Mohon tunggu...
Alif
Alif Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang mahasiswa S1 Pariwisata, UGM

Suka mie ayam

Selanjutnya

Tutup

Joglosemar Pilihan

Pesona Situs Ratu Boko: Sebuah Peninggalan Masa Lampau yang Tersembunyi

13 Desember 2023   13:30 Diperbarui: 13 Desember 2023   13:37 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Wylly Suhendra on Unsplash

Tidak jauh dari pusat Kota Yogyakarta terdapat sebuah situs bersejarah tersembunyi diatas bukit yang menyimpan misteri dan keindahan yang memukau. 

Situs itu adalah Ratu Boko sebuah peninggalan masa lampau yang berada diatas bukit yang terletak di dua desa yaitu Desa Bokoharjo dan Desa Sambirejo, Kapanewon Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. 

Situs keraton ini berbeda dengan situs candi lainnya di Yogyakarta karena dibangun pada ketinggian ±195.97 meter diatas permukaan laut dengan luas situs sebesar 25 hektar. Situs ini terletak 17 kilometer dari pusat Kota Yogyakarta. 

Perjalanan ke situs dapat ditempuh selama 35 menit perjalanan menggunakan motor, dan 43 menit perjalanan menggunakan mobil dari pusat kota.

Sejarah Situs Ratu Boko:

Situs Ratu Boko adalah situs bersejarah peninggalan Kerajaan Majapahit Kuno atau Kerajaan Medang (Masa Mataram Hindu) yang dibangun pada abad ke-8 masehi oleh Rakai Panangkaran dari Wangsa Sailendra. 

Pernyataan ini dibuktikan dengan ditemukannya Prasasti Abhyagiri Wihara, Abhaya yang memiliki arti damai, giri artinya gunung atau bukit, jika kata tersebut digabungkan memiliki arti wihara yang dibangun di bukit damai. 

Menurut prasasti tersebut Situs Ratu Boko dibangun karena Rakai Panangkaran ingin membangun sebuah wihara untuk kebutuhan rohani dan memusatkan pikirannya tentang keagamaan. 

Keraton ini pada awalnya memiliki corak Buddha karena Prasasti Abhayagiri Wihara yang ditulis dengan Aksara Pra-nagari yang mencirikan dari prasasti Buddha dan ditemukannya Arca Dyani Buddha, Kemudian keraton ini juga bercorak Hindu karena ditemukannya arca Hindu seperti Duga, Ganesha, dan Yoni. 

Hal ini dikarenakan situs ini dibangun oleh Rakai Panangkaran yang menganut agama Buddha dan kemudian direbut oleh raja-raja Mataram Hindu, yang kemudian kompleks keraton ini dialihfungsikan menjadi benteng pertahanan oleh Rakai Pu Kombayani pada tahun 898-972 M.

Asal-usul Nama Ratu Boko:

Nama Keraton Ratu Boko berasal dari legenda lokal yang menyebutkan bahwa dulunya keraton ini dimiliki oleh Ratu Boko (kata ratu disini memiliki persamaan kata dengan raja dalam tradisi Jawa). 

Diceritakan bahwa Ratu Boko adalah seorang raksasa kejam yang suka memakan manusia dan Ratu Boko merupakan ayah dari Raden Roro Jonggrang. 

Untuk mencari manusia yang akan dimakan olehnya, maka Ratu Boko akan mengutus para prajuritnya dan jika prajurit tersebut gagal untuk mencari tumbal untuk makanan Ratu Boko maka sebagai gantinya prajurit tersebut akan dimakan oleh Ratu Boko. 

Teror yang dilakukan oleh Ratu Boko membuat para masyarakat khawatir dan banyak dari mereka meminta perlindungan ke kerajaan lain, Kabar raksasa pemakan manusia ini sampai ke telinga Raja Kerajaan Pengging yang kemudian mengutus anaknya yaitu Prabu Bondowoso untuk membunuh Ratu Boko. 

Pertarungan antara Ratu Boko dan Prabu Bondowoso berlangsung sangat sengit namun berkat kekuatan dan kesaktian Prabu Bondowoso akhirnya Ratu Boko dapat dikalahkan dan memberikan kedamaian kepada para masyarakat, Kemudian diceritakan bahwa Prabu Bondowoso jatuh cinta kepada anak Ratu Boko yaitu Raden Roro Jonggrang yang menjadi awal kisah dari Candi Sewu dan Arca Roro Jonggrang.

Bagian-Bagian Kompleks Ratu Boko:

  • Gerbang Masuk

Gerbang masuk Situs Ratu Boko memiliki dua bagian utama yaitu gerbang luar dan gerbang dalam. Gerbang Dalam Situs Ratu Boko terdiri dari 5 Gapura Paduraksa yang sejajar dengan gerbang luar.

Di Gapura Dalam terdapat dua gapura pengapit yang berada di setiap sisi, kemudian 3 dari 5 gapura itu mempunyai tangga yang dilengkapi dengan ornamen ukel (gelung) di pangkal dan kepala raksasa di puncak tangga. Dinding luar tangga juga dihiasi dengan ukiran berpola bunga dan sulur-suluran.

  • Candi Batukapur

Masuk ke bagian dalam situs pada sisi bagian timur ada sebuah reruntuhan bangunan yang memiliki luas 5×5 m^2 yang disebut Candi Batukapur karena bahan material yang digunakan adalah batuan kapur. Para peneliti mengatakan bahwa dulu atap yang digunakan untuk Candi Batukapur ini adalah bahan-bahan organik seperti kayu, sirap, dan genteng.

  • Candi Pembokoran

Tidak jauh dari Candi Batukapur terdapat sebuah Candi Pembokoran yang berbentuk seperti teras yang berundak dan memiliki tinggi 3 meter, Tempat ini diyakini sebagai tempat untuk melaksanakan kremasi mayat dan tempat pemujaan.

  • Paseban

Beralih ke tempat selanjutnya kita dapat menemukan Paseban yaitu tempat untuk menyembah atau menghadap raja (seba dalam Bahasa Jawa memiliki arti menghadap) yang dibangun menggunakan batu andesit sebagai alas, Di berbagai permukaan lantai ditemukan 20 umpak pondasi tempat untuk menancapkan tiang bangunan dan 4 alur bekas tempat berdirinya dinding pembatas.

  • Pendapa

Pendapa (Dalam Bahasa Jawa pendapa adalah teras untuk menerima tamu) merupakan dinding setinggi 3 meter yang mengelilingi sebuah lahan yang berukuran 40 m x 30 m, untuk jalan masuk ke pendapa harus melalui sebuah gapura yang disebut Gapura Paduraksa (gapura beratap) yang berada di sisi utara, selatan, dan barat. 

Di sekeliling bagian luar pendapa terdapat sistem pembuangan air yang disebut Jaladwara, sistem pembuangan air ini juga ditemukan di Candi Banyunibo dan Borobudur.

  • Keputren

Keputren adalah tempat tinggal para putri raja yang terletak dibagian timur pendapa. Keputren memiliki dua bagian yaitu bagian utara yang berisi 3 kolam yang berbentuk persegi, dan bagian selatan yang memiliki 8 kolam berbentuk lingkaran yang berjejer sebaris.

  • Gua

Di lereng bukit Situs Ratu Boko terdapat dua buah gua yang bernama Gua Lanang (Gua Laki-Laki) dan Gua Wadon (Gua Perempuan) yang memiliki ukuran dan letak berbeda, Gua Lanang berada di timur laut paseban dan memiliki berbentuk persegi berukuran 3.7 m×1.3 m dengan kedalaman 2.9 m, sedangkan Gua Wadon berada di tenggara paseban dan memiliki ukuran lebih kecil dengan kedalaman 1.7 m

Photo by Wylly Suhendra on Unsplash
Photo by Wylly Suhendra on Unsplash

Ratu Boko tidak hanya sekadar tumpukan batu-batu peninggalan masa lampau; ini adalah bukti karya kehebatan arsitektur di masa lampau.

Mungkin situs Ratu Boko belum menjadi destinasi utama seperti Candi Prambanan atau Candi Borobudur untuk para pengunjung yang ingin menikmati wisata candi, tetapi Situs Ratu Boko memiliki daya tarik yang tak terbantahkan. 

Terkadang, keindahan dan keajaiban sebuah tempat tersembunyi dalam ketidakpopulerannya. Selain menawarkan wisata candi, situs Ratu Boko juga mempersembahkan keajaiban alam yang memikat. 

Dari puncak bukit, kita bisa menyaksikan kehidupan sehari-hari di Kapanewon Prambanan dan menikmati panorama matahari terbenam yang memukau. Udara segar dan langit biru Prambanan menjadi saksi keindahan yang masih alami di sekitar situs ini.

Meskipun misteri-misteri masa lalu seperti megahnya keraton dan bentuk asli reruntuhan masih belum terpecahkan, namun inilah daya tarik Situs Ratu Boko yang membuatnya begitu menarik. 

Seiring berjalannya waktu, mungkin semua misteri ini akan terkuak, memberikan pemahaman lebih dalam tentang kebesaran dan kejayaan yang pernah ada. 

Namun, untuk saat ini, mari kita biarkan misteri-misteri ini menjadi undangan yang memikat, mengajak para pengunjung untuk datang dan merasakan keunikan serta keindahan Situs Ratu Boko sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Joglosemar Selengkapnya
Lihat Joglosemar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun