Mohon tunggu...
ali fauzi
ali fauzi Mohon Tunggu... -

Seorang guru, orang tua, penulis lepas, dan pengelola www.sejutaguru.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Setelah IQ, EQ, SQ, Kini CQ Sangat Dibutuhkan dan Menjadi Pelengkap Penting

9 Mei 2016   14:55 Diperbarui: 9 Mei 2016   15:18 566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

rasa ingin tahu ali fauzi sejutaguru.blogspot.com

Kita sering mendengar anak-anak muda yang sukses. Bidangnya pun tak terprediksi sebelumnya. Ada youtuber, pebisnis online, blogger, sampai freelancer antar negara. Kenapa ini bisa terjadi?

Apakah mereka lahir dari kuliah jurusan youtube? Tidak. Mereka lahir dari keingintahuan yang besar dan inovasi yang mereka ciptakan. Akhirnya, generasi ini mampu membentuk budaya yang kini hampir menjadi budaya semua bangsa.

Kemampuan yang menjadi ukuran sukses di sekolah, pekerjaan, dan bisnis kini telah bergeser. Abad-abad yang lalu, otot manusia menjadi ukuran. Kemudian mesin-mesin membuktikan diri mampu menggantikan otot manusia. Tak lama kemudian, kecerdasan otak kiri—yang kemudian diukur melalui test IQ—menjadi bentuk ukuran perkembangan peradaban. Maka muncullah tokoh-tokoh dengan IQ fantastis.

Kini, ukuran itu telah bergeser. Daniel Pink, pengarang A Whole New Mind: Moving From The Information Age To The Conceptual Age,menerangkan: Abad ini, Teknologi sedang membuktikan bahwa mereka dapat mengalahkan otak kiri manusia—teknologi dapat menyelesaikan perhitungan deret maupun pengurangan secara lebih baik, cepat, dan tepat dari pada orang yang ber-IQ tinggi. (Tanyakan saja pada grandmaster catur Garry Kasparov yang kalah dalam satu permainan dengan komputer pecatur).

Ketika sekolah mencetak orang-orang dengan IQ tinggi dan kemampuan otak kiri yang sangat baik, bersamaan dengan itu naik pula tingkat kejahatan, bunuh diri, dan berbagai macam kenakalan lainnya. Maka, Keceerdasan emosi—EQ—menjadi sangat relevan. Daniel Goleman, dalam bukunya Emotional Intelligencemenunjukkan bahwa kecerdasan emosi lebih banyak memengaruhi kesuksesan seseorang.  EQ masih sangat diutuhkan sampai sekarang.

Di era seperti sekarang, sekalipun tanpa bantuan guru, sekolah, pemerintah, atau lembaga belajar lainnya, seorang anak bisa mengetahui dan belajar banyak hal. Ya, hampir semua jenis pengetahuan ada di dunia datar bernama internet. Kita bisa membukanya kapan saja dimana saja.

Memang, tidak semua tempat ada internet. Tidak semua anak dapat mengakses internet. Namun, kita sedang memasuki dunia dimana persebaran informasi dan internet begitu cepat menyebar. Dan dimana ada internet, maka peluang belajar dan mengetahui sesuatu semakin tak terbatas.

Maka, dibutuhkan CQ (Curious Quotient). Indeks keingintahuan. Hal inilah yang diungkapkan oleh Thomas L. Friedman dalam bukunya The World is Flat. 

Kenapa rasa ingin tahu sangat penting ditanamkan? Meskipun rasa ingin tahu adalah sifat dasar manusia, namun seringkali sekolah membatasi rasa ingin tahu anak melalui seperangkat tes akademik. Akibatnya, anak yang suka bereksplorasi cenderung bosan dan malas. Mari kita lengkapi orientasi belajar anak-anak kita dengan sajian yang tepat.

Tentu saja, akan ada anak yang memiliki kemampuan pintar, cerdas, sedang, dan butuh perhatian. Dan kebanyakan kita memutuskan kemampuan anak dengan kategori itu berdasarkan ukuran-ukuran lama. Apapun kondisinya, tumbuhkan rasa ingin tahunya, dan kemudian bakarlah gairahnya, maka kita akan menyaksikan seorang anak dengan kemungkinan sukses yang jauh lebih besar.

Anak yang memiliki rasa ingin tahu dan bersemangat akan bisa mengungguli anak ber-IQ tinggi namun memiliki gairah yang rendah. Karena, anak yang ingin tahu dan bersemangat adalah pendidik dan motivator diri sendiri. Mereka akan selalu dapat belajar bagaimana cara belajar. Mereka akan terus membangun pengetahuannya terlebih lagi jika mereka berada dekat dengan internet. Akan banyak hal yang akan mereka dapatkan.

Bagaimana Memulainya?

Tunjukkan semangat dan cinta!

Kita akan kesulitan memulai jika tidak ada dalam diri kita, sebagai orangtua dan guru, nyala api semangat dan gairah itu sendiri. Seseorang boleh belajar berbagai metode pembelajaran, namun semangat dan gairah tidak bisa dipaksakan dan agak sulit dipelajari. Itu adalah panggilan.

Garah yang kita tunjukkan, semangat yang kita berikan, serta cinta yang kita persembahkan pada anak-anak akan memotivasi anak-anak itu sendiri untuk bertindak sebaik mungkin baginya.

Ingatlah, ketika anak berusaha belajar, harus tertanam bahwa mereka belajar untuk dirinya sendiri. Bukan untuk guru atau orangtuanya.  Jika mereka melihat gairah orang tua atau gurunya yang selalu peduli, maka anak-anak akan dengan mudah menyalakan kembali semangat mereka dan tidak mudah patah semangat.  

Tunjukkan kemudahannya!

Sebagai pengajar, pendidik, dan pembimbing generasi sekarang, menguasai teknoloi adalah keharusan. Dengan menunjukkan betapa belajar itu sangat mudah dan menyenangkan, maka anak dengan sendirinya menyukai belajar. Dengan memanfaatkan teknologi, kita harus menunjukkan betapa mudahnya belajar jika mereka menghendakinya.  

Sesekali, tunjukkan kecanggihan teknologi dengan berbagai kemudahan dan manfaatnya. Lalu, tunjukkan caranya, dan lihatlah apa yang akan mereka lakukan dan hasilkan. Akan sangat luar biasa.

Jadilah pendidik yang bijak!

Inilah proses pentingnya. Kita, orangtua dan guru, tidak pantas mengukur pendidikan dan cara belajar anak-anak kita dengan ukuran kita, dengan ukuran bagaimana kita dulu dinilai.

Mari, kita latih anak-anak kita untuk memiliki rasa ingin tahu yang besar dan gairah yang tinggi dalam belajar. Agar mereka bisa berkembang sesuai dengan zaman mereka sendiri.

salam hormat,

pengelola www.sejutaguru.blogspot.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun