Mohon tunggu...
Alifatul Haniah
Alifatul Haniah Mohon Tunggu... Lainnya - Halo saya mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Indraprasta PGRI

Setiap hari aku berpikir bagaimana agar terus hidup. Tapi aku lupa bahwa hidup itu sendiri adalah berpikir. ~ Alifa ~

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Terjerat Rindu

9 Maret 2024   15:36 Diperbarui: 9 Maret 2024   15:43 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terjerat Rindu

Oleh: Alifatul Haniah

Setiap waktuku menunggu kabar darimu

Entah semenderita apa aku disiksa rindu

Setiap waktuku tak henti melupakan 

Merenggut waktu sepiku, memicu rasa kehilangan 

Semua tentangmu jelas dalam ingatan 

Menggerogoti akal sehatku hingga tak karuan 

Belum lagi, rindu yang kian kuat menjerat 

Sebab kita tak sempat bertemu, meski singkat 

Kala nestapa ku biarkan sumarah 

Agar tak lagi hilang arah 

Segala rindu yang membuatnya gelisah 

Sebab nayanika itu telah membuatku terpanah

Setiap kali ku ingat-ingat 

Setiap kali ku merasa dewana

Ingin ku dekap dirimu erat 

Sebagai balas dendam kepada rindu yang entah ingin apa 

Rasa hati ingin bersanding 

Namun takdir seringkali tak sebanding 

Kita terpontang-panting terpelanting 

Jauh entah kemana, hingga lupa jalan pulang

Jakarta, 6 Juli 2022

********

Halo..

Saya Alifatul Haniah, biasa dipanggil Alif atau Alifa..

Saya lahir di Banyumas pada zodiak Leo tahun 2000.

Sejak 2016 saya bekerja di Jakarta hingga sekarang, Menjadi anak muda yang merantau adalah pelajaran untuk bertahan hidup, berada pada lingkungan yang tak biasa, kebiasaan yang tidak sama dan terkadang tidak mudah untuk diterima.

Saya suka laju kereta api, entah mengapa saat berada dalam lingkup stasiun , hatiku tenang seakan rindu yang terobati, saya jatuh hati pada segala cerita dan kebahagiaan yang saya dapat saat bersama kereta api.

Saya suka kopi, sebab rasa pahitnya saja nikmat apalagi sembari merenung dan memandang senyummu,  sungguh kenikmatan yang patut saya syukuri. 

Menjadi saya adalah saya, tanpa merasa mirip siapa.

Menjadi saya adalah apa adanya tanpa pura-pura.

Semoga kita bisa melihat anugerah yang Tuhan berikan kepada kita, agar kita bisa merawatnya sebagai bentuk rasa bersyukur.

Terima kasih..

Semangat berkarya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun