Skenario ketiga, konsorsium mogok. Mereka tidak menjual saham klub namun juga enggan mengucurkan dana operasional. Mereka memilih menunggu hingga iklim kompetisi membaik dan klub mulai mendatangkan untung. Konsekuensi dari mogoknya konsorsium adalah, klub harus mencari uang sendiri jika masih ingin berpartisipasi di liga.
Sponsor utama
Jika konsorsium lepas tangan, maka PSSI harus turun tangan untuk membantu klub. Antara lain berusaha melobi pihak tertentu untuk menjadi Sponsor Utama. Iming-imingnya tentu nama liga akan mengikutsertakan identitas sponsor. Beberapa tahun lalu pernah ada Liga Djarum. Atau Liga Bank Mandiri. Hal itu bisa dilobi kembali.
Sponsor utama inilah yang nanti membiayai sebagian besar (tidak semua) biaya operasional klub. Jadi klub tinggal mencari sponsor tambahan.
Bisakah PSSI Djohar Arifin mendapatkan sponsor utama? Aku pikir peluangnya 50:50. Label sebagai liga legal merupakan jualan utama.
Upaya lobi harus dilakukan dengan cerdas karena realita di musim lalu, sebagian pertandingan IPL Â itu sepi penonton. Bahkan ada pertandingan yang hanya disaksikan ribuan orang. Tentu sponsor utama hanya mau menggelontorkan ratusan milyar rupiah untuk sebuah liga yang semarak, yang riuh rendah dan penontonnya membludak.
Cari dana sendiri Jika konsorsium mogok, jika sponsor utama tak juga didapat, maka mau tak mau klub-klub IPL harus kembali ke cara tradisional. Cara yang sudah mulai dilakukan klub-klub ISL. Yakni mencari sponsor sendiri.
Ini juga tidak gampang. Sponsor hanya mau membiayai klub yang punya basis massa yang jelas dan jumlahnya signifikan. Dari deretan klub di IPL, hanya Persebaya yang sesuai dengan kriteria itu. Arema dan Persija berpotensi jika dualisme berhasil diselesaikan. Klub-klub lain harus bekerja sampai berdarah-darah untuk mendapatkan sponsor.
Butuh 'orang gila'
Untuk membiayai sepakbola Indonesia, dibutuhkan 'orang gila'. Yakni figur yang rela mengeluarkan uang ratusan milyar rupiah. Di ISL (kabarnya) ada Bakrie. Di IPL, tadinya ada Arifin Panigoro.
Namun setelah Panigoro memutuskan lepas tangan, itu pertanda bahwa dia tak lagi 'gila'. Panigoro telah 'waras'.