Mohon tunggu...
Aliesa Azahwa Faradilla
Aliesa Azahwa Faradilla Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Aktif UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Calon Istri Lee Jeno

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsafat Dakwah dan Pendidikan Islam

13 Desember 2024   16:41 Diperbarui: 13 Desember 2024   16:40 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

A. Integrasi Filsafat Dakwah Dalam Kurikulum Pendidikan Islam

Filsafat Dakwah merupakan pendekatan yang menekankan pentingnya penyebaran dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Dalam konteks pendidikan, dakwah tidak hanya berarti menyampaikan ajaran agama, tetapi juga menginternalisasi nilai-nilai Islam dalam proses belajar mengajar.

Integrasi filsafat dakwah dalam Kurikulum merupakan  proses yang melibatkan pencantuman nilai-nilai keislaman ke dalam mata pelajaran dan metode pengajaran, sehingga siswa dapat memahami dan menerapkan ajaran Islam dalam konteks ilmu pengetahuan dan kehidupan sosial mereka.

Pada dasarnya, integrasi filsafat dakwah dalam kurikulum bertujuan untuk memberikan pemahaman menyeluruh tentang makna dakwah sebagai aktivitas intelektual, spiritual, dan sosial. Dakwah bukan sekadar menyampaikan pesan agama, tetapi juga membangun kesadaran dan transformasi moral dalam masyarakat. Hal ini sejalan dengan prinsip Islam yang menekankan pentingnya menyampaikan kebenaran secara bijaksana (hikmah), penuh nasihat yang baik (mau'izhah hasanah), dan dialog yang santun (mujadalah billati hiya ahsan). Oleh karena itu, pendidikan Islam yang mengusung filsafat dakwah harus memberikan ruang untuk mendalami nilai-nilai ini secara teoritis dan aplikatif. 

Dalam struktur kurikulum, filsafat dakwah dapat diintegrasikan secara eksplisit maupun implisit. Secara eksplisit, kurikulum dapat mencakup mata pelajaran khusus yang membahas teori-teori dakwah klasik dan kontemporer, termasuk pendekatan filosofis terhadap dakwah. Misalnya, peserta didik dapat mempelajari pemikiran para ulama tentang dakwah, seperti konsep hikmah menurut Al-Ghazali, pendekatan akhlak dalam dakwah Ibn Khaldun, atau strategi dakwah modern yang relevan di era digital. Secara implisit, nilai-nilai dakwah dapat disisipkan dalam mata pelajaran lain, seperti Akidah, Fikih, dan Akhlak, dengan menekankan bagaimana ajaran-ajaran tersebut dapat diaplikasikan dalam konteks dakwah yang sesuai dengan kebutuhan zaman. 

Metode pengajaran menjadi komponen penting dalam integrasi filsafat dakwah. Guru perlu menggunakan pendekatan interaktif seperti diskusi, analisis kasus, dan simulasi dakwah untuk membantu peserta didik memahami dan menerapkan konsep dakwah. Misalnya, simulasi dakwah melalui pidato, debat, atau pembuatan konten digital dapat memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik dalam menyampaikan ajaran Islam. Selain itu, metode interdisipliner, yang menghubungkan filsafat dakwah dengan ilmu komunikasi, sosiologi, dan psikologi, dapat membantu peserta didik memahami dinamika masyarakat dan cara menyampaikan pesan yang efektif. 

Pemanfaatan teknologi juga menjadi elemen kunci dalam integrasi filsafat dakwah. Di era digital, kemampuan berdakwah melalui media sosial dan platform digital adalah keterampilan yang sangat relevan. Kurikulum dapat mencakup literasi media dakwah, melatih peserta didik untuk menggunakan teknologi dengan bijak dalam menyampaikan pesan Islam yang penuh hikmah. Selain itu, mereka diajarkan untuk mengenali tantangan seperti hoaks, ujaran kebencian, atau distorsi informasi yang sering muncul di dunia maya, sehingga mampu menghadirkan dakwah yang santun, kredibel, dan informatif. 

Tujuan jangka panjang dari integrasi filsafat dakwah dalam kurikulum adalah mencetak generasi dai yang tidak hanya memahami ajaran Islam secara mendalam, tetapi juga memiliki kemampuan untuk menyampaikan nilai-nilai tersebut dengan cara yang relevan dan inspiratif. Generasi ini diharapkan mampu menjadi penggerak perubahan sosial, memperkuat ukhuwah Islamiyah, dan menghadirkan Islam sebagai rahmatan lil alamin. Dengan demikian, pendidikan Islam berbasis filsafat dakwah tidak hanya menjadi sarana pembelajaran, tetapi juga menjadi pondasi bagi transformasi moral dan spiritual di tengah masyarakat. 

Berikut adalah beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengintegrasi filsafat dakwah dalam kurikulum pendidikan Islam:

1. Metode Pembelajaran Berbasis Nilai

Metode ini berfokus pada penanaman dan pengembangan nilai-nilai dalam diri peserta didik. Dalam konteks pendidikan Islam, nilai-nilai yang diintegrasikan mencakup akhlak, kejujuran, dan kepedulian social.

2. Metode Diskusi dan Dialog

Metode ini melibatkan interaksi aktif antara guru dan siswa, di mana siswa didorong untuk mengemukakan pendapat dan berdiskusi mengenai isu-isu dakwah.

3. Metode Proyek

Melalui metode proyek, siswa terlibat dalam kegiatan nyata yang berkaitan dengan dakwah, memungkinkan mereka untuk menerapkan pengetahuan yang diperoleh dalam konteks praktis.

4. Metode Pembelajaran Aktif

Metode ini melibatkan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran melalui aktivitas interaktif yang mendorong partisipasi aktif.

5. Metode Refleksi

Metode refleksi mengajak siswa untuk merenungkan pengalaman belajar mereka dan bagaimana nilai-nilai dakwah dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

6. Metode Interdisipliner

Metode ini mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu dengan fokus pada nilai-nilai dakwah, sehingga siswa mendapatkan pemahaman yang lebih holistik.

7. Metode Pembelajaran Berbasis Masalah

Metode ini menghadapkan siswa pada masalah nyata yang berkaitan dengan dakwah dan meminta mereka mencari solusi, mendorong keterampilan pemecahan masalah.

B. Peran Dakwah Dalam Pembentukan Kurikulum pendidikan Dan Metodologi Pengajaran

Dakwah memiliki peran strategis dalam membentuk kurikulum pendidikan dan metodologi pengajaran. Kurikulum berbasis dakwah dirancang untuk menciptakan manusia yang memiliki keseimbangan antara ilmu pengetahuan, keterampilan, dan akhlak mulia. Dalam hal ini, dakwah tidak hanya menyampaikan pesan keagamaan tetapi juga berfungsi sebagai pembentuk nilai-nilai dasar yang menjadi landasan pendidikan.

Dakwah dalam konteks pendidikan merujuk pada upaya menginternalisasi nilai-nilai Islam ke dalam sistem pendidikan. Kurikulum pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai Islam bertujuan membentuk generasi yang memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.

Dakwah juga memiliki beberapa peran dalam pendidikan yaitu sebagai berikut:

1. Pembentukan Nilai Dasar

Dakwah berperan sebagai sarana untuk menyisipkan nilai-nilai keislaman dalam setiap aspek kurikulum. Nilai-nilai seperti akhlak, kejujuran, dan keadilan diajarkan melalui berbagai mata pelajaran.

2. Integrasi Ilmu Agama dan Umum

Dakwah mendorong pengintegrasian ilmu agama dan ilmu umum agar tidak terjadi dikotomi pendidikan. Hal ini menegaskan bahwa ilmu-ilmu duniawi juga memiliki peran penting dalam mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

3. Pembentukan Tujuan Pendidikan

Kurikulum yang berdasarkan dakwah dirancang untuk menciptakan individu yang seimbang antara aspek spiritual, intelektual, dan sosial.

Metodologi pengajaran yang efektif juga sangat dipengaruhi oleh pendekatan dakwah. Dalam proses pengajaran, dakwah memberikan landasan untuk menggunakan metode yang memadukan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun