Mohon tunggu...
Alifito Rachmaya
Alifito Rachmaya Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - XII MIPA 2 | SMAN 1 Padalarang

Alifito Rachmaya XII MIPA 2 SMAN 1 PADALARANG

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Seliguri, Bunga Para Pribumi

21 November 2021   11:09 Diperbarui: 21 November 2021   11:28 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Mungkin ini memanglah sulit tapi sebaiknya kamu cukupkan perjuanganmu Rasuna," balas salah satu tokoh dihadapanku.

"Hah apa maksudnya? Jangan bilang setelah semua yang kubuat dan setelah semua yang ku kerjakan, akan dilepas begitu saja? Tentu saja tidak bukan?"

"Tapi kami tidak bisa membantumu lebih jauh, jika kami membantu dirimu ntah apa yang akan terjadi kepada kami."

"Saya kira kalian yang hadir disini akan berdiri dan melawan para kompeni, apa yang sudah terjadi kepada kalian? Bagaimana dengan kemerdekaan negri kita ini? Sepertinya kalian memang sudah menerima sepenuhnya dengan negri kita yang akan menjadi bawahan negri asing," Balasku dengan tegas.

Aku sangat kecewa dengan mereka, ku kira mereka akan membantuku untuk melawan para kompeni tapi mereka hanya terdiam tidak memberikan solusi sama sekali. Aku memutuskan untuk pergi dan pindah untuk kedua kalinya.

Medan, Sumatera Barat 1937

Kali ini aku menjalani kehidupan yang lebih normal dari biasanya, kali ini aku lebih berhati hati karena aku cukup sulit untuk bergerak dengan sedikitnya orang orang yang masih bersamaku, aku dan juga kawan kawanku mendirikan perguruan tinggi khusus wanita. Aku dan kawan kawan belum memulai kembali pergerakan karena kami ingin para kompeni melepaskan pandangan mereka kepada kami terlebih dahulu.

Langit pagi menghiasi pandanganku, aku duduk menikmati secangkir teh sembari membaca buku ringan, kali ini aku mendapatkan sebuah buku yang menarik perhatianku yaitu macam macam bunga nusantara. Aku buka setiap halaman dan kulihat bermacam macam warna yang menghiasi buku itu, bunga nan indah memanjakan mataku, ada satu bunga yang membuatku terpikir sebuah nama.

Aku mendapatkan sebuah ide untuk melanjutkan perjuanganku dan juga kawan kawanku, aku menjelaskan kepada mereka bahwa kita akan menyebarkan gagasan antikolonialisme dengan majalah lagi tapi secara diam diam. Kawan kawanku memberikan balasan yang sangat antusias yang membuatku makin berantusias , seketika aku memikirkan anak anak dimasa depan yang merasakan kemerdekaan, betapa bebasnya dan betapa senangnya mereka, sebuah senyum seketika terukir di senyumku.

Kawan kawanku segera mencari koneksi untuk menyebar luaskan majalah yang akan kita buat, aku juga tak hanya diam, aku memikirkan konsep dan bahan bahan yang akan aku terapkan di majalah, nama majalah yang akan kita buat adalah Menara Poetri. Aku segera menerapkan apa yang sudah kusiapkan ke dalam majalah dan mengakhiri tulisan dengan sebuah nama yang kubuat.

"Seliguri," ucapku sembari menuliskan nama bunga yang kulihat kala itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun