Mohon tunggu...
Aliffia Puspita Sari
Aliffia Puspita Sari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UMSIDA jurusan ilmu komunikasi semester 2

Berkepribadian ENFP, memiliki hobi berenang, traveling, mendesain

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Trend Marketing, Penyalahgunaan Jastip (Jasa Titip) sebagai Penipuan

20 Februari 2023   17:40 Diperbarui: 20 Februari 2023   18:03 911
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 (www.freepik.com)

Trend Marekting, Penyalahgunaan Jastip (Jasa Titip) Sebagai Penipuan

Aliffia Puspita Sari, 20 Februari 2023

Semakin bertambahnya tahun, semakin meningkat juga ide-ide marketing penjualan. Salah satu ide marketing yaitu jastip (jasa titip). Apalagi saat memuncaknya corona, ide marketing jastip ini sungguh sangat membantu para seller/suplier/reseller untuk berjualan secara online. Sehingga para buyer atau customer ini juga termudahkan untuk membeli kebutuhan yang diperlukan.

Dengan tipu muslihat penipu, bisa jadi tidak hanya jastip yang akan digunakan sebagai metode penipuan. Bisa jadi dengan metode lain. Pada metode penipuan jastip ini, digunakan untuk menipu para customer agar tertarik pada pembelian yang sudah diiklankan dan sudah tersebarluaskan. Apalagi masyarakat indonesia ini sungguh sangat mudah untuk tertipu. Masyarakat indonesia mudah tertipu hanya karena harga murah dan ada gratisannya dengan begitu masyarakat langsung terpikat.

Penipuan jastip ini biasanya dilakukan di media sosial. Dan yang paling sering terjadi penipuan jastip, yaitu pada media sosial Instagram. Dan ternyata, sudah banyak korban yang terkena penipuan jastip ini. Salah satu contohmya teman saya sendiri yang tertipu dengan metode jastip.

Teman saya yang berinisial "I" awal mulanya dia memeriksa akun instagram asli barangnya. Dikarenakan yang mau dia beli itu barang limited edition. Teman saya yang berinisial "I" ini mulai mencari jasa penitipan. Yang dimana mereka menerima jastip barang limited edition.

Dan, ternyata akun penitipan jastip ini memiliki harga yang terjangkau dan ditambah lagi dengan buy 2 get 1. Tanpa memeriksa kembali, teman saya yang ber inisial "I" secara otomatis dengan cepat untuk melakukan cek out barang itu.

Setelah melakukan cek out barang itu, dia baru sadar kalau nomornya sudah diblokir oleh akun penitipan jastip. Dia mulai menyelidiki dari akun yang di follow dan komentar pada akun instagramnya.

Ternyata, setelah dia memeriksa ulang isi komentar. Disalah satu komentar ada yang mengatakan kalau akun jastip ini merupakan penipu. Dari komentar tersebutlah teman saya yang berinisial "I" tersadarkan kalau akun tersebut merupakan akun palsu dan akun penipuan.

Menurut saya, peristiwa yang terjadi pada teman saya ini merupakan pelajaran untuk para pembaca artikel ini. Jikalau kita harus lebih berhati-hati lagi dan lagi. Mengapa? Karena jika teledor dan megabaikan atau meremehkan suatu hal sekecil bisa jadi dampaknya akan lebih besar dan juga kita dapat tertipu dengan muda.

Penipuan jastip, sebenarnya juga masuk pada perundang-undangan indonesia perihal penipuan. Seperti halnya yang tertulis pada Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) perihal tindakan penipuan yaitu,

Pasal 378 berbunyi, "Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi hutang maupun menghapuskan piutang diancam karena penipuan dengan pidana penjara paling lama empat tahun."

Dan menurut Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) ini tertulis dengan jelas pada UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 19 Tahun 2016. Sebagai undang-undang yang bersifat khusus, UU ITE dapat menjadi landasan hukum bagi masyarakat dalam beraktivitas di dunia maya. Selain itu, UU ITE juga memiliki keterkaitan dengan pasal yang ada di dalam KUHP untuk mempermudah dalam penyelesaian suatu perkara.

Pada penipuan online, Pasal 28 Ayat 1 menyatakan, "Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi elektronik. "Berdasarkan Pasal 45A, setiap orang yang melakuan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 Ayat 1 akan dipidana dengan pidana penjara paling lama enam tahun dan atau denda paling banyak Rp. 1 miliar.

Dengan perundang-undangan ini sudah cukup untuk melaporkan perihal Penipuan Jastip yang terjadi di media sosial.

Referensi:

* Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)

* UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) sebagaimana telah

diubah dengan UU Nomor 19 Tahun 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun