Mohon tunggu...
Alifatul Haniah
Alifatul Haniah Mohon Tunggu... Lainnya - Halo saya mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Indraprasta PGRI

Setiap hari aku berpikir bagaimana agar terus hidup. Tapi aku lupa bahwa hidup itu sendiri adalah berpikir. ~ Alifa ~

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Rindu Terlarang

8 Maret 2024   21:59 Diperbarui: 8 Maret 2024   22:11 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rindu Terlarang

Oleh: Heri Kurniawan

Ketika takdir dan derai air mata

Pilu dan gelisah menghantui raga

Ketika dirimu hadir memberi tawa

Meski tetap saja gelisah, semua terasa bahagia dan bermakna

Pikiran dan hati membenci keadaan

tersirat tekad yang membuat bara

Tiada inginku hancurkan

Merawat Rindu yang kian menyala

Ridu merintih di lubuk luka

Ku rengkuh dan ku dekap dirimu

Untuk melepas pilu serta rindu kita

Kian dalam hingga terlena

Peluk tubuhmu masih terasa

Hangat sesak di dada

Tak terkira, rindu ku rasa makin mneyiksa

Tetap saja, tak bisa dibohongi jika aku terpaut hati

Melalui detak jam dinding menyerupai desir jantungku

Hilang gairah bersama kesnunyian jiwa

Ketika takdir serta hati tak seirama

Tergores luka menhaan belenggu ridu

Kita adalah luka

Meski baik-baik saja menerima

Ketidakmungkinan berpihak

Kenyatan tak bisa ditolak

Ketika hati telah berbagi

Patah tumbuh hilang berganti

Menyadari namun tak mengerti

Ku dapati keraguan dalam setiap langkah

Bersama desah sepi bersembunyi di lubuk hati

Jakarta, 29-6-2022

********

Saya Heri Kurniawan, lahir di Tasikmalaya ,tumbuh di Kuningan, dewasa di Bandung dan bekerja di jakarta.

" Segala sesuatu tidak bisa dipaksakan sama dengan kemauan kita, karena bisa jadi apa yang dijalani, meski bukan kemauan kita itu adalah yang terbaik.

Jangan lupa bersyukur dengan apa yang kita miliki saat ini, dengan segala kenikmatan, kemudahan dan kesempatan untuk terus hidup serta bahagia, karena bisa jadi ketika itu semuanya hilang penyesalan tiada berakhir yang akan didapatkan . "

 Terima kasih. Jakarta, 30 Juni 2022.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun