Penggunaan smartphone telah membawa perubahan besar dalam struktur sosial dan cara orang berinteraksi. Teknologi ini memungkinkan akses informasi dan komunikasi yang belum pernah terjadi sebelumnya, mengubah cara kita bekerja, belajar, dan berinteraksi. Namun, perubahan ini juga memperdalam ketimpangan yang ada, terutama dalam hal akses dan keterampilan digital.
Transformasi sosial yang dipicu oleh penggunaan smartphone dapat dilihat dalam berbagai aspek kehidupan. Misalnya, dalam dunia kerja, smartphone memungkinkan fleksibilitas kerja yang lebih besar, seperti bekerja dari jarak jauh, yang semakin populer di era digital. Ini mengubah dinamika kerja tradisional dan menciptakan peluang baru bagi mereka yang memiliki akses dan keterampilan digital yang memadai. Namun, bagi mereka yang kurang beruntung dan tidak memiliki akses yang sama, teknologi ini bisa menjadi penghalang, memperlebar kesenjangan antara yang berkemampuan teknologi dan yang tidak (Ling, 2012).
Ketimpangan akses terhadap teknologi juga terlihat dalam bidang pendidikan. Siswa yang memiliki akses ke smartphone dan internet dapat memanfaatkan berbagai sumber daya online, mengikuti kelas daring, dan terlibat dalam pembelajaran interaktif yang meningkatkan pengalaman belajar mereka. Sebaliknya, siswa yang tidak memiliki akses ini tertinggal dan kesulitan mengejar ketinggalan, yang pada akhirnya memperburuk kesenjangan pendidikan.
Selain itu, ketimpangan dalam penggunaan smartphone juga tercermin dari segi sosial dan ekonomi. Kelompok dengan kapital ekonomi yang lebih besar cenderung memiliki akses yang lebih baik ke teknologi terbaru dan layanan internet yang lebih cepat dan stabil. Mereka juga lebih mampu membiayai pelatihan dan pendidikan teknologi, yang memberikan keuntungan kompetitif dalam pasar kerja dan kehidupan sosial. Sebaliknya, kelompok dengan kapital ekonomi terbatas mungkin menghadapi kendala finansial dan infrastruktur yang menghambat akses mereka ke teknologi ini, memperdalam ketimpangan sosial yang ada (Hargittai & Hsieh, 2013).Â
Kesimpulan
Smartphone telah menjadi bagian penting dari kehidupan modern, mengubah cara kita berkomunikasi, bekerja, dan berinteraksi. Melalui perspektif teori Pierre Bourdieu, kita dapat memahami bagaimana teknologi ini berfungsi sebagai bentuk kapital budaya yang signifikan dalam medan sosial saat ini. Kemampuan untuk menggunakan smartphone dengan efektif memberikan keuntungan sosial dan ekonomi yang penting, sementara perbedaan dalam akses dan keterampilan teknologi memperdalam ketimpangan yang ada.
Kapital budaya yang terkait dengan penggunaan smartphone memungkinkan individu untuk meningkatkan status sosial mereka dan mendapatkan akses ke peluang yang lebih baik dalam pendidikan dan pekerjaan. Namun, habitus individu, yang dipengaruhi oleh latar belakang sosial dan ekonomi mereka, memainkan peran penting dalam menentukan sejauh mana mereka dapat memanfaatkan teknologi ini. Transformasi sosial yang dipicu oleh penggunaan smartphone juga menunjukkan bagaimana teknologi dapat memperkuat ketimpangan sosial yang ada, tergantung pada akses dan keterampilan yang dimiliki oleh individu dan kelompok sosial (Widiastuti & Handayani, 2019).
Dengan demikian, penting bagi pembuat kebijakan dan pemimpin masyarakat untuk memperhatikan ketimpangan digital ini dan bekerja menuju solusi yang lebih inklusif. Investasi dalam infrastruktur teknologi, pendidikan digital, dan pelatihan keterampilan sangat penting untuk memastikan bahwa manfaat dari revolusi digital dapat dinikmati oleh semua lapisan masyarakat, bukan hanya oleh mereka yang sudah memiliki keuntungan dalam kapital budaya dan ekonomi.
Referensi:
Bourdieu, P. (1984). Distinction: A Social Critique of the Judgement of Taste. Harvard University Press.
Ling, R. (2012). Taken for Grantedness: The Embedding of Mobile Communication into Society. MIT Press.
Prasetyo, B. (2018). Pengaruh Penggunaan Smartphone terhadap Prestasi Belajar Siswa di Sekolah Menengah Atas. Jurnal Teknologi Pendidikan, 20(1), 45-58.
Rahmawati, D., & Utami, S. (2021). Analisis Penggunaan Smartphone sebagai Kapital Budaya di Kalangan Mahasiswa. Jurnal Ilmu Sosial dan Politik, 6(1), 112-125.