Program Pembangunan ekonomi melalui ekonomi rakyat menjadi salah satu upaya pemerintah dalam mencapai tujuan negara sesuai dengan Pancasila yaitu "kesajehteraan bagi seluruh rakyat Indonesia." Namun semenjak adanya pandemi virus Covid-19 pada awal tahun lalu menyebabkan krisis di segala sektor. Salah satu yang paling merasakan dampaknya adalah sektor perekonomian. Pandemi ini menyebabkan inflasi yang tentunya merugikan masyarakat. Kerugian tersebut bukan hanya dirasakan oleh perusahaan-perusahaan besar saja sehingga melakukan PHK, namun banyak juga UMKM yang akhirnya harus gulung tikar.
Dampak dari adanya pandemi ini sangat dirasakan oleh para pelaku UMKM. Bertahan dalam situasi seperti saat ini memang tidak mudah. Mereka perlu melakukan inovasi sehingga usaha yang dimiliki dapat terus berjalan.Â
Masalahnya adalah banyak para pelaku UMKM kurang memiliki pengetahuan tentang hal tersebut. Hal ini bukan hanya dirasakan oleh masyarakat  di daerah perkotaan saja namun juga dirasakan oleh mereka yang tinggal di desa. Salah satu desa di kabupaten Jember tepatnya di desa Kalisat, Kecamatan Kalisat mengalami dampak ekonomi karena adanya pandemi Covid-19. Desa Kalisat masuk dalam wilayah Kecamatan Kalisat yang terletak di bagian utara Kabupaten Jember.Â
Berbatasan langsung dengan Kecamatan Sukowono di bagian utara, Kecamatan Ledokombo di bagian Timur, Kecamatan Mayang di sebelah Selatan dan Kecamatan Pakusari serta Kecamatan Arjasa di bagian Barat. Â Di desa Kalisat cukup banyak usaha yang dikelola oleh masyarakat setempat. Mulai dari jenis jasa hingga barang hampir semuanya ada. Ekonomi berbasis masyarakat tumbuh pesat di daerah tersebut. Namun sekali lagi ada dampak yang muncul karena adanya pandemi Covid-19.
Ibu Ifa salah satu pelaku UMKM di Desa Kalisat sangat merasakan dampak dari situasi pandemi seperti saat ini. Beliau berwirausaha dengan menjual jajanan tradisional. Beliau sudah menjalankan usaha ini lebih dari 15 tahun.Â
Meskipun pendapatan dari usaha ini tidak begitu besar namun cukup membantu perekonomian keluarganya. Namun beberapa tahun terakhir terutama selama masa pandemi omzet dari menjual kue menurun drastis. Dalam wawancara yang dilakukan dengan beliau mengatakan: "benar adanya pandemi membawa dampak besar bagi usaha ini, omzet menurun karena banyak acara-acara yang gagal dilaksanakan ."Â
Kue tradisional yang biasanya hadir di tengah-tengah acara pernikahan, slametan atau tasyakuran  menjadi suguhan penting yang perlu dihidangkan dalam acara berbalut kebudayaan masyarakat setempat. Sedangkan karena adanya pandemi ini kegiatan masyarakat menjadi sangat terbatas. Selain itu, beliau juga menjelaskan bahwa rata-rata pelanggannya adalah orang-orang tua. Yang mana minat anak muda untuk mengenal kuliner tradisional seperti jajanan tersebut sudah mulai berkurang.
Keadaan pandemi dan kurangnya minat generasi muda untuk mengenal kue tradisional karena adanya perkembangan zaman. Dahulu budaya kulineran tradisional terasa sangat kental. Namun seiring berkembangnya zaman jajanan tradisional mulai kehilangan eksistensi di kalangan masyarakat. Arus globalisasi membuat konsep modernisasi di kalangan masyarakat. Masuknya budaya barat mendorong masyarakat mengkonsumsi jenis western food.Â
Salah satu dampak buruk dari globalisasi yaitu membawa arus modernisasi sehingga menyebabkan generasi masa kini kehilangan nasionalisme dalam dirinya. Maka dari itu sudah menjadi tugas kita semua untuk menghidupkan kembali usaha kuliner tradisional. Jajanan tradisional nusantara perlu dikembangkan sesuai era masa kini namun tidak hilang nilai-nilai tradisionalnya.
Sebagai langkah pengembangan usaha yang dijalankan oleh Ibu Ifa ada beberapa kegiatan yang telah kami rencanakan bersama-sama untuk menjadi program kerja.Â
Beberapa kali edukasi dan pelatihan mengenai inovasi produk dilakukan agar usaha ini lebih inovatif. Membuat  produk yang lebih inovatif perlu dilakukan agar menarik perhatian pelanggan.Â
Branding terhadap nama usaha yang sebelumnya tidak ada sekarang memiliki nama usaha "Jajananku" yang diciptakan sendiri oleh pemilik usaha ini. Jajanan yang berarti cemilan atau kue dapat dikonsumsi oleh siapa saja mulai dari anak kecil, remaja, dewasa hingga yang orang tua. Selain itu, packaging  yang lebih menarik dan kekinian sehingga tampak visualnya sudah bagus dan akan mendapat nilai plus .Â
Sebelumnya kemasan produk usaha Ibu Ifa ini terlihat sederhana dengan plastik saja. Kemudian kami inovasi menggunakan kemasan yang lebih menarik seperti menggunakan mika agar tampak kue yang disajikan disertai tempelan logo di atasnya. Hal ini menjadi daya tarik bagi kaum muda dalam membuat konten untuk upload di sosial media masing-masing.
Marketing via media sosial dapat menyebar luas dan lebih cepat. Maka dari itu pembuatan konten-konten di sosial media yang dapat menarik perhatian pelanggan perlu terus dilakukan. Jajanan tradisional yang biasanya hanya dapat kita jumpai di pasar, sekarang dapat dilihat dan dibeli melalui gadget masing-masing.Â
Sosial media menjadi salah satu platform yang dapat dimanfaatkan untuk digital marketing. konten-konten menarik mengenai "Jajananku" dapat dilihat di instagram @jajananku.uwenakk.Â
Beberapa paket produk juga ditawarkan seperti paket ekonomis, paket hantaran dan paket keranjang menjadi salah satu inovasi yang mulai diciptakan. Efisiensi pada pengiriman juga mulai dilakukan. Beberapa jasa pengiriman seperti Jastip Kalisat mulai bekerjasama agar pelanggan tidak perlu datang jauh-jauh dan lebih praktis menunggu di rumah saja.
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H