Sesungguhnya mengikuti hawa nafsu yang mengajak pada keburukan sejatinya engkau telah menemui suatu kehinaan.
Seorang yang beriman akan akan berupaya sekuat tenaga untuk menyelaraskan nafsunya untuk mengikuti akal sehatnya. Akal yang menuntunnya untuk mengikuti syariat yang Allah tentukan.
Kecenderungan bisikan nafsu mengarahkan manusia untuk melakukan kegiatan yang bertentangan dengan syariatNya. Maka penting bagi kita untuk membimbing nafsu untuk senantiasa mengikuti akal.
Untuk membimbing nafsu kita harus senantiasa menghadirkan Allah dalam setiap langkah gerak kita. Niscaya Allah akan menjaga kita.
Seperti yang dituangkan dalam salah satu hadits "Ihfadkallahu Yahfadka" Jagalah Allah maka Allah akan menjagamu.Â
Menghadirkan Allah dalam setiap langkah kehidupan kita akan menjadi mesin kontrol yang muaranya akan melahirkan sikap ihsan.
Sikap merasa di awasi, serta merasa Allah hadir  dalam setiap detik kehidupan kita. Dimanapun dan dalam kondisi bagaimanapun.
Dengan berdzikir mengingatNya dalam segala kondisi akan membuat kita lebih berhati-hati dalam melangkah dan bersikap.
Orang lain mungkin tidak melihat kita tapi Allah selalu mengawasi kita. Setiap apa yang kita kerjakan sekecil apapun akan dimintai pertanggung jawabannya kelak dihadapan Allah.
Mungkin kita masih ingat tentang kisah seorang gadis penjual susu pada masa khalifah Umar Bin Khattab yang diminta oleh ibunya untuk mencampur susunya dengan air.
Ketika ibunya memintanya untuk mencampur susu dengan air kemudian ia mengatakan "Amirul Mukmimin Umar Bin Kattab memang tidak melihat kita tapi Dimana Allah? Bukankah Allah senantiasa hadir melihat dan mengawasi kita".