Saat Ali terbangun dari tidurnya, ia merasa hatinya lebih tenang dan ia mendapatkan sebuah ide. Bagaimana jika ia menjadikan kopi sebagai jalan untuk menyebarkan kebaikan? Bukankah Ustadz Abdullah mengatakan bahwa hal kecil seperti menjamu tamu atau berbagi dapat menjadi ibadah?
---------
Dua bulan telah berlalu Kedai Kopi Ali yang ia bangun di belakang rumahnya, tepatnya di sebelah kebunnya, kini sangat ramai oleh pengunjung. Setiap malam, para pemuda berkumpul untuk berdiskusi. Kadang-kadang, mereka membahas agama, berbagi pengalaman hidup, atau sekadar tertawa bersama. Setiap hari Jumat Ali mengundang seorang ustadz muda untuk memberikan pengajian kecil di kedainya dan juga membagikan kopi gratis kepada para pengunjungnya, hal itu ia niatkan agar kedai kopi ini juga dapat memotivasi para pemuda akan pentingnya berbagi ilmu.
Di luar dugaan, kedai ini juga mulai menarik perhatian orang luar desa. Para pedagang dari kota juga sering mampir untuk mencicipi kopi racikan Ali, dan beberapa dari mereka menawarkan untuk membeli biji kopi dalam jumlah besar. Namun, Ali menolak tawaran itu. Ia lebih memilih menjaga keaslian kopi kebunnya daripada menjadikannya komoditas massal.
Suatu hari, seorang pengunjung berkata, "Ali, kopi ini tidak hanya harum, tapi seperti membawa kedamaian. Apa rahasianya?"
Ali hanya tersenyum. "Rahasianya ada pada niat, Pak. Setiap cangkir kopi ini dibuat dengan doa, semoga membawa kebaikan bagi siapa pun yang menikmatinya."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H