Time (Part 2)
Tahun 2030
Profesor Donny telah mengatakan semua rahasia duapuluh tahun yang lalu, mengapa beberapa bulan setelah ia mendapat transplantasi jantung dan kembali beraktifitas, ia tidak pernah menemukan Erin. Kepindahan ke Departemen Sain dan Teknologi yang menguras seluruh perhatiannya, termasuk dengan rekan-rekan kerjanya di Universitas terutama di bagian riset.Â
Hingga akhirnya ia menerima surel  dariProfesor Donny yang ditulis sebelum ia meninggal dan dijadwalkan terkirim sepuluh tahun kemudian. Professor Donny sendiri meninggal dunia tujuh tahun yang lalu.Â
Dew membaca kata demi kata dalam surat tersebut dan terdiam. Sesaat kemudian ia segera membuka TAB baru di komputernya dan segera mencari blog Erin yang sudah lama ia ketahui. Erin sering menulis essay atau jurnal sain di blog tersebut. Namun selain itu gadis itu juga tertarik dengan fiksi terbukti dengan beberapa puisi ungkapan hati yang ia tuliskan.
Tak puas membuka file-file milik Erin, Dew mencoba masuk situs pribadi Erin dan membaca semua yang gadis itu tuliskan. Huft... mengapa selama ini dirinya tidak pernah memperhatikan deretan kalimat-kalimat itu?... Sangat mudah bagi Dew memahami apa yang Erin tuliskan di sana... gadis itu mencintainya. Dan Dew hanya mampu menyesali sikapnya yang tidak pernah perduli terhadap Erin yang selalu memperhatikannya bukan karena Erin adalah rekan kerjanya namun karena Erin mencintainya.
Dew melangkah meninggalkan ruangan. Malam itu ia memutuskan berkunjung ke pemakaman. Tak sulit menemukan makam Erin.. Dew terdiam membayangkan mata sendu Erin setiap kali memandangnya. Ia tak sanggup membayangkan betapa Erin dengan sukarela menyerahkan jantung untuknya sesaat sebelum ia menghembuskan nafas terakhirnya setelah kecelakaan itu... tanpa sepengetahuannya karena ia sendiri tengah berjuang dengan kondisi jantungnya yang sangat parah.Â
Dew mengusap dadanya sejenak membayangkan gadis dengan wajah polos itu. Akan kusimpan jantung ini dengan segenap cintaku, Erin....Aku tidak akan tinggal diam.... Akan ada sebuah balasan untuk semua yang telah kamu lakukan. Dewangga melangkah menjauhi makam Erin.
Mobilnya melaju memasuki sebuah kawasan RESEARCH CENTER di sekitar Universitas. Sebuah patung berbentuk kepala Professor Donny terpajang di depan pintu utama. Beliau memang sudah meninggal tujuh tahun yang lalu. Dew melangkah melalui lorong-lorong panjang dan berujung pada sebuah ruangan bundar. Ia masuk dengan akses sidik jari tangan dan kornea mata. Dew menyalakan komputer sentral dan berkutat dengan data beberapa saat sebelum ia membuka sebuah alat berbentuk tabung.. mesin waktu!
*****
Pertemuan mereka terjadi ketika Erin tanpa sengaja bertabrakan dengannya di sebuah toserba. Erin terbelalak memandang sosok Dew yang sudah berusia di angka lima puluhan tahun seolah dikenalnya. Dew baru menyadari gadis itu sangat manis di usianya. Dengan mudah Dew menarik hati Erin karena ia sudah mengetahui apa yang ada dalam fikiran Erin saat itu.
Erin sudah lulus dan mengajar di sebuah Universitas sementara dirinya meneruskan study di luar negeri saat itu. Dew sudah memilih waktu yang tepat untuk menemui Erin di masa lalu sehingga ia tidak mungkin bertemu dengan sosok muda dirinya saat itu.
Erin dan Dew, yang merubah namanya menjadi Dave memiliki kesenangan yang sama. Mereka menyukai kebebasan. Erin adalah wanita muda dengan pandangan yang sangat fleksibel apalagi tentang masalah hubungan pria dan wanita. Dave adalah pria berpengalaman, sebagai ilmuwan tak menunjukkan bahwa ia sudah mulai meninggalkan masa-masa jayanya. Penampilannya tetap elegan tetapi santai. Erin hanya mengetahui bahwa Dave adalah seorang duda yang juga pekerja sosial di sebuah Departemen Pemerintah.
Mereka memutuskan tinggal di sebuah apartemen di lantai lima pada akhirnya. Ruangan yang luas dan nyaman menyimpan dua karakter Dave dan Erin menjalani hubungan yang hangat walau perbedaan usia mereka cukup jauh. Erin tak pernah berfikir jatuh cinta denga pria yang jauh lebih tua darinya, namun kemiripan dengan sosok pria pujaannya, Dewangga, ada dalam diri Dave. Erin merasa Dave selalu tahu apa yang ia fikirkan dan yang ia inginkan. Sungguh... Erin merasa berada di surga dan selalu merindukan saat-saat bersama Dave... sejenak bayangan Dew menghilang dari ingatannya.
Mereka mengisi tiga perempat hari mereka di tempat kerja dan menghabiskan sisa waktu di apartemen itu. Memasak adalah moment yang paling menyenangkan bagi Erin dan makan adalah sebuah kegembiraan bagi Dew. Ia bisa menghabiskan seluruh makanan yang Erin buat dalam sekejap, dan Erin menyukai itu. Selanjutnya tentu saja sisa waktu mereka gunakan untuk bercanda, nonton film erotis dan bercinta.
"Honey.. bagaimana kalau kita nonton malam ini?" Dave melambaikan sebuah CD dan Erin tersenyum. Saatnya mengenakan lingerie sexy berwarna burgundy yang sangat halus malam ini. Erin menggigit bibir bawahnya sambil menyelesaikan lesson plan untuk quiz besok dan tak lama kemudian ia menutupnya.
Dua cangkir coffee latte telah dibuat untuknya dan Dave. Duduk di sofa sambil melihat video striptease. Beberapa saat sensasi striptease telah menyatu dalam keremangan ruangan dan mendesak dalam jiwa keduanya. Dan malam itu kembali Dave dan Erin menikmati irama asmara terjalin di sofa. Video berakhir tanpa dua pasang mata memandang. Klik!... otomatis shut down mengakhiri program komputer.......bersambung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H