Kedai kopi Ali
Di sebuah sudut desa malabar, hiduplah seorang pemuda bernama Ali. Ia memiliki kebiasaan unik yang membuatnya di juluki sebagai "pecinta kopi". Setiap pagi hingga siang, ia menghabiskan waktunya berkebun kopi di ladang peninggalan ayahnya. Bagi Ali, aroma kopi bukan hanya sekedar wangi, melainkan aromanya dapat menenangkan hati dan pikiran..
Suatu hari Ali menemukan sebuah buku milik ayahnya, yang menyimpan sebuah pesan penting. Ketika ia mengambil buku itu, secarik kertas terjatuh. Kertas itu tulisan berisi yang seolah-olah memberikan petunjuk atau nasihat yang berharga: "Selama aroma biji kopi ini tercium di mulut seseorang, maka selama itu pula malaikat beristighfar (meminta ampunan) untuknya."
Ali tersenyum membaca tulisan itu. Sebagai pecinta kopi, hatinya merasa damai. Tapi benarkah kopi bisa membawa keberkahan hingga malaikat beristighfar?
-------
Keesokan harinya, Ali mendatangi rumah ustadz Abdullah-ustadz yang terkenal karena ilmunya di desa Malabar, untuk bertanya kebenaran dari kertas yang ia temukan. Ketika sang ustadz muncul, Ismail segera memberikan salam dan menyerahkan bingkisan biji kopi dari kebunnya. Ustadz Abdullah tersenyum ramah. "Masya Allah, wangi sekali kopi ini. Terima kasih, Nak. Kau datang untuk apa nak?" Â
Ali menjelaskan niatnya, termasuk tentang tulisan yang ia baca kemarin. Ustadz Abdullah mendengarkan dengan seksama, lalu menjawab, "Nak, itu adalah hadis, tetapi hadist itu bukanlah hadis yang sahih. Namun, itu tidak berarti bahwa kopi atau perbuatan kita yang berkaitan dengannya tidak dapat membawa keberkahan. Allah menilai niat dan amal seseorang, bukan sekadar apa yang ia lakukan."
Ustadz melanjutkan, "Jika kamu menyeduh kopi dengan niat menjamu tamu, menyebarkan kebaikan, atau bersyukur atas nikmat Allah, maka itu menjadi amal baik yang dicatat oleh malaikat. Jadi, bukan kopinya yang istimewa, tapi bagaimana kamu memanfaatkannya."
-------
Dalam perjalanan pulang, Ali merenungkan kata-kata Ustadz Abdullah. Ia mulai memahami bahwa esensi kebaikan bukan terletak pada ritual tertentu, tetapi pada niat dan usaha. Ia teringat kebiasaan ayahnya yang dahulu sering membagikan kopi kepada para tetangga tanpa meminta imbalan. Bukankah itu juga bentuk ibadah?
Malamnya Ali bermimpi bertemu dengan ayahnya dikebun kopi, di mimpi itu ayahnya berkata kepada Ali, "Nak, kebenaran itu memang harus dicari. Tapi meskipun hadis itu tidak benar, apa yang kamu lakukan selama ini juga bukan sesuatu yang salah. Kalau itu membuatmu berbuat baik, lanjutkan saja."