Jika belum sanggup menerima konsekuensi itu semua lulusan SMK masih memiliki satu alternatif lagi. Meneruskan menuntut ilmu di bangku kuliah. Apa iya bisa? Mengingat stigma banyak orang mengatakan lulusan SMK tak kuat bersaing dengan lulusan SMA. Sehingga kemungkinannya kecil untuk dapat diterima perguruan tinggi negeri.Â
Alumni SMK Negeri 10 Semarang sebut Doni, mengakui di blog sekolahnya, dirinya telah mencoba mengikuti seleksi penerimaan mahasiswa baru perguruan tinggi negeri. Meski sudah belajar sekuat tenaga pelajaran matematika, saat tes, Doni merasa soal matematikanya berbeda dengan yang dipelajari di sekolah.Â
Doni yang bertekad melanjutkan kuliah akhirnya menyerah mencoba tes masuk perguruan tinggi negeri. Ia pun medaftarkan diri di perguruan tinggi swasta dan diterima. Begitu mengikuti kuliah, barulah ia merasa ilmu dari SMK sangat membantu. Â Â Â Â
Barangkali lantaran yang dialami Doni dan banyak lulusan SMK lainnya itu yang menyebabkan lulusan SMK hanya 10% saja yang terserap pendidikan tinggi. Ada yang berpendapat siswa SMK banyak gagal pada tes ujian masuk perguruan tinggi negeri karena tidak mau belajar lebih keras sebagaimana halnya anak SMA. Â
Menyadarai hal itu, awal tahun 2017 Direktorat PSMK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mulai membenahi kurikulum dengan mempertajam mata pelajaran yang diujikan pada seleksi masuk perguruan tinggi negeri. Khususnya Matematika dan Bahasa Inggris ditambah jam belajarnya. Sehingga kelas XI SMK jumlah belajarnya sudah sama dengan SMA, demikian juga buku pedomannya sama. Â Â Â
SMK Bisa Â
Untuk mendorong lulusan SMK terserap pendidikan tinggi sebenarnya sejak 2012 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sudah mempersiapkan wadah baru bernama Akademi Komunitas (AK). Saat itu institusi yang mengurusi pendidikan ini telah merencanakan berdirinya 20 Akademi Komunitas Negeri di berbagai kabupaten. Â Â Â
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada waktu itu M Nuh mengatakan AK adalah bagian dari amanat Undang-Undang Pendidikan Tinggi (UU Dikti). AK bertujuan untuk penguatan pendidikan vokasi dan mendongkrak Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan tinggi. Masing-masing mahasiswa yang selesai menempuh program pendidikan ini akan mendapat gelar setara dengan D1 atau D2.
Pendirian AK negeri yang berlokasi di berbagai daerah di kabupaten menjadi angin segar bagi lulusan SMK yang ingin melanjutkan pendidikannya dan tidak perlu pergi jauh ke ibu kota provinsi. Sehingga lulusan SMK yang mengenyam pendidikan tinggi bisa lebih banyak lagi. Â Â
Paling penting dengan hadirnya AK negeri adalah mengenai biaya yang terjangkau. Karena sistem pendidikannya menggunakan sistem paket sehingga pembiayaannya bisa diketahui sejak awal.Â
Saat awal masuk mahasiswa AK diberitahu biaya yang harus dikeluarkan untuk empat semester. Biaya kuliah selama dua tahun itu cukup dengan membayar sekitar Rp20 juta saja. Bandingkan dengan kuliah di PTN di luar kota atau biaya kuliah di perguruan swasta. Biaya AK tersebut hanya cukup untuk bayar satu semester saja. Â