Mohon tunggu...
Alif Ahsanuddin
Alif Ahsanuddin Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Santri PM Gontor / Wartawan Darussalam Pos

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Efektifkah Pembelajaran Daring di Masa Pandemi?

22 Agustus 2020   15:53 Diperbarui: 22 Agustus 2020   15:57 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kendala terbesar yang ditemui dalam pelaksanaan pembelajaran daring adalah banyak masyarakat kalangan menengah kebawah terutama yang bertempat tinggal jauh dari perkotaan tidak memiliki sarana mengakses jaringan internet, bahkan tidak memiliki ponsel atau komputer untuk mencapai informasi pembelajaran.

Banyak yang mengeluhkan sulitnya mencari sinyal di berbagai daerah terpencil yang ada di Indonesia. Seorang guru di wilayah terpencil menuturkan bahwa di daerah tempatnya mengajar belum banyak masyarakat yang mengenal ponsel atau komputer apalagi jaringan internet sehingga pembelajaran berbasis daring sama sekali tidak dapat dilaksanakan, selain itu faktor ekonomi juga membuat ponsel yang notebene nya termasuk kebutuhan trasier manusia tidak dapat terpenuhi.

Radio Republik Indonesia (RRI) dan Stasiun Televisi TVRI mencoba memberi kontribusi bagi dunia pendidikan yang mengalami masa sulit dengan menyiarkan siaran edukatif bagi anak usia dini hingga menengah, tentu ini menjadi angin segar bagi mereka yang mengalami kesulitan dalam mengakses pembelajaran daring, namun karena sifat dari siaran tersebut umum, kurikulum dan terget pembelajaran yang disusun sekolah tidak berjalan efektif. Alhasil banyak guru yang akhirnya harus menempuh cara lain yaitu pembelajaran luring (luar jaringan) atau offline dengan mendatangi rumah siswa satu per satu secara bergilir.

Kendala lainnya yang ada adalah banyak guru hanya menyampaikan materi pembelajaran melalui layanan pesan singkat. Hal tersebut tentu sangat disayangkan, karena materi yang disampaikan hanya berupa tugas kognitif yang mengacu pada perkembangan sisi akademis saja, tanpa memperhatikan faktor afektif dan motorik siswa. Bahkan kebanyakan setelah memberi tugas kepada siswa kemudian, hanya meminta laporan untuk sekedar menandai kehadiran saja, tanpa memberi evaluasi belajar.

Pun juga orientasi yang salah dari wali tentang tugas yang diberikan semata hanya untuk  mengisi absen kehadiran perlu dibenahi, karena mainset ini justru akan merusak mental peserta didik Indonesia. Mental mau berusaha dan bekerja keras akan hilang jika hal ini terus berlanjut tanpa pembinaan yang baik dari pihak sekolah ataupun pemerintah.

Tanpa adanya interaksi antara guru dan murid, pembelajaran daring terkesan monoton dan satu arah, hal ini yang menimbulkan kejenuhan siswa dalam belajar sehingga mereka lebih memilih beralih ke kegiatan lain yang kontraproduktif seperti bermain game atau sekedar menonton film. Teknologi yang seyogyanya dimanfaatkan untuk belajar, justru digunakan untuk melakukan berbagai kegiatan kontraproduktif.

Memang lumrah seorang anak memiliki keinginan untuk mencari hiburan dengan bermain game, namun kenyataannya porsi waktu yang diambil untuk bermain game jauh lebih besar daripada waktu yang digunakan untuk belajar. Hal ini terjadi karena kurangnya pengawasan dari guru maupun orang tua.

Kebanyakan siswa justru lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain game daripada belajar (Sumber : aartreya.com)
Kebanyakan siswa justru lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain game daripada belajar (Sumber : aartreya.com)

Bagaimanapun pembelajaran ini berlangsung, baik postif maupun negatifnya harus terus dijalankan, karena pendidikan tidak boleh ditinggalkan namun juga protokol kesehatan yang ada harus dipatuhi.

Dalam Islam, Allah Swt. memerintahkan kita untuk menaati pemimpin dan para ulama, maka kebijakan-kebijakan pembatasan sosial harus ditaati tanpa meninggalkan kegiatan belajar mengajar.Di masa pendemi seperti ini menaati protokol kesehatan sangat penting agar tidak membahayakan diri kita sendiri ataupun orang lain.

Dalam ilmu Ushul Fiqh (ilmu hukum dalam Islam yang mempelajari kaidah-kaidah, teori-teori dan sumber-sumber secara terperinci dalam rangka menghasilkan hukum Islam yang diambil dari sumber-sumber tersebut)ada kaidah yang berbunyi Dar-ul mafasid muqoddam 'ala jalbil Masoleh yang artinya menjauhi resiko bahaya lebih diutamakan dibanding mencari manfaat, belajar secara tatap muka tentu sangat efektif seperti yang kita jalani sebelum dunia dilanda pandemi, namun menghindari bahaya lebih utama daripada mengejar manfaat tersebut, kaidah lain juga berbunyi La dhororo wa la dhiroro, yang berarti Jangan membahayakan diri sendiri ataupun orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun