Mohon tunggu...
Alief Rahman
Alief Rahman Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Bahasa dan Sastra

-

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Alih Wahana "Hujan Bulan Juni"

21 September 2021   15:30 Diperbarui: 21 September 2021   15:31 726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hujan Bulan Juni merupakan kumpulan puisi karya Sapardi Djoko Damono pada 1994. Kumpulan puisi ini memuat 102 puisi karya Sapardi yang ditulis tahun 1964 hingga 1994. Tak hanya dijadikan karya sastra, namun buku ini selanjutnya mengalami transformasi menjadi novel trilogi, film layar lebar, dan musikalisasi puisi yang berjudul sama, yaitu 'Hujan Bulan Juni'

Alih wahana atau transformasi yang pertama 'Hujan Bulan Juni' ialah novel yang diciptakan oleh Sapardi sendiri pada tahun 2015. Novel ini menceritakan sepasang kekasih yaitu Sarwono dan Pingkan. Sarwono merupakan dosen muda antropologi di salah satu Universitas di Indonesia, lalu Pingkan sendiri adalah dosen muda di prodi Jepang, bersamaan dengan Sarwono, ia mengajar di Universitas yang sama. Mereka berdua dalam novel ini menghadapi berbagai macam situasi, dimana hubungan mereka dipenuhi oleh masalah-masalah yang berat jika tetap ingin melanjutkan ke jenjang pernikahan.

Sarwono terlahir dalam budaya Jawa dan beragama Islam dengan sangat taat pada agamanya. Berbeda dengan Pingkan, besar dalam lingkungan tegas khas Manado dan memeluk agama Kristen. Permasalahan mulai bermunculan ketika umur mereka yang matang untuk menikah, namun keluarga besar Pingkan yang tidak merestui dirinya berhubungan lanjut dengan Sarwono, sebab mereka menjodohkan Pingkan dengan lelaki lain, yang menurut mereka lebih pantas dengannya lantaran persamaan budaya. Selanjutnya ketika Pingkan mendapatkan beasiswa ke Jepang, ditemani oleh seorang pemuda tampan, ialah Katsuo, seorang dosen pengajar bahasa Jepang dan sangat akrab dengan Pingkan. 

Saat muncul momen itu, Sarwono cemas karena baru kali ini hubungan mereka terpisahkan oleh jarak dan waktu. Akan tetapi bersamaan dengan kesibukan dirinya dan enggan berprasangka buruk, Sarwono bersikukuh bahwa dimanapun Pingkan berada, ia tidak akan mengecewakan dirinya. Diakhir novel 'Hujan Bulan Juni' Sarwono terbaring di rumah sakit karena mengidap paru-paru basah, dan berujung cerita pada menggantung.

Alih wahana dari puisi kedalam novel 'Hujan Bulan Juni' banyak terjadi penambahan, pengurangan serta perubahan. Bahwasanya puisi itu lebih mencondongkan pesan seorang penulis dengan bahasa yang indah tanpa harus membayangkan secara mendalam maksud dan tujuan penulis, sedangkan novel mengungkapkan pesan atau isi dengan lebih jelas dan mendetail, dari mulai tambahan tokoh dan wataknya, menggambarkan latar, serta alur cerita. 

Sehingga pembaca yang tidak mengalaminya pun dapat berimajinasi serta membayangkan masuk kedalam cerita ini. Sudut pandang yang tergambar pada novel menggunakan sudut pandang persona ketiga, narator seorang yang di luar cerita yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebutkan nama, atau kata ganti. Nama-nama tokoh cerita, khususnya yang utama selalu disebut dan sebagai variasi dipergunakan kata ganti.

Dalam puisinya, hujan dalam bulan juni melukiskan suatu kejadian yang langka atau berarti juga keadaan yang tidak terduga. Sebagaimana dengan tokoh Sarwono dalam novel yang mengalami hal tersebut. Sarwono pula bisa dijadikan tokoh aku dalam puisi tersebut, karena penyikapi berbagai macam kejadian dengan tabah, bijak dan arif, sebagaimana terdapat di dalam bait-bait puisi. Dalam puisi 'Hujan Bulan Juni' tidak ada penyebutan seorang Sarwono, Pingkan atau maupun tokoh tambahan lainnya. Mereka semua hanyalah gambaran tokoh imajinatif hasil transformasi puisi menjadi novel. 

Dalam novel ini mengambil permasalahan yang kerap terjadi pada sebuah pasangan. Dalam perbedaan agama, suku, budaya, selalu tidak mudah untuk memecahkan jalan keluar dari problematika tersebut. Ditambah dengan latar tempat juga terjadi dalam tranformasi puisi ke dalam novel. 

Dengan kehadiran latar ini, menjadi dampak pendukung hadirnya cerita. Tidak hanya penambahan tokoh dan latar, ada pula penambahan cerita atau alur. berbagai alur cerita mulai dari pertemuan Sarwono dengan Pingkan saat pertama kali, kepergian Sarwono untuk melaksanakan pekerjaannya, pertemuan dengan keluarga besar Pingkan, dan kepergian Pingkan ke Jepang bersama Katsuo, dan lain sebagainya Semua proses ini memberikan wahana yang berbeda namun tidak merubah inti atau pesan yang terkandung dalam puisi 'Hujan Bulan Juni'  tetap selaras supaya karya aslinya tetap hidup.

Berlanjut pada transformasi yang kedua yaitu dari novel menjadi film layar lebar. Pengangkatan tersebut tentunya menambah audio dan visual untuk menyampaikan pesan kepada penonton.

Sebuah film mengalami tahap pra produksi, tahap produksi dan pasca produksi. Aktor atau aktris untuk memainkan peran tokoh pada novel ini, supaya gambaran serta percakapan dialog pada novel terjadi dengan bersamaannya visualisasi dari film itu sendiri. Berbeda dengan proses transformasi dari puisi ke novel yang banyak terjadi pengubahan, transformasi dari novel ke film justru tidak mengalami banyak pengubahan dari segi tokoh maupun wacana. 

Namun sering dijumpai dalam film layar lebar, beberapa alur cerita yang terdapat pada novel, tidak dimasukkan karena tidak ada pada dalam benang merah itu sehingga hilang, sebab durasi dalam film yang terbatas. Lalu penambahan transformasi berikutnya adalah sebuah film tidak lengkap jika tidak ada lagu pendukung, sebagaimana yang biasanya muncul saat adegan yang menarik, tentu membuat sebuah film ini lebih bernyawa.

Beberapa dialog di dalam novel juga masih hadir menjadi bagian dari dialog di dalam film. Lalu puisi menjadi dialog. Penggalan puisi yang ada pada buku 'Hujan Bulan Juni' ini menjadi beberapa adegan penting dari puisi ini, sebab hadir sebagai dialog yang terjadi antara Sarwono dengan Pingkan, dan puisi yang dibacakan hadir pada layar bioskop, sehingga selain mendengarkan, penontonpun bisa mendalami bait puisi itu. 

Lanjut dengan latar tempat yang mereka gunakan pada film ini. Mereka syuting di beberapa lokasi yang sesuai dengan novelnya, Kota Manado, karena seorang Pingkan besar di kampung halamannya, kemudian kota Jakarta, dimana Sarwono dan Pingkan berprofesi sebagai salah satu dosen di Universitas Indonesia, dan yang terakhir  adalah Negara Jepang, ketika Pingkan mendapatkan beasiswa untuk lanjut menjadi Master. Dalam filmpun diksi yang digunakan tidak begitu sulit untuk dipahami, dibandingkan dengan novelnya itu sendiri. Hasilnya ringan, indah dan sederhana.

Dari transformasi novel ke film layar lebar, di dalam buku novel 'Hujan Bulan Juni' ini cerita masih memiliki kelanjutan, terdapat trilogi pada cerita pertama itu sendiri. Buku keduanya adalah 'Pingkan Melipat Jarak' dan yang ketiga atau terakhir ialah 'Yang Fana Adalah Waktu'

Diceritakan setelah Sarwono yang rerbaring dalam kasur rumah sakit karena mengalami sakit parah, dan Pingkan kembali pulang ke Indonesia selepas dari Jepang, namun Pingkan tidak menemukan Sarwono yang hilang tidak ada kabar. Pada akhir cerita, Pingkan bertemu dengan Sarwono dengan keadaan mengharukan, Sarwono masih koma lantara sakit keras yang dialaminya. Sama dengan halnya dalam novel, film layar lebarnya berakhir pada sarwono yang terbaring di rumah sakit, dan berakhir menggantung. Penonton yang tidak membaca keseluruhan novel trilogi ini akan menganggap Sarwono meninggal karena penyakit yang ia derita cukup parah.

Alih wahana yang terakhir sebuah puisi menjadi musikalisasi. secara sederhana musikalisasi puisi adalah penggabungan antara sastra dengan musik. Puisi 'Hujan Bulan Juni' yang terkenal dijadikan musikalisasi ini dibawakan oleh Ari Malibu dan Reda Gaudiamo. Jenisnya yaitu musikalisasi puisi murni, pengubahan puisi menjadi syair lagu tanpa mengikutsertaan pembacaaan puisi itu sendiri. Dengan suara indah milik Reda lalu diiringi petikan gitar oleh Ari, musikalisasi puisi ini sangat pantas untuk didengarkan saat malam hari sebelum tidur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun