Namun sering dijumpai dalam film layar lebar, beberapa alur cerita yang terdapat pada novel, tidak dimasukkan karena tidak ada pada dalam benang merah itu sehingga hilang, sebab durasi dalam film yang terbatas. Lalu penambahan transformasi berikutnya adalah sebuah film tidak lengkap jika tidak ada lagu pendukung, sebagaimana yang biasanya muncul saat adegan yang menarik, tentu membuat sebuah film ini lebih bernyawa.
Beberapa dialog di dalam novel juga masih hadir menjadi bagian dari dialog di dalam film. Lalu puisi menjadi dialog. Penggalan puisi yang ada pada buku 'Hujan Bulan Juni' ini menjadi beberapa adegan penting dari puisi ini, sebab hadir sebagai dialog yang terjadi antara Sarwono dengan Pingkan, dan puisi yang dibacakan hadir pada layar bioskop, sehingga selain mendengarkan, penontonpun bisa mendalami bait puisi itu.Â
Lanjut dengan latar tempat yang mereka gunakan pada film ini. Mereka syuting di beberapa lokasi yang sesuai dengan novelnya, Kota Manado, karena seorang Pingkan besar di kampung halamannya, kemudian kota Jakarta, dimana Sarwono dan Pingkan berprofesi sebagai salah satu dosen di Universitas Indonesia, dan yang terakhir  adalah Negara Jepang, ketika Pingkan mendapatkan beasiswa untuk lanjut menjadi Master. Dalam filmpun diksi yang digunakan tidak begitu sulit untuk dipahami, dibandingkan dengan novelnya itu sendiri. Hasilnya ringan, indah dan sederhana.
Dari transformasi novel ke film layar lebar, di dalam buku novel 'Hujan Bulan Juni' ini cerita masih memiliki kelanjutan, terdapat trilogi pada cerita pertama itu sendiri. Buku keduanya adalah 'Pingkan Melipat Jarak' dan yang ketiga atau terakhir ialah 'Yang Fana Adalah Waktu'
Diceritakan setelah Sarwono yang rerbaring dalam kasur rumah sakit karena mengalami sakit parah, dan Pingkan kembali pulang ke Indonesia selepas dari Jepang, namun Pingkan tidak menemukan Sarwono yang hilang tidak ada kabar. Pada akhir cerita, Pingkan bertemu dengan Sarwono dengan keadaan mengharukan, Sarwono masih koma lantara sakit keras yang dialaminya. Sama dengan halnya dalam novel, film layar lebarnya berakhir pada sarwono yang terbaring di rumah sakit, dan berakhir menggantung. Penonton yang tidak membaca keseluruhan novel trilogi ini akan menganggap Sarwono meninggal karena penyakit yang ia derita cukup parah.
Alih wahana yang terakhir sebuah puisi menjadi musikalisasi. secara sederhana musikalisasi puisi adalah penggabungan antara sastra dengan musik. Puisi 'Hujan Bulan Juni' yang terkenal dijadikan musikalisasi ini dibawakan oleh Ari Malibu dan Reda Gaudiamo. Jenisnya yaitu musikalisasi puisi murni, pengubahan puisi menjadi syair lagu tanpa mengikutsertaan pembacaaan puisi itu sendiri. Dengan suara indah milik Reda lalu diiringi petikan gitar oleh Ari, musikalisasi puisi ini sangat pantas untuk didengarkan saat malam hari sebelum tidur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H