Melalui analisis kasus berdasarkan paradigma sosial serta fungsi DKV, ditemukan sejumlah faktor sosial yang dapat dianalisis sebagaimana pada perincian berikut,
Status Sosial dan Kekuasaan
Pejabat dan pegawai negeri sebagai pemilik mobil dinas dianggap memiliki status sosial tinggi. Hal tersebut dapat menimbulkan rasa kebal hukum, terutama jika tidak ada sanksi yang signifikan.Â
Budaya Nepotisme dan Patronase
Budaya ini memungkinkan pejabat atau keluarganya untuk tidak merasa terancam dalam menyalahgunakan fasilitas negara, sebagaimana pada kasus pertama.
Norma Sosial Permisif
Terdapat toleransi sosial yang tinggi terhadap tindakan yang seharusnya ilegal ketika pelaku memiliki kuasa.
Superioritas atas kepemilikan kendaraan berpelat merah membuat pejabat beranggapan mereka memiliki kuasa penuh atas fasilitas milik dinas untuk membantu keperluan pribadi mereka. Sedangkan masyarakat memiliki persepsi negatif terhadap pengendara pelat merah dan pemerintahan, mengetahui kendaraan yang diberi negara untuk kepentingan bersama justru diakomodasikan demi memenuhi keperluan pribadi seenaknya.Â
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis yang sudah kami lakukan terhadap kasus-kasus pelanggaran norma dan hukum kendaraan pelat nomor merah, dapat ditinjau adanya persepsi yang timbul dan berperan dalam interaksi antara suatu tanda/simbol dengan masyarakat, yaitu pelat nomor merah sebagai simbol superioritas dan kekuasaan.Â
terjadi pergeseran fungsi informasi DKV, yakni warna dasar pelat merah yang pada awalnya dibedakan hanya untuk keperluan administrasi, tidak dapat dipisahkan dari asosiasi persepsi kedudukan pemerintahan yang memiliki relasi kuasa terhadap masyarakat. Atas dasar persepsi tersebut, terjadilah pola perilaku yang cenderung melanggar dan semena-mena dari pengemudi kendaraan berpelat nomor merah.Â
Pola perilaku pengemudi yang terus dibiarkan begitu saja pun kembali menguatkan persepsi adanya superioritas pada pelat nomor merah dan pemerintah yang kerap dieksploitasi. Pada akhirnya, persepsi-persepsi yang diberikan berbagai belah pihak kepada simbol ini menjadi motivasi dari beragam interaksi sosial yang terjadi pada masyarakat tersebut.
Penelitian ini disusun oleh:
Alifia Aidila Adha Handayani Wibowo, Arvitya Belva Clianta Wicaksana, Farid Ardhian Maulana, Gizka Syahlaisya, Jihan Putri Alifah, Jihan Savira Enriyati, Marsekal Aulia Putri Sulistijawan, M. Syarif Hidayatullah, Nindy Aisah Putri Dinanti, Ni Putu Pica Wulandari, Nur Izzati Rasida
Desain Komunikasi Visual, Institut Seni Indonesia Yogyakarta
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI