Mohon tunggu...
alien indo
alien indo Mohon Tunggu... profesional -

Aku berasal dari planet lain, jadi manusia bumi menyebutku Alien. Karena pesawatku rusak, aku terdampar ke bumi, ke negara bernama Indonesia, dan terpaksa mempelajari tingkah pola 'mengharukan' dari makhluk bernama manusia....

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Panigoro Lepas Tangan, Bagaimana Nasib Konsorsium?

15 Agustus 2012   03:50 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:45 1650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

^Salam manusia bumi^

SETELAH  lama menyepi dan sibuk berusaha memperbaiki pesawat yang rusak, aku akhirnya tergerak untuk menulis (kembali) soal PSSI. Ide untuk menulis muncul setelah tanpa sengaja aku membaca berita di JPPN berjudul Arifin Panigoro Lepas Tangan. Secara umum, berita itu menginformasikan bahwa Panigoro tidak mau lagi mengurusi atau berurusan dengan PSSI.

Sejauh yang aku tau, Panigoro adalah figur sentral bergulirnya IPL, yang saat itu dianggap ilegal oleh PSSI. Setelah pergantian rezim, IPL berubah menjadi liga legal. Panigoro juga termasuk anggota konsorsium, yang mengongkosi operasional klub-klub peserta IPL musim lalu.

Konsorsium, merupakan metode pembiayaan olahraga yang tergolong baru di Indonesia. Dengan adanya konsorsium, klub tak perlu memikirkan biaya operasional. Semua pembiayaan ditanggung konsorsium.

Namun metode ini rupanya belum begitu cocok untuk Indonesia. Menjelang berakhirnya kompetisi banyak terdengar kabar soal keluhan pemain sepakbola yang gajinya belum dibayar. Atau keluhan klub bahwa dana belum dicairkan konsorsium. Kisruh seputar keterlambatan pembayaran ternyata belum juga usai. Yang terbaru, seperti diungkap Bolanet, terjadi di PSM. Sejumlah elemen PSM mengancam akan melaporkan konsorsium ke polisi. Konsorsium dianggap lalai membayar gaji pemain selang empat bulan terakhir. Yang belum mendapat gaji bukan hanya pemain. Namun juga pelatih, asisten, ofisial, dan staf.

Setelah Panigoro lepas tangan dan tak mau mencampuri urusan PSSI (termasuk tak mau lagi mengurusi konsorsium), lalu bagaimana nasib konsorsium di musim mendatang? Apakah metode konsorsium ini masih akan diberlakukan? Jika tidak, bagaimana klub IPL nantinya mengatur operasional klub?

Skenario konsorsium Ada beberapa skenario terkait konsorsium yang mungkin terjadi di musim mendatang.

Skenario pertama, konsorsium bertahan dan tetap membiayai klub. Karena konsorsium merupakan pemilik  setelah membeli saham klub, maka kerugian finansial di musim lalu mungkin dianggap sebagai bagian dari investasi. Bahwa untuk jangka panjang, klub IPL bisa mendatangkan pemasukan. Jika skenario ini terjadi, maka tak ada masalah bagi klub.

Namun dengan mundurnya Panigoro, peluang terjadinya skenario ini aku pikir sangat tipis. Mungkin 70-30.

Skenaro kedua, konsorsium menjual saham klub. Jika tak mampu (atau tak bersedia) mengurus klub, konsorsium bisa menjual saham klub ke pihak lain. Pilihan ini sempat menjadi wacana di Persema, yang kabarnya akan dijual ke investor asing.

Namun aku pikir, kecil kemungkinan skenario ini terjadi. Atau kalau toh terjadi, mungkin hanya pada 1-2 klub.

Skenario ketiga, konsorsium mogok. Mereka tidak menjual saham klub namun juga enggan mengucurkan dana operasional. Mereka memilih menunggu hingga iklim kompetisi membaik dan klub mulai mendatangkan untung. Konsekuensi dari mogoknya konsorsium adalah, klub harus mencari uang sendiri jika masih ingin berpartisipasi di liga.

Sponsor utama

Jika konsorsium lepas tangan, maka PSSI harus turun tangan untuk membantu klub. Antara lain berusaha melobi pihak tertentu untuk menjadi Sponsor Utama. Iming-imingnya tentu nama liga akan mengikutsertakan identitas sponsor. Beberapa tahun lalu pernah ada Liga Djarum. Atau Liga Bank Mandiri. Hal itu bisa dilobi kembali.

Sponsor utama inilah yang nanti membiayai sebagian besar (tidak semua) biaya operasional klub. Jadi klub tinggal mencari sponsor tambahan.

Bisakah PSSI Djohar Arifin mendapatkan sponsor utama? Aku pikir peluangnya 50:50. Label sebagai liga legal merupakan jualan utama.

Upaya lobi harus dilakukan dengan cerdas karena realita di musim lalu, sebagian pertandingan IPL  itu sepi penonton. Bahkan ada pertandingan yang hanya disaksikan ribuan orang. Tentu sponsor utama hanya mau menggelontorkan ratusan milyar rupiah untuk sebuah liga yang semarak, yang riuh rendah dan penontonnya membludak.

Cari dana sendiri Jika konsorsium mogok, jika sponsor utama tak juga didapat, maka mau tak mau klub-klub IPL harus kembali ke cara tradisional. Cara yang sudah mulai dilakukan klub-klub ISL. Yakni mencari sponsor sendiri.

Ini juga tidak gampang. Sponsor hanya mau membiayai klub yang punya basis massa yang jelas dan jumlahnya signifikan. Dari deretan klub di IPL, hanya Persebaya yang sesuai dengan kriteria itu. Arema dan Persija berpotensi jika dualisme berhasil diselesaikan. Klub-klub lain harus bekerja sampai berdarah-darah untuk mendapatkan sponsor.

Butuh 'orang gila'

Untuk membiayai sepakbola Indonesia, dibutuhkan 'orang gila'. Yakni figur yang rela mengeluarkan uang ratusan milyar rupiah. Di ISL (kabarnya) ada Bakrie. Di IPL, tadinya ada Arifin Panigoro.

Namun setelah Panigoro memutuskan lepas tangan, itu pertanda bahwa dia tak lagi 'gila'. Panigoro telah 'waras'.

Yang mungkin tidak disadari adalah, mundurnya Panigoro bakal menghadirkan persoalan baru bagi PSSI, terutama soal pembiayaan kompetisi. Mundurnya Panigoro memunculkan tanda tanya: Apakah IPL tetap akan digelar tahun depan? Jika digelar, dari mana klub membiayai operasionalnya?

^Bagaimana pendapat Anda, manusia bumi?^

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun