Mohon tunggu...
Alief Lutphi Wibowo
Alief Lutphi Wibowo Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa

Hobi Ngoding

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Dampak FOMO (Mengikuti Trend) terhadap Konten Negatif

13 Juli 2024   08:55 Diperbarui: 13 Juli 2024   09:09 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Jauhilah tujuh perkara yang membinasakan: (1) syirik (mempersekutukan Allah), (2) sihir, (3) membunuh jiwa yang diharamkan Allah, (4) memakan riba, (5) memakan harta anak yatim, (6) menuduh wanita zina yang suci dan beriman, (7) lari dari medan perang." (HR. Bukhari)

Sadari Bahaya FOMO: Pahamilah bahwa FOMO dapat menjerumuskan kita ke dalam konten negatif dan membahayakan diri sendiri, orang lain, dan agama.

  • Filter Konten yang Dikonsumsi: Pilihlah konten yang bermanfaat dan sesuai dengan nilai-nilai Islam. Hindari konten negatif yang dapat merusak iman dan takwa. 
  • Gunakan Media Sosial dengan Bijak: Batasi waktu penggunaan media sosial dan fokuslah pada interaksi nyata di dunia nyata. 
  • Perkuat Iman dan Takwa: Perbanyak ibadah, membaca Al-Quran, dan menghadiri kajian ilmu agama. 
  • Bergabung dengan Komunitas Positif: Carilah komunitas yang positif dan suportif untuk saling mengingatkan dan menguatkan iman. 
  • Gunakan FOMO untuk Hal Positif: Manfaatkan FOMO untuk mengikuti tren dakwah dan menyebarkan nilai-nilai Islam.  

Sebagai muslim, kita harus selalu waspada terhadap pengaruh negatif FOMO. Jangan biarkan rasa takut ketinggalan informasi atau pengalaman menjerumuskan kita ke dalam konten negatif yang dapat merusak diri sendiri, orang lain, dan bahkan agama.
Marilah kita jadikan media sosial sebagai platform untuk menyebarkan kebaikan dan menjauhkan diri dari konten negatif. Gunakan FOMO untuk hal positif, seperti mengikuti tren dakwah dan menyebarkan nilai-nilai Islam.

Ingatlah: 

Kebahagiaan sejati tidak datang dari mengikuti tren, tetapi dari ketaatan kepada Allah SWT dan mengikuti ajaran-Nya. Kita tidak perlu terjebak dalam FOMO dan selalu ingin "seperti orang lain". Fokuslah pada diri sendiri dan jalani hidup sesuai dengan syariat Islam.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun