Mohon tunggu...
Alif Al-Fattah
Alif Al-Fattah Mohon Tunggu... Mitra PayTren; English Trainer; University Student -

Author, Bookish, Traveller, Businessman, and English Trainer. Instagram: @alif_alfattah | WA: 087850099453

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tafsir Sosok Kiai Warits

5 Juni 2017   14:42 Diperbarui: 5 Juni 2017   15:18 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: annuqayah.blogspot.com

Sebagai tokoh masyarakat, Kiai Warits telah mendapat penilaian positif dari masyarakat dan santri-santri beliau. Di antara pelbagai komentar[a] Kiai Warits konsisten menjunjung ideologi Ahlussunnah wal Jamaah (hal. 83-84). Kekonsistenan ini menjadi tameng saat zaman semakin edan dan mayoritas orang mumet dihadapkan pada aneka macam paham seperti ISIS, Wahabi, JIL, Ahmadiyah, dll; dan [b]dedikasi yang tinggi kepada masyarakat. Di antara pengabdian beliau kepada masyarakat yang tampak adalah silaturrahmim kepada alumni Annuqayah tetap terjalin, sekalipun berada di tempat yang jauh. Jufri Halim (santri PP. Annuqayah 1983-1993) menyatakan dalam tulisannya, Tak Henti Mengayomi Alumni,Jati diri sebagai santri Annuqayah makin terasa, terlebih setelah intensitas silaturrahim dijalin di antara santri Annuqayah yang ada di Jakarta, mulai dari Ikatan Alumni Annuqayah (IAA), Forum Silaturrahim Santri Alumni Annuqayah (ForSAA), bahkan pertemuan keluarga yang mayoritas merupakan alumni santri Annuqayah” (hal. 64). Tak ternyana, beliau tetap hadir, sekipun jarak antara Annuqayah-Guluk-Guluk Sumenep—kediaman beliau—dan Jakarta sangat jauh dan umur beliau yang sepuh yaitu 76 (1938-2014).

Ketiga,beliau sebagai politisi: politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP), anggota DPRD Sumenep, wakil ketua DPRD Sumenep dan wakil ketua MPR RI. Terjun di dunia politik adalah tantangan yang amat berat. Tak sedikit orang yang aktif di dunia politik terjatuh ke jurang kenistaan seperti kasus korupsi, kongkalikong, nepotisme, dll. Sejauh tafsir penulis-penulis dalam buku ini, Kiai Warits benar-benar mampu menepis perbuatan-perbuatan amoral dan tidak manusiawi ini. Beberapa hal yang patut diteladani dari sosok Kiai Warits sebagai politisi: [a] kedisiplinan (tepat waktu). Beliau dikenal disiplin berangkat ke dan pulang dari kantor. Dalam kondisi yang lain, seperti mengajar, menghadiri undangan, dll, kedisiplinan tetap beliau jaga. Hal demikian terungkap dalam tulisan Ida Royani (santri PP. Annuqayah 1991-2005) yang berjudul Selalu Tepat Waktu,“…saya juga mengingat beliau sebagai sosok yang sangat menghargai waktu. Suatu ketika, saya, Ning Oot, dan Sahani (santri seperti saya), diundang ke pernikahan. …undangan jam 10:00 WIB beliau sudah berangkat karena takut terlambat” (hal. 108).

Dan, [b] warak. Sikap mulia ini terpancar dari kebiasaan bijak Kiai Warits menggunakan mobil negara dan mobil pribadi secara teratur. Artinya, kepentingan pribadi hendaknya menggunakan mobil pribadi, sedangkan mobil negara boleh dipakai jika bersangkutan dengan kepentingan negara. Sikap seperti ini sulit ditemukan di antara pemimpin sekarang. Sikap warak beliau juga menjadi tameng dari perbuatan amoral seperti korupsi. Selain itu, kehati-hatian beliau dari uang haram; beliau rajin mencatat pengeluaran, sekalipun sekecil Rp. 500,-.

Nah, demikian tafsir kepribadian Kiai Warits, mulai sebagai kiai, tokoh masyarakat, hingga politisi. Hasil tafsir yang positif tentang beliau patut dijadikan contoh/teladan bagi kita dalam menjalani hidup yang penuh tantangan.[]

Tulisan ini dimuat di Majalah Infitah Edisi XXVI April 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun