Rindu Terlarang
Oleh: Heri Kurniawan
Ketika takdir dan derai air mata
Pilu dan gelisah menghantui raga
Ketika dirimu hadir memberi tawa
Meski tetap saja gelisah, semua terasa bahagia dan bermakna
Pikiran dan hati membenci keadaan
tersirat tekad yang membuat bara
Tiada inginku hancurkan
Merawat Rindu yang kian menyala
Ridu merintih di lubuk luka
Ku rengkuh dan ku dekap dirimu
Untuk melepas pilu serta rindu kita
Kian dalam hingga terlena
Peluk tubuhmu masih terasa
Hangat sesak di dada
Tak terkira, rindu ku rasa makin mneyiksa
Tetap saja, tak bisa dibohongi jika aku terpaut hati
Melalui detak jam dinding menyerupai desir jantungku
Hilang gairah bersama kesnunyian jiwa
Ketika takdir serta hati tak seirama
Tergores luka menhaan belenggu ridu
Kita adalah luka
Meski baik-baik saja menerima
Ketidakmungkinan berpihak
Kenyatan tak bisa ditolak
Ketika hati telah berbagi
Patah tumbuh hilang berganti
Menyadari namun tak mengerti
Ku dapati keraguan dalam setiap langkah
Bersama desah sepi bersembunyi di lubuk hati
Jakarta, 29-6-2022
********
Saya Heri Kurniawan, lahir di Tasikmalaya ,tumbuh di Kuningan, dewasa di Bandung dan bekerja di jakarta.
" Segala sesuatu tidak bisa dipaksakan sama dengan kemauan kita, karena bisa jadi apa yang dijalani, meski bukan kemauan kita itu adalah yang terbaik.
Jangan lupa bersyukur dengan apa yang kita miliki saat ini, dengan segala kenikmatan, kemudahan dan kesempatan untuk terus hidup serta bahagia, karena bisa jadi ketika itu semuanya hilang penyesalan tiada berakhir yang akan didapatkan . "
 Terima kasih. Jakarta, 30 Juni 2022.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H