Ketika aku mendengar kabar tersebut, aku langsung sangat bersedih dan ingin menjenguk nenek untuk melihat kondisinya. Tetapi tidak dibolehkan, karena aku masih berada dibawah batas umur izin masuk.
   Setelah beberapa hari nenek dirawat di ruang ICU, keadaan nenek tidak kunjung membaik. Aku memaksa kepada tante atau adik dari ibuku, untuk ikut dengannya ke rumah sakit bertemu dengan nenek. Kemudian dibolehkan olehnya. Saat sampai, aku hanya bisa melihat nenek dari luar pintu, karena tetap tidak diperbolehkan masuk.
   Tetapi, ketika disekitar ruangan nenek tidak ada suster dan dokter maupun penjaga. Tante mengajak aku untuk masuk ke dalam ruangan nenek dirawat. Dan ketika itu, aku melihat badan nenek penuh dengan alat dari ujung kepala hingga ujung kaki. Lalu terdengar suara nenek yang terus bertalkin, yang dituntun pengucapannnya oleh bibi atau kembaran dari ibuku.
   Aku merasa sangat sedih melihat nenek terbaring tidak berdaya dengan penuh alat diseluruh tubuhnya. Aku merindukan nenek yang selalu gembira apabila mengobrol denganku, selalu menyayangi dan memanjakanku, dan sikap sayang nenek yang lainnya kepadaku. Aku dibolehkan melihat hanya sebentar, kemudian aku pun disuruh untuk keluar lagi. Dan tidak lama setelah itu, aku diantar pulang oleh tante untuk beristirahat.
   Keesokan harinya, aku tidak diperbolehkan untuk ikut ke rumah sakit dan aku dititipkan pada saudaraku. Aku berada di rumah sendiri, sedangkan yang lainnya pergi ke rumah sakit. Ketika aku akan berangkat mengaji, aku menitipkan kunci rumah pada saudaraku.Â
   Pada saat sedang mengaji, terdengar suara dari toa mesjid yang mengucapkan salam. Saat itu, hatiku sangat berdebar kencang, takut, dan gelisah. Aku curiga bahwa itu pengumuman orang meninggal. Dan ternyata benar, itu merupakan pengumuman orang meninggal. Orang tersebut adalah nenek. Aku hanya bisa diam lalu menunduk. Dan air mata aku pun pecah. Aku tidak tahu harus bagaimana. Aku hanya sendiri dirumah dan tidak tahu harus bagaimana. Ibu ustadzah pun menyuruh aku untuk pulang. Dan aku pun diantar pulang oleh teman-temanku.Â
   Saat di rumah, ternyata saudara-saudaraku tengah bersiap-siap untuk menerima jenazah nenek. Selama itu, aku hanya bisa diam menangis. Saat itu, aku sedang menginjak kelas 3 SD. Aku sangat menyesal, mengapa aku tidak ikut ke rumah sakit. Dan malah diam saja dirumah. Sehingga aku tidak bisa melihat nenek untuk terakhir kalinya.
   Saat jenazah nenek tiba di rumah, aku segera memeluk ibu dan menangis sejadi-jadinya. Hatiku merasa sangat sakit, berat dan benar-benar tidak sanggup menerima kenyataan bahwa nenek sudah dipanggil oleh Sang Kuasa. Ketika jenazah nenek dimandikan, aku melihat sedikit dari jauh nenek dimandikan. Wajahnya yang pucat dan lemas membuatku semakin sedih. Nenek kini sudah tidak ada. Sudah tidak ada lagi yang membelaku saat nanti dimarahi oleh ibu.
^_^
   Sudah beberapa hari nenek meninggal. Aku merasa semakin sedih dan sangat kehilangan sosok yang selalu mengurusku selain ibu. Aku sangat benar-benar takut sekali. Karena, ingatan masa kecilku terus-terus bermunculan dengan jelas di kepalaku. Dan setiap ibu marah dengan bapak, aku sangat benar-benar takut. Takut akan kejadian dulu terulang kembali.
   Aku selalu menuangkan segala isi hatiku pada selembar kertas. Dari mulai aku yang merindukan nenek, dan masalah lainnya yang terjadi setelah nenek tidak ada. Dan juga, aku sering menulis diari semenjak nenek tidak ada.Â