Mohon tunggu...
Alifah Salma
Alifah Salma Mohon Tunggu... Lainnya - La tahzan

Life takes courage

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Petir yang Bergemuruh

11 November 2020   21:39 Diperbarui: 13 November 2020   14:34 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

      Ketika di Lampung, aku selalu bersama nenek. Karena ibu sedang sibuk mengobrol dengan uwa atau kakak dari ibuku. Ibu dan uwa masuk ke dalam kantor bapak untuk mengobrol. Sedangkan aku, Nazwa, dan adik laki-lakiku Firdaus berada diluar bersama nenek. Aku bermain kucing-kucingan dengan Nazwa saat sedang menunggu ibu keluar. Ruang depan kantor bapak sangat luas, sehinggga dapat digunakan untuk berlari-larian. Ketika saat berlari, aku terjatuh tersandung oleh tali. Kemudian, nenek menyuruh aku untuk diam dan duduk disamping nenek, begitupun Nazwa.

      "Nek, pengen ke ibu." Rengekku pada nenek. Dan nenek tidak memperbolehkan aku untuk masuk menemui ibu. Aku pun berjalan ke arah pintu dan melirik-lirik ke dalam dan melihat ibu dan uwa sedang mengobrol. Kemudian, aku pun diam-diam masuk ke dalam dan melihat ibu sedang menangis. Aku pun menghampiri ibu dan dipeluk oleh ibu.

      Aku mendengar obrolan mereka, ibu bertanya sambil menangis. Ibu bertanya siapa yang akan dipilih oleh bapak. Dan pertanyaan itu, selalu teringat olehku. Kemudian, uwaku menyuruhku untuk ke nenek. Akhirnya, aku pun keluar. Di luar aku hanya diam dan takut. Takut nantinya bapak akan memilih tante pada waktu itu. Aku hanya melamun dan enggan bicara. Dan pada saat itu juga, aku mulai takut dengan namanya pertengkaran. 

^_^

 Bandung Barat, Padalarang

      Setelah aku keluar dari ruangan tersebut menemui ibu, tidak lama kemudian aku dan keluargaku pun pulang. Dan aku tidak tahu bagaimana keputusan selanjutnya. Apakah bapak akan memilih ibu atau tante waktu itu. Yang sangat jelas, aku sangat takut akan ibu dan bapak tidak akan bersama. Dan selama aku tidak mengetahui bagaimana akhirnya, aku selalu bersama nenek, aku takut bersama ibu. Aku takut salah berbicara lagi ataupun yang lainnya. Karena gara-gara aku bercerita mengenai telepon itu, ibu menjadi bersedih.

      Setelah itu, ternyata ibu dan bapak tidak berpisah. Aku merasa senang namun bercampur sedih, karena aku telah membuat ibu dan bapak menjad bertengkar. Aku tidak akan membenci atau tidak suka pada ibu ataupun bapak. Aku hanya tidak mau ada pertengkaran hebat lagi antara keduanya. Dan aku tidak suka dengan suara yang terlalu lembut, karena apabila mendengar suara seperti itu, aku bisa menangis. Entah mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada intinya, aku hanya tidak suka dengan suara seperti itu semenjak kejadian tersebut.

^_^

      Suatu ketika, nenek akan bangun tidur untuk sholat subuh. Tetapi nenek tidak dapat membangunkan badannya dari tempat tidur. Kemudian, nenek berteriak memanggil orang-orang yang berada dirumah untuk menolongnya bangun dari tempat tidurnya. Tetapi, nenek tetap saja tidak kuat untuk bangun. Dan akhirnya, nenek pun melaksanakan sholat diatas kasur. Setelah nenek menyelesaikan sholatnya. Nenek dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa. Dan akhirnya nenek pun dirawat di rumah sakit yang sama dengan kakek, yaitu rumah sakit Dustira.

      Setelah beberapa hari dirawat, aku sering menjenguk nenek dan mengobrol dengan nenek. Dan nenek pun cepat membaik. Kata dokter, esok hari pun nenek sudah bisa pulang. Saat aku menjenguk nenek, nenek bercerita bagaimana cara nenek sholat berada di rumah sakit sebelum keadaannya membaik, yaitu dengan bertayamum. Kemudian, nenek mempraktikan bagaimana cara bertayamum. Dengan cara mengambil debu di tembok ataupun dekat dengan jendela, lalu ditepuk-tepuk dan diusapkan ke daerah muka dan tangan. Karena, nenek tidak terlalu kuat untuk pergi berwudhu ke kamar mandi ataupun melakukan aktivitas lainnya. Aku sangat bahagia sekali, ketika mendengar bahwa nenek akan pulang besok. Sehingga aku dapat menghabiskan waktu dengan nenek seperti biasanya lagi.

      Saat nenek akan pulang dari rumah sakit, aku tidak ikut menemaninya. Karena aku disuruh oleh ibu untuk diam dirumah saja, agar tidak terlalu banyak orang. Tetapi, ketika nenek akan diajak untuk pulang, kondisi nenek kembali menurun bahkan sampai tidak sadarkan diri. Kemudian nenek pun dipindahkan ke ruang ICU untuk mendapatkan perawatan lebih lengkap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun