Mohon tunggu...
Alief El_Ichwan
Alief El_Ichwan Mohon Tunggu... Administrasi - Jurnalis

mantan wartawanI Penulis LepasI Menulis artikel-cerpen-puisi-perjalan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menjelajahi Trans Celebes dengan Sepeda (3)

31 Maret 2017   08:38 Diperbarui: 1 April 2017   11:00 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Di sana ada beberapa jalan pendakian yang cukup tinggi, juga jalannya rusak sebagian sedang diperbaiki tapi dari sana bisa melihat seluruh danau Poso sampai kota Tentena,” kata seorang warga memberi informasi.

Tak ada pilihan lain, saya harus terus melanjutkan menyusuri Danau Poso. Benar saja! Ada tanjakan yang tak bisa saya lalui dengan sepeda digowes. Terpaksa saya mendorongnya. Awalnya jalan menanjak itu, rimbun dengan pepohonan seperti memasuki gua, tapi semakin naik ada pada lahan terbuka.

Di kiri kanan jalan hanya tumbuh ilalang yang tinggi. Meranggas berwarna coklat muda karena digarang cahaya matahari. Tak ada bagian jalan teduh untuk sejenak mengaso. Jalan terus menanjak hingga saya harus tetap mendorong sepeda dengan jeda setelah dua puluh langkah. Nafas memburu. Panas matahari mengharu biru. Motor hanya sesekali melintas. Selebihnya lebih sering menemukan kesenyapan.

Pada akhirnya, air minum dalam bidon habis tandas. Mulut mulai terasa kesat dan kerongkongan kering. Sepeda masih terus saya dorong, karena jalan masih terus menanjak. Ada keinginan untuk mencegat pengendara motor dan meminta air. Tapi mereka tentunya tak akan membawa air minum.

Saat memusatkan tenaga dalam langkah mendorong sepeda, terasa semilir angin begitu sejuk. Ilalang seperti membuat tarian. Sesaat saya tertegun manakala bunga rumput liar yang berada di kiri dan kanan jalan merunduk dan mengangguk-angguk pada arah yang berlawanan.

Ah, jika angin dari arah kiri maka semua condong ke kiri. Saya hanya bisa menunduk menerima keberkahan alam yang memberi kesejukan ini. Saya teringat: apabila hujan tak setiap pagi dan sore sering menyirami pepohonan di taman yang tak begitu luas depan rumah. Barangkali kabar apa yang saya perbuat ini, telah sampai ke sini.

Situasi ini, membuat saya bisa sampai bagian jalan menurun. Namun saya tetap tak bisa menaiki sepeda. Jalan sedang diperbaiki dengan cara dibeton. Ban sepeda yang saya rem sesekali menggelosor.

Namun perjalanan ini, seperti impas ketika menemukan sebuah perkampungan Desa Boncea. Saya tak begitu menghiraukan anak-anak yang mengira saya turis asing. Minuman dingin segera saya reguk. Dan, di depan warung ada mata air yang jernih dan sejuk. Saya berendam setelah anak-anak puas berenang dan bercanda. Rasanya ada tenaga tambahan untuk melanjutkan perjalanan.

Di mata air ini, saya sempat mandi sepuasnya setelah dihajar panas dan kehabisan air minum
Di mata air ini, saya sempat mandi sepuasnya setelah dihajar panas dan kehabisan air minum
Dari Kota Pendolo setelah menginap sehari, kembali saya menemukan tanjakan yang cukup panjang ke arah Kota Wotu. Namun lagi-lagi terbayar dengan turunan yang panjang pula. Saya jalani tanpa gowes ketika melewati satu kilometer dari perbatasan memasuki Kabupaten Luwu Timur.

Perbatasan Luwu Timur
Perbatasan Luwu Timur
Bersepeda dengan meluncur di jalan yang berkelok-kelok pada lorong kerimbunan pepohonan hutan, sungguh mengasyikan. Bahkan kelokan jalan berputar setengah lingkaran. Saya tak mengira bakal lebih cepat tiba di Kota Wotu. Lebih beruntung kenal secara tak sengaja dengan kang Kamal dan istrinya. Keduanya pituin dari Cikajang, Garut yang telah bermukim selama 7 tahun di kota ini. Mereka mempersilahkan saya menginap di rumahnya.

Esoknya, meski harus menunggu hujan yang turun sejak subuh, saya melanjutkan ke Palopo. Jalan ke arah kota yang mendekati Tana Toraja hampir tak ada tanjakan. Namun saya harus merendam kaki di kali kecil di Kota Bone-Bone dan mengguyur tubuh di toilet SPBU di Kota Masamba. Sinar matahari terus membayangi sepanjang jalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun