"Saya sih enggak punya pegawai, jadi yang bikin roti ya saya sama Anne," sambungnya. Yang awalnya hanya berjualan roti di pasar-pasar, kini Ahmad sudah memiliki kedai sendiri yang ia namakan Kebun Roti. Kini, Kebun Roti menjadi Artisan Bakery nomor satu di kota Yogyakarta.
Ahmad yang sangat selektif terhadap bahan baku roti-rotinya menceritakan bahwa semua bahan yang ia pakai adalah produk teman-temannya. Bukan tanpa alasan, Ahmad ingin semua roti yang ia buat benar-benar menggunakan bahan yang original tanpa bahan pengawet. "Di sini tuh ya saling, misalnya saya beli produknya si A terus si A beli produknya si B. Jadi malah kaya muter aja gitu," ucap Ahmad.
"Di sini tuh bukan kaya persaingan malah kaya keluarga sendiri, ya soalnya kita kan kebanyakan sudah berjuang sama -sama ya buat mengkampanyekan gerakan ini. Jualan disini tujuan utamanya juga bukan cuman cari uang tapi menambah relasi," ucap Ani saat ditemui dalam kegiatan Pasar Kamisan.
Ani Susilowati, perempuan 46 tahun ini adalah salah satu pedagang senior di Pasar Kamisan. "Awalnya itu saya cuman ditawari kalua ada vendor yang syaratnya menjual produk lokal, enggak boleh pakai bahan pengawet dan bahan dari pabrik. Ya, akhirnya saya ikut dan jualan dawet disana," sambungnya. Ani menceritakan bahwa Ibu Janti sang pelopor Pasar Kamisan yang menghubungi dirinya kala itu.
Ani menceritakan bahwa dirinya sudah bergabung dengan komunitas Pasar Kamisan selama kurang lebih sembilan tahun. Namun, selain berjualan disana dirinya juga menawarkan dagangannya melalui Instagram dan hanya menerima pesanan saja.Â
"Saya merasa komunitas ini enggak cuma mengejar materi, tapi juga lebih mengedukasi para pembeli. Jadi, enggak hanya datang beli tapi juga bebas kalua mau tanya-tanya. Beda ya sama pasar-pasar biasanya. Yang datang kesini kan biasanya juga kaya komunitas-komunitas vegetarian," sambungnya.
"Keren ya event ini soalnya jarang tuh ada orang yang peduli lingkungan dan kesehatan sampai punya ide kaya gini. Saya tertarik kesini juga karena penasaran, saya kan bukan asli Jogja ya," ucap Anna (25), pengunjung Pasar Kamisan saat sedang berkeliling.
"Pasar Kamisan menarik cukup menurut saya yang pertama murah, terus cita rasa beda dengan roti lainnya. Dawetnya juga tidak terlalu manis seperti dawet pada umumnya. Makanan-makanan disini juga aromanya kok kaya khas ya, mungkin karena bahannya organik," ucap Pau (27), pengunjung Pasar Kamisan saat sedang duduk di salah satu sudut Animalika Society Space.
Pau berpesan untuk generasi muda Indonesia agar mulai menggunakan barang berbahan organik dan makanan yang non daging. "Saya berharap agar anak-anak muda seusia saya mulai investasi kesehatan dari sekarang. Sehat itu mahal, tapi makanan-makanan yang sehat itu enggak mahal kok," sambungnya.
Anna juga mengutarakan hal yang sama, baginya anak muda harus aware terhadap kesehatan dan global warming. "Ya sekarang terbukti kan panasnya bumi kaya gimana itu kan ada kaitannya sama plastik-plastik yang kita pakai. Jadi, ya mulai sekarang cobalah untuk mulai hidup sehat," ucapnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H