Informasi tentang kejadian itu menyebar. "Gelombang laut dahsyat menarik para murid dari SMP Negeri 1000 dan warga yang tinggal di sekitar pantai. Para korban hingga kini masih belum ditemukan." Mendengar berita di televisi, Ibu menjadi terkejut.
Ibu segera mengambil ponsel untuk menelpon Imala. "Maaf, nomor yang Anda tuju, sedang tidak aktif. Cobalah beberapa saat lagi." "B-berarti, kejadian di televisi itu BENAR!" Ibu terkejut sekaligus meneteskan air mata. Teringat itu adalah resolusi Imala.
Ia selalu tak bisa mengikuti acara tamasya yang diadakan sekolah. Baru kali ini, Imala bisa mencapai keinginan itu. Ini semua karena, usaha yang dilakukan oleh Imala. Imala rela membuat sebuah novel dan mencoba menerbitkannya disebuah penerbit.
Berharap, mendapatkan uang dari novel itu. Dan, Imala berhasil menerbitkan novel pertamanya. Ibu lalu menelpon Ayah. "APA? IMALA HILANG?" Ayah terkejut. "Hmm, sekarang kita hanya bisa sadrah," jawab Ibu. Mereka bingung, tak bisa melakukan apa-apa.
Mereka hanya bisa sabar, sabar, dan bersabar menunggu kabar anaknya itu. Hari demi hari ,Ayah dan Ibu jalani dengan perasaan penuh kegelisahan dan kesedihan. Tiba-tiba, muncul suatu notifikasi di ponsel Ibu.
'Ditemukan, Korban Tsunami SMP Negeri 1000 di Sebuah pulau.' Seketika, ibu membuka blog itu. 'Seorang remaja perempuan berumur sekitar tiga belas tahun ditemukan di sebuah pulau. Remaja itu berambut gelombang dengan panjang seleher,dan berkulit putih.'
'Korban menggunakan baju lengan pendek. Korban kini berada di Rumah Sakit Dikara.' "Sepertinya ini Imala. Aku harus segera ke rumah sakit itu," ucap Ibu. Ibu segera menelpon Ayah. "Ayah cepat pulang. IMALA KINI SUDAH DITEMUKAN!"
"Kita harus cepat ke Rumah Sakit Dikara sekarang!" jelas Ibu. "Hah, baiklah. Ayah pulang sekarang," jawab Ayah. Akhirnya, Ayah sampai. Mereka bergegas bersiap pergi. Perjalanan akan cukup panjang lantaran, rumah sakit itu berada diluar kota.
"CIITT.." baru di awal perjalanan Ayah mendadak mengerem. Ayah terlalu tergesa-gesa, hampir Ayah menabrak seseorang yang sedang menyebrang. "WOI, HATI-HATI DONG!" teriak seorang lelaki yang hampir Ayah tabrak. Ayah seketika turun dari mobil.
Lalu, mengecek keadaan orang tersebut. "Maaf Mas, mau saya antar ke rumah sakit untuk diperiksa?," tanya Ayah. "Gak usah, saya gak apa-apa kok. Lain kali hati-hati," jawab orang itu. "Iya, sekali lagi saya minta maaf ya Mas," pinta Ayah. Ayah lalu kembali masuk ke mobil.
Ayah terlalu banyak berpikir akan keadaan Imala. Ayah dan Ibu melanjutkan perjalanan. Perjalanan yang dilalui tak semulus yang Ayah kira. Mulai dari macet, ban kempis, dan masih banyak lagi. Akhirnya, setelah sekian lama, mereka sampai di rumah sakit itu.