Mohon tunggu...
Alievia Hanum
Alievia Hanum Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

mendengarkan musik, menonton movie, dan mengeksplor hal-hal baru

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pemikiran Islam di Era Digital: Dampaknya Terhadap Generasi Muda

16 Desember 2024   12:20 Diperbarui: 16 Desember 2024   12:11 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Generasi muda, generasi yang tumbuh di era di mana semua serba digital, berfungsi sebagai penghubung antara tradisi dan modernitas. Saat ini semua orang dapat mengakses informasi dengan begitu mudah, namun ada kemungkinan bahwa hoax dan gagasan yang bertentangan dengan ajaran Islam juga akan menyebar. Pemikiran Islam pasti sedang menghadapi tantangan dan peluang baru di era kemajuan teknologi digital saat ini. Oleh karena itu, dakwah (salah satu media penyebaran pemikiran Islam) tidak hanya harus menyampaikan pesan saja tetapi juga harus mampu mengubahnya dengan cara yang lebih menarik dan kreatif.

Lantas Bagaimana cara kita agar menjangkau hati dan pikiran para generasi muda di era yang serba digital ini? Tantangan-tantangan apa saja yang harus dihadapi oleh para penyebar ajaran Islam seperti da'i dalam menyebarkan ajaran isalm? Dan peluang apa saja kira-kira yang bisa dimanfaatkan untuk memperluas serta memperkuat Iman moralitas mereka?

Perlu kita ketahui, sebelum masuknya era digital pemikiran Islam cenderung terbatas pada akses informasi yang bersifat konvensional dan lokal. Sementara literatur Islam seperti Tafsir dan hadis hanya dapat ditemukan dalam bentuk buku atau perpustakaan, maka pemahaman orang muslim kalau itu seringkali dibatasi oleh sumber daya yang tersedia di sekitar mereka. Metode dakwah yang tradisional dan tatap muka, seperti pengajian di Masjid atau ceramah langsung terbatas pada komunitas lokal. Pendidikan Islam juga menekankan pengajaran langsung antara murid dan guru. Kurikulumnya yang cenderung statis dan tidak berubah seiring perkembangan zaman. Selain itu, budaya lokal memainkan peran yang penting dalam menentukan kebiasaan agama, yang menyebabkan perbedaan dalam pemahaman islam di berbagai tempat atau daerah.

Sebaliknya ketika era digital masuk, era digital telah merevolusi pemikiran Islam dengan membuka akses Global terhadap sumber-sumber keagamaan. Di mana umat muslim sekarang dapat dengan mudah mendapatkan informasi tentang Islam melalui internet, yang memungkinkan mereka untuk mengeksplorasi perspektif yang lebih luas dan beragam. Dakwah sekarang lebih canggih dengan memanfaatkan media media sosial, video, dan aplikasi daring Untuk menjangkau audien secara cepat dan efektif. Pendidikan Islam juga menjadi lebih interaktif melalui kursus online dan aplikasi belajar, memberikan fleksibilitas kepada generasi muda. Namun, kemajuan ini membawa tantangan baru, seperti maraknya hoaks, radikalisasi, dan efek negatif dari konten ekstrim. Umat muslim dapat memanfaatkan era teknologi saat ini untuk meningkatkan pemahaman agama mereka sambil mempertahankan nilai-nilai dasar ajaran islam.

Tantangan dan Peluang Dakwah di Dunia Digital

Di era digital, dakwah menghadirkan tantangan sekaligus peluang yang besar untuk menyebarkan nilai-nilai Islam, terutama di kalangan generasi muda. Para Da'i dituntut untuk menyampaikan pesan yang asli dan relevan di tengah arus informasi yang melimpah, yang seringkali disertai dengan hoax dan konten yang menyimpang. Namun, kemajuan teknologi juga memungkinkan dakwah kreatif Untuk menjangkau audiens lebih luas melalui komunitas online, media sosial, atau video, dakwah dapat menjadi sarana untuk membangun generasi muda yang Paham agama sekaligus siap menghadapi dinamika dunia modern dengan bekerja sama antara ulama, pendidik, dan masyarakat. Tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa ada rintangan-rintangan yang harus dihadapi.

Tantangan Dakwah di Era Digital

Di era digital memang menjanjikan peluang besar untuk memperluas dakwah namun dibalik kemudahan itu, terdapat tantangan yang tak bisa diabaikan begitu saja, antara lain:

1. Meluapnya Informasi Sekaligus Menyuburkan kekeliruan

Kita semua tentunya sadar internet kini menjadi arus deras yang membawa segala macam informasi, baik yang bermanfaat maupun yang menyesatkan. Dalam kondisi seperti ini, generasi muda seringkali kebingungan antara memilih mana hal-hal yang benar-benar bermanfaat dan yang hanya menipu. Di tengah harus hoaks yang kian mengaburkan kebenaran, tugas para Dai bukan lagi sekedar menyampaikan pesan, di sisi lain mereka juga memastikan pesan itu harus tetap terjaga murni.

2. Jaring digital serta ladang baru radikalisme

Internet kini telah menjadi tempat berkembangnya ideologi ekstremis. Kelompok-kelompok radikal memanfaatkan celah ini untuk menyebarkan paham atau ideologi mereka, generasi muda seringkali menjadi sasaran target utama mereka. Maka dapat dilihat disini tantangan dakwah ialah memberikan pemahaman islam yang ramah, santun, dan moderat- yang tidak hanya membantu ekstremisme tetapi juga menghadirkan wajah Islam yang sejuk dan juga relevan.

3. Gesekan Budaya di Tengah Arus Global

Media digital tetap merupakan jendela besar yang memperkenalkan budaya-budaya luar. Namun, bagaimanapun budaya ini bertentangan dengan nilai-nilai Islam, menyebabkan hilangnya pijakan identitas generasi muda. Maka dakwah modern harus memainkan perannya dengan cermat, mengatasi tantangan zaman sambil mempertahankan inti ajaran nilai-nilai keislaman yang mendasar.

Melalui tantangan-tantangan ini, dakwah di era digital dituntut untuk bergerak lebih luwes dan strategis, namun tetap berpijak pada prinsip-prinsip Islam yang kokoh.

Peluang Dakwah di Era Digital

Meski ada banyaknya tantangan, dunia digital menawarkan kesempatan emas untuk menyampaikan ajaran Islam dengan cara yang lebih kreatif dan lebih luas, antara lain:

1. Jangkauan tak terbatas di ujung jari

Ruang dakwah sekarang tidak lagi terhalang oleh jarak dan waktu berkat kemudahan akses internet. Pesan Islam dapat menyebar di seluruh dunia melalui blog, media sosial, dan podcast, serta dapat hadir di layar generasi muda kapanpun mereka membutuhkannya, tanpa harus menunggu momen-momen tertentu.

2. Interaksi Real-Time dengan Audiens

Keberadaan media sosial memungkinkan interaksi spontan dan real-time antara da'i dan audiens. Kalau mau komentar atau sesi tanya jawab daring menjadi medium yang menjadikan dakwah lebih dekat, lebih responsif, dan lebih mampu menjawab kegelisahan hati generasi muda secara langsung.

3. Menawarkan Pesan dalam Gaya yang Menggugah

Penyampaian dakwah Kini tak lagi terpaku pada pola konvensional. Video singkat yang inspiratif, infografis yang sarat makna, hingga meme Islam yang menghibur adalah alat yang dapat menyampaikan nilai-nilai Islam tanpa terasa monoton. Pendekatan ini membuka ruang kreatif untuk membuat ajaran Islam lebih dekat dengan keseharian.

4. Mendirikan komunitas digital yang menginspirasi

Platform online menawarkan kesempatan untuk membentuk komunitas yang mendukung kemajuan iman dan ilmu. Generasi muda dapat berbagi pengalaman spiritual, saling memotivasi, dan menumbuhkan keyakinan dalam lingkungan yang aman serta membangun di ruang online ini.

Dengan memanfaatkan peluang-peluang ini, dakwah di era digital berpotensi bukan hanya menjadi jembatan ilmu, tetapi juga menjadi penggerak perubahan yang membawa generasi muda lebih dekat pada nilai-nilai Islam dalam dunia yang terus berkembang seiring zaman.

Era digital yang dinamis menempatkan pemikiran Islam di tengah-tengah antara tantangan dan peluang yang menarik. Generasi muda, dengan segala potensinya, memainkan peran utama dalam transformasi ini. Dengan bantuan teknologi dan media sosial yang dimana menghadirkan ruang yang tak terbatas untuk menyampaikan dakwah dengan cara yang menarik dan relevan, menjangkau lebih banyak audiens yang beragam. Namun, aliran informasi yang tak terkendali dapat menimbulkan risiko besar- dari mulai hoaks sehingga radikalisasi. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menyajikan pemikiran Islam yang moderat dan kontekstual, agar generasi muda tidak hanya memahami ajaran agama mereka, tetapi juga mampu mengaplikasikannya di kehidupan sehari-hari. Tentunya didukung dengan kolaborasi yang erat antara ulama, orang tua, pendidik, dan masyarakat menjadi kunci untuk menciptakan ruang yang mendidik sekaligus aman. Ruang ini yang menjadi tempat generasi muda tumbuh, belajar, dan menemukan makna agama yang selaras dengan realitas kehidupan mereka.

Pada akhirnya, dengan adanya era digital ini menjadikan kesempatan untuk memperkuat iman dan moralitas generasi muda, melalui pendekatan yang tepat kita dapat menanamkan nilai Islam yang kokoh sekaligus adaptif, mencetak generasi yang tidak hanya memahami iman mereka, tetapi juga menjadi penggerak perubahan positif bagi masyarakat global.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun