Ilustrasi: refleksi belajar wallup.net
Satu paket dalam proses belajar yang acap kali diabaikan adalah refleksi pembelajaran. Beberapa guru memandang bahwa melakukan refleksi atau perenungan dalam belajar sulit dilakukan, terutama untuk anak tingkat SD. Sungguh, jika kita berani mencobanya dan menggunakan cara yang tepat, maka banyak keajaiban yang kita dapat.
Ketika saya menulis di blog bahwa belajar itu sama dengan melatih berfikir, ini menunjukkan bahwa di usia berapa pun anak harus dilatih dengan tahapan yang tepat. Mari kita lihat kenyataan di sekeliling kita!
Anak usia lima tahun dengan gadget di tangannya dan sangat menguasai dalam memainkannya, itu kita saksikan dimana-mana. Awalnya, mereka hanya melihat. Ketika sudah memiliki dan memegangnya sendiri, lantas dalam waktu yang tidak lama mereka sudah menguasainya.Â
Mari menanamkan kembali keyakinan bahwa anak-anak kita belajar dengan cara yang berbeda. Kita sebagai guru dan orangtua juga harus mendidiknya dengan cara yang berbeda dengan cara kita dididik.
Kembali ke refleksi pembelajaran. Boleh juga disebut evaluasi pembelajaran. Tanpa adanya refleksi dalam pembelajaran, maka seorang anak setelah belajar seperti baru saja menyaksikan berita (bagi yang masih mengajar dengan ceramah), reality show, pertunjukan, atau tayangan sesaat. Sangat sulit menemukan makna belajar dan jika ada hanya makna sesaat. Oleh karena itu, refleksi pembelajaran merupakan bagian penting dalam belajar.
Refleksi pembelajaran dilakukan di akhir pertemuan setiap hari. Boleh juga jika dilakukan setelah selesai satu materi. Berikut ini beberapa pertanyaan kunci dalam refleksi pembelajaran:
Materi apa yang kamu pelajari hari ini?
Manfaat apa yang kamu dapatkan dari materi tersebut?
Sikap positif apa yang kamu dapatkan selama belajar?
Apa saja yang kamu lakukan untuk belajar yang lebih baik?
Menurutmu, apakah metode belajarnya mudah diikuti?
Dan seterusnya.
Setiap anak ketika proses belajar harus kita latih untuk merencanakan, mengatur, melakukan, dan terakhir mengevaluasi dari setiap tujuan belajar. Belajar tidak hanya menerima informasi dan kemudian menghafalkannya begitu saja.Â
Ketika menerima informasi, setiap anak harus memiliki sikap menerima, mengolah, membandingkan, dan menganalisisnya. Tercapai atau tidaknya tujuan belajar, kita ajak anak mengevaluasinya melalui refleksi pembelajaran.
Anak akan belajar, dari refleksi pembelajaran, tentang dirinya sendiri. Bukankah, anak akan sangat mudah belajar sesuatu jika itu adalah kemauan sendiri?Â
Nah, inilah kesempatan bagi mereka untuk mengenal dirinya sendiri. Jika ada materi tertentu yang sulit bagi anak, maka melalui refleksi pembelajaran mereka akan menemukan sendiri jawabannya.
Banyak sekali keuntungan yang akan didapat oleh siswa maupun guru. Jika siswa sudah terbiasa melakukan refleksi belajar terhadap dirinya, maka dia akan memiliki kemampuan menyelesaikan masalahnya sendiri. Anak juga akan mengerti cara belajar terbaik bagi dirinya serta memotivasi diri dengan lebih baik.Â
Kalau seorang anak sudah mampu mengevaluasi sikapnya sendiri, maka perlahan akan muncul tanggung jawab, kemudian mereka akan memperbaiki diri. Inilah proses belajar bagaimana cara belajar.
Bagi guru, keuntungan yang didapat adalah terbantunya guru dalam menemukan metode terbaik dalam proses belajar mengajar. Di samping itu, guru menjadi lebih mudah dan terbantu ketika mengeksplorasi dan memaksimalkan potensi anak didik.
Bagaimana cara memulainya?
Pertama, lakukan secara berkelompok.
Anak yang tidak terbiasa mengevaluasi diri akan sangat sulit dan canggung menilai dirinya sendiri. Ada perasaan malu, tidak tahu, dan merasa tidak perlu. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah mengevaluasinya dengan cara menjawab secara berkelompok. Setidaknya, anak akan belajar dari temannya tentang cara mengevaluasi diri dan mengeluarkan pendapatnya.
Belajar kelompok sangat penting. Anak yang pemalu, tidak biasa berpendapat, atau anak yang enggan mengeluarkan pikirannya bisa kita latih berbicara dalam kelompok-kelompok kecil.Â
Bimbingan seorang guru ketika hal ini baru pertama kali dilakukan sangatlah penting. Kadang-kadang, guru harus memberikan contoh jawaban agar mereka menyadari perasaan dan pikirannya.
Kedua, mulailah dengan pertanyaan yang sederhana.
Ingatlah bahwa tujuan dari refleksi pembelajaran bukanlah menilai atau menghakimi siswa. Anak-anak butuh mengetahui apakah mereka mendapatkan sesuatu atau tidak, atau mereka harus mengetahui dan menyadari apa yang mereka lakukan dan dampak yang diterimanya.
Dengan pertanyaan sederhana dan tidak banyak, maka akan mudah bagi mereka untuk memulai. Ingat, bimbingan guru dalam mengeluarkan pikiran sangat diperlukan.
Ketiga, lakukan secara terus-menerus.
Ini adalah pilar terpenting dari kegiatan ini. Supaya muncul dalam kesadaran anak bahwa kegiatan ini penting, maka harus kita lakukan secara konsisten dan kontinu. Kenapa?
Meskipun dampaknya tidak langsung kita rasakan saat itu juga (meskipun ada yang cukup cepat kelihatan dampaknya), dan jika hal ini menjadi kebiasaan mereka, maka mereka akan lebih mudah untuk memperbaiki diri. Mereka akan lebih mudah berprestasi dan sukses.
Dalam refleksi pembelajaran, terdapat proses yang komplit dalam belajar. Anak-anak akan mengingat, memilih, menentukan, menganalisis, kemudian mengevaluasi. Gabungan inilah yang akan menjadikan belajar menjadi lebih bermakna bagi anak.
salam hormat,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H