Mohon tunggu...
Alifa Nurizzati
Alifa Nurizzati Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Siswa

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Mon Cherrie

17 November 2020   11:30 Diperbarui: 17 November 2020   11:31 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Mon Cherrie

"I want you here and taste it."

 Rambut sebahu, mata coklat, dan senyum yang manis masih terekam jelas dalam ingatan gue. Seorang cewek tomboy yang pernah hadir dalam hati gue. Siena Anasta Jullie.

Gue baru pertama kali sekelas sma dia waktu kelas 8, dan memang belum pernah dengar namanya. Diawal kelas8, setelah gue tau namanya gue panggil dia Siena, gue heran kenapa respon dia lama banget waktu gue panggil. Ternyata nama panggilannya Asta. Agak nyeleneh sih , dan itu tang buat gue makin tertarik.

Awalnya gue biasa aja ke dia karena dia juga engga begitu aktif di kelasdan anaknya memangbukan termasuk cewek cantik di sekolah. Dia biasanya ngobrol sama komplotannya dan kalo lagi sama sahabaat-sahabatnya itu kayak engga ada kata jaim kalo lagi ngumpul. Kalo dipikir lagi, kok bisa ya gue tertarik sama cewek yang biasa aja menueut orang lain tapi di mata gue dia orang manis dan menarik.

Momen kocak saat gue bisa ngobrol sama dia itu waktu ada tugas IPA bawa vitamin C yang harus dilarutin dulu di air, malah langsung dimakan. Kan itu vitamin C-nya ada gasnya gitu dan itu lucu banget ekspresinya dia saat gue jailin.

Oh iya , waktu itu gue kaget waktu ibu gue setelah pulang ambil rapot dia sebut nama Asta ke ayah gue. Gue langsung ikut nimbrung dong, dan ternyata memang Asta yang lagi diomongin. Katanya waktu itu ibu gue ketemu ibunya Asta, terus ketahuanlah kalau ternyata ayah gue satu kantor sama  ayahnya Asta. ‘ Wah, emang udang jodoh kali ya ‘ batin gue saat itu. Sejak hari itupun gue selalu menunggu kabar ibu gue menceritakan Asta lagi.

Sayangnya, masa indah gue hanya satu tahun.

Hari pertama di SMA , gue menuju bangku kosong dibelakang kelas. Ternyata dibelakang tinggal terasa 2 bangku kosong, yang disebelah tas pink abu-abu dan disebelah tas berwarna hitam. Gue duduk disamping kursi dengan tas berwarana hitam karena gue yakin kalau itu tas cowok. Saat bel masuk dan semua orang menempati kursi masing-masing gue kaget karena ada Asta masuk kelas.

Asta masuk kelas dengan wajah terkejut melihat gue sembari berkata,

            “Ndre, ngapain lu disini ?”. Raut wajahnya menunjukkan kebingungan dan sambil duduk dikursi sebelah gue.

            “iya,” jawab gue.

            “ Yah kita sekelas lagi dong kita.” kata Asta.

            “ Ha?! Sekelas lagi ?! LAGI ?! Beneran sekelas lagi nih ?” batin gue.

Ditengah jam pelajaran , gue mencoba untuk membuka percakapan.

            “Ta gue pindah kursi aja kali ya. Masa kitaduduk cewek cowok.”

            Asta menjawab, “Ih jangan ! Udah sini aja. Kan gue belom kenal siapa-siapa, lo juga kan?”

Sejak saat itu gue jadi makin dekat sama Asta , meskipun masih sekedar teman.

Kelas 11 gue sekelas lagi sama dia. Meskipun gak begitu dekat lagi kayak kelas 10 karena kita udah punya teman sendiri. Naik ke kelas 12, pagi harinya seperti biasa banyak siswa yang ingin melihat absen kelas. Tentu gue juga termasuk kerumunan pagi itu. Saat gue melihat kalau sekelas lagi sama Asta , rasanya seneng banget karena jadi msih bisa PDKT sama dia.

Kelas 12 ini, Sera sering bercerita kalau dia bingung mau kuliah dimana dan ambil jurusan apa. “Ndre , gue bingung mau nurut orang tua apa engga. Tapi gue juga pengen ke Prancis buat belajar pastry.” Gue selalu memberi saran , “Ikutin aja apa kemauan lo, tapi tetep minta izin sama orang tua lo. Kalaupun mereka tetep ga bolehin, ikutin aja pilihan mereka. Karen orangtua lo juga gak mau anaknya sengsara.”

Mungkin kata-kata gue itu membuat dia semakin membangkan. Sampai akhirnya kabar yang gue tahu, Sera tetap memilih sekolah pastry di Le Cordon Bleu Prancis. Gue bukan mau dia membangkan sama orang tua, tapi ternyata itu pilihan yang dia diambil.

Setelah itu gue gak pernah denger kabar dia ataupun teman-teman lain lagi. Mungkin karena gue sekrang udah menetap di jerman karena kerjaan, sedangkan Asta dan yang lain gak tahu gue keberadaannya.

Karena ada libur panjang, gue sama teman kantor memutuskan untuk jalan-jalan ke Negara tetangga Jerman. Tujuan kita dari Stuttgart ke Praha, Wina, Jenewa dan berakhir di Lyon.

Kami menikmati semua pemandangan yang disuguhkan negara itu. Ketika hari terakhir di Jenewa, teman gue bilang, "Dre, ada toko kue namanya “ Mon cherrie Orville’. Wah nama lo diabadikan di Perancis. Sampe pake 'mon cherrie 'segala.”

“ Ada artinya kali Orville dalam bahasa Perancis. Siapa tau bukan buat gue. Lagian siapa yang kenal sama gue?" jawab gue. Jawaban gue membuat semua tertawa keras. Gue penasaran dengan toko kue yang mengabdikan nama gue menjadi nama tokonya. Teman-teman gue sepakat kalau sampai Lyon nanti kita harus tanya sama pemiliknya. Hahahaha...

Tampak luar, toko kue ini terlihat biasa, sama seperti toko kue di jalanan Perancis. Toko kue dengan desain minimalis dan warna monokromnya yang tidak menonjol dibanding toko lain disebrang jalan. Hanya sebuah kata "Orville ' yang membuat gue dan teman-teman  gue penasaran hubungan toko itu dengan nama belakang gue.

Oh iya, nama lengkap gue Andre Benjamin Orville. Artinya , anak kesayangan yang gagah menjaga kota emas. Apakah ‘Orville’ adalah kata yang pasaran? Menurut gue sih tidak, karena ini bukan nama keluarga dan gue belum menemukan orang yang bernama Orville.

Sesampainya di sana, gue dan teman-teman langsung memesan croissant, eclair, millefeuile, dan opera. Yang berkesan dari itu semua menurut gue adalah operanya. Opera yang sangat mirip dengan opera dalam ingatan gue karena dulu Asta membawakan opera buatannya sendiri saat berkunjung ke rumah gue.

Salah satu teman gue bertanya pada pegawai disana, " Apa alasannya toko ini bernama Orville?"' tanyanya dalam Bahasa Perancis.

"Saya tidak tau alasannya karena saya hanya pegawai disini. Tapi sebelum pemilik toko meninggal dia bercerita, kalau Orville adalah nama belakang pria yang selama ini dia  cintai. Orang yang sangat membantunya hingga sampai ke Perancis. Meskipun ia tidak pernah tau juga perasaan pria itu, tapi ia berharap dengan adanya namanya disini, bisa mengiring pria itu menemukan toko ini dan merasakan cinta yang tulus darinya." kata pegawai itu.

"Wah siapa wanita yang mencintai pria setulus itu?' tanya gue

"Siena Anasta Jullie.' jawab pegawai itu.

Gue berusaha mengingat kalimat pelayan tadi. Pemilik toko ini sudah meninggal. Dia berharap gue datang kesini dan ingin gue tahu kalau dia mencintai gue dengan tulus. Gue menyesal kenapa gue gak sadar dari dulu.

'Asta. Gue disini, "-Andre Benjamin Orville

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun