Belum selesai keterkejutannya, Tiga Pertapa itu pun berkata pada Sang Uskup: “Kami lupa apa yang kau ajarkan wahai pelayan Tuhan… Ajarilah kami sekali lagi.” Sang Uskup makin terkejut. Ia bahkan membuat tanda salib di dadanya. Kemudian ia tersadar, “Doa kalian di dengar Tuhan. Bukan aku yang harus mengajarkan kalian. Berdoalah untuk kami, para pendosa ini!” Sang Uskup sadar sebagaimana ajaran keagamaannya, orang yang doanya benar maka ia bisa berjalan di atas air.
Justru melihat kenyataan ini, menjadi pelajaran bagi sang uskup karena sebuah peristiwa menakjubkan membuat sang uskup menjadi saksi perbuatan iman.
Sebenarnya apa yang diharapakan Aa Gym cs. bertablig akbar disana? Apakah ingin mereka menjadi masyarakat yang gampang tersinggung? Atau mengharapkan mereka ramai-ramai menjadi saksi a de charge, yang memberatkan nanti di sidang Ahok? Atau jangan-jangan, setelah Aa Gym selesai dawah masyarakat Pulau Pramuka Kepulauan Seribu, jadi terpecah menjadi dua kubu. Seperti layaknya yang kita saksikan pada media sosial. Menjadi masyarakat yang saling menghujat.
Mungkin Aa Gym lupa, bahwa kerja dan ibadah masyarakat Pulau Pramuka di Kepulauan Seribu, yang rata-rata nelayan berada dalam satu tarikan nafas. Satu sama lain sudah saling memahami ke-Ilahi-an masing-masing. Lihatlah: bekasnya sudah berjejak di telapak tangan mereka yang kapalan. Telapak tangan yang dirindukan oleh Rasulullah.
Setelah bergulat berhari-hari mengalahkan tali-tali pancing atau kasarnya tali penarik jaring. Begitu pula pada kulit-kulit mereka yang legam dibakar matahari dan dicelup asinnya air laut. Itulah aqidah yang mereka asah. Mereka tak perlu diajari lagi. Meski mungkin, nantinya setelah Aa Gym pulang melakukan tablig akbar di sana, tak akan ada peristiwa yang seperti dalam cerpen “Tiga Pertapa” karya Leo Tolstoy. Misalnya masyarakat pulau Pramuka, di Kepulauan Seribu ramai-ramai mengejar Aa Gym yang kembali dengan kapal, karena lupa apa yang didawahkannya. Pastilah kalau peristiwa ini terjadi, malah Aa Gym akan semaput melihat masyarakat pulau Pramuka di Kepulau Seribu, yang dianggap imannya kurang berjalan di atas air mengejarnya…
Jum’at barokah, 6/1/2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H