Mohon tunggu...
Alif Al-Fattah
Alif Al-Fattah Mohon Tunggu... Mitra PayTren; English Trainer; University Student -

Author, Bookish, Traveller, Businessman, and English Trainer. Instagram: @alif_alfattah | WA: 087850099453

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tafsir Sosok Kiai Warits

5 Juni 2017   14:42 Diperbarui: 5 Juni 2017   15:18 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: annuqayah.blogspot.com

Judul Buku: OaseKeteladanan K.H. A. Warits Ilyas

Penulis: K.H. M. Syafi’ie Anshori, dkk.

Penerbit Q Media Yogyakarta

Cetakan: 1, Februari 2015

Tebal: 131 halaman

ISBN: 978-602-71599-2-1

Menjalani hidup tak lepas dari tantangan. Pribadi yang terpuji ditentukan sejauh mana pribadi itu mampu menaklukkan segala cobaan hingga ajal menjemputnya.

Warna-warni hidup juga dapat dilihat dari perjalanan hidup Kiai Warits—sebutan KH. A. Warits Ilyas—yang diurai secara detail dalam buku Oase Keteladanaan K.H. A. Warits Ilyas.Buku inimemuat satu profil Kiai Warits dan dua puluh tulisan alumni Pondok Pesantren Annuqayah.

Tiga tafsir kepribadian Kiai Warits yang tetap membekas: beliau sebagai kiai, tokoh masyarakat, dan politisi.

Pertama,sosok Kiai Warits sebagai kiai yang terpancar: [a] menjunjung tinggi akhlakul karimah.Kata KH. Syafi’ie Anshori (santri PP. Annuqayah 1966-1972) dalam tulisannya, Warna-Warni Keteladanan,Hati-hati, peduli, dan menghormati. Itulah di antara sikap Kiai Warits yang sangat berkesan bagi saya dan penting diteladani” (hal. 13); [b] mewariskan Al-Qur’an sebagai pegangan hidup santri beliau, baik saat mondok maupun saat pulang ke masyarakat. Muhdori AR (santri PP. Annuqayah 1979-1985)menyatakan dalam tulisannya, Mewariskan Al-Qur’an, “Sekitar empat tahun lamanya saya belajar membaca Al-Qur’an diasuh langsung oleh sang kiai. Setiap hari ba’dha Subuh saya bersama beberapa santri mengaji di serambi rumah beliau. Saya yakin dengan barokah bimbingan beliau dalam mengaji, saat ini saya di Jakarta menjadi pengajar Al-Qur’an dari pinggiran kota Jakarta hingga di Masjid Istiqlal” (hal. 44); dan [c] menjadi pendidik sejati. Dalam tulisan Hasani Asro (santri PP. Annuqayah 1989-1994) yang bertajuk Ulama, Pendidik dan Politisi, Kiai Warits selain menjadi pengasuh/kiai pesantren, beliau juga aktif di dunia politik, namun beliau tetap mendidik santri beliau tanpa terkecuali. Sikap seperti ini sangat sulit dimiliki banyak orang; jamak orang yang terjun di politik, mengesampingkan dunia pendidikan, begitupun sebaliknya (hal. 101).

Kedua, beliau sebagai tokoh masyarakat. Menjadi tokoh mayarakat, bukan suatu hal yang mudah diemban. Setiap gerak-geriknya menjadi cermin bagi masyarakatnya. Kultur yang baik dan jelek di suatu masyarakat, salah satunya, bisa dilihat dari sikap tokoh masyakatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun