan suaka mereka ke Australia juga ditolak. Roy dan Dorman pun ditembak setelah dibuntuti oleh Leonardo dan Ricardo, aksi saling tembak menembak pun terjadi di jalan. Leonardo ditembak oleh Rocky, Ricardo membalasnya dengan menembak Rocky tepat di kepalanya yang membuat mobil tersebut terguling dan terbakar. Leonardo pun dimakamkan di TPU Pondok Indah.

Sang paman, Micky, ternyata berkomplot dengan BIN dan membocorkan rahasia bisnis Ale bahkan eksekusi-eksekusi yang telah dilakukan oleh Ale. BIN pun menyelidiki ucapan dari Micky dan ternyata BIN juga menaruh curiga terhadap Ale. Penyelidikan pun dimulai.

Ibunda Ale, Tommy, John, dan Thalia, Morgana, meninggal dunia akibat komplikasi yang dideritanya. Morgana meninggal di usia 65 tahun. Morgana pun dimakamkan di Kalibata disamping makam suaminya, Mario. Pernikahan kedua antara Thalia dan Frankie akhirnya disetujui oleh Ale, setelah Ale terus menerus menolak permintaan mereka berdua. Nasib pun berbanding terbalik dengan John, yang permintaan maafnya tidak dikabulkan bahkan John dianggap pengkhianat oleh Ale.

"Ale, Ale, tolong maafkan aku, aku salah, aku salah memposisikan diriku di keluarga. Tolong maafkan aku, maafkan aku." Pinta John sambil menangis

"Baiklah, aku memaafkanmu." Jawab Ale dengan raut terpaksa dan memeluk John layaknya saudara.

Konflik terus menerus terjadi di Keluarga Hadiwijaya, Diana terus menerus cekcok dengan Ale karena ia tidak mau melibatkan diri di bisnis kotor Ale, ia juga menghindari anak-anaknya tersebut dari bisnis kotor Ale.

"Aku tidak akan membiarkan, anak-anakku ikut terlibat dalam bisnis jahannammu, tolong jauhi aku." Pinta Diana

"Lancang sekali mulutmu, wanita kurang ajar." Amarah Ale sambil memukul pipi Diana yang mengakibatkan lebam di pipinya.

Awal tahun 1989, Diana pun menggugat cerai Ale dan resmi bercerai di pengadilan agama Jakarta Selatan dengan hak asuh anak dimenangkan oleh Diana. Thalia yang sangat dekat dengan Diana berjanji untuk menjadi penghubung antara Ale dengan anak-anaknya

Kini di rumah hanya ada Ale, John, Tommy, dan Ricardo. Ale pun merencanakan pembunuhan kepada saudaranya, John. Keesokan harinya, pada saat John selesai bermain golf di halaman rumah Ale. John ditembak oleh Ricardo atas perintah Ale, sedangkan Tommy saat itu sedang berkunjung ke BIN untuk menjenguk paman Micky. John meninggal di usia 41 tahun dan dimakamkan disamping makam James.

Akhir 1989, Ale menghadapi persidangan di Mahkamah Agung RI, dan banyak saksi yang didatangkan termasuk paman Micky. Ale disidang atas beberapa kasus seperti penyalahgunaan fasilitas negara dan pembunuhan berencana. Setelah 3 bulan lamanya disidang, Maret 1990, Ale dijatuhi hukuman 10 tahun penjara dan denda kurungan Rp 1,2 Miliar atas perbuatannya. Dalam penjara, Ale pun menyuruh Tommy untuk membunuh paman Micky yang sudah menjebloskannya ke Cipinang. Tommy pun menuju ke kediaman Paman Micky di Menteng

"Om, apakah om rela melihat keponakan om di penjara. Om, dengarkan aku. Meskipun hubungan Keluarga Setiawan dan Keluarga Hadiwijaya tidak mempunyai ikatan darah, tapi apakah om yakin menjebloskan anak yang sudah memberikan om kemapanan dalam hidup om ?" Tanya Tommy

Paman Micky pun menangis mendengar pertanyaan Tommy dan setelah itu, malamnya ia ditemukan tewas gantung diri di rumahnya di Menteng.

10 tahun kemudian, Andy Hadiwijaya yang sudah berusia 19 tahun dan Sofia Idris yang sudah berusia 18 tahun, serta Tommy, Thalia dengan suaminya Frankie serta mantan istrinya yaitu Diana datang ke Cipinang untuk menyambut kebebasan Ale. Setelah bebas, Ale pun mengutarakan niatnya untuk bertaubat, dia pun menyumbangkan uang bisnisnya ke Masjid Istiqlal, Masjid Agung At Tiin, dan Masjid Sunda Kelapa dan masjid dekat rumahnya Masjid Pondok Indah. Setelah itu, Diana setuju untuk rujuk kembali dengan Ale dan tinggal serumah dengannya.

2002, setelah merayakan ulang tahun Sofia ke-20 tahun, Tommy pingsan dan tak sadarkan diri. Tommy pun meninggal karena gagal jantung, ia meninggal di usia 60 tahun dan dimakamkan bersebelahan dengan James dan John.

Ale juga berhasil menolong keuangan Bank Nasional yang tadinya bangkrut dan nyaris dilikuidasi menjadi bank yang sehat.

3 tahun kemudian, Ale menderita diabetes akut yang mengharuskan dirinya dirawat. Setelah menjalani perawatan sampai Singapura. Ale meninggal dunia di usia 55 tahun, ia meninggalkan istrinya, Diana dan 2 anak-anaknya, yaitu Andy dan Sofia serta pengawal pribadinya Ricardo Tari.

Thalia sebagai anak satu-satunya keluarga Hadiwijaya yang masih hidup, ia tidak mau masuk kedalam bisnis keluarganya, ia ingin hidup tenang. Jabatan kepala keluarga Hadiwijaya sekaligus penerus bisnis dari Mario dan Ale adalah generasi ketiga Hadiwijaya yaitu, Andy Hadiwijaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun