"Assalamualaikum, selamat pagi Pak. Saya ingin menyerahkan semua tugas laporan yang Bapak perintahkan kepada saya. Mohon Bapak periksa kembali, apakah masih ada yang harus saya perbaiki lagi." Sambil terus mengamati setiap lembarnya, Pak Romi seakan mengangguk-angguk seperti merasa puas dengan semua yang telah aku kerjakan.Â
"Kamu memang karyawan yang dapat saya andalkan. Dalam dua hari kamu mampu menyelesaikan semuanya dengan ketelitian. Saya sangat bangga denganmu Rio, kamu selalu mengikuti perintah atasan dengan baik tanpa merasa terbebani. Terima kasih atas semua yang telah kamu berikan selama ini." Pak Romi memberikan pujian atas hasil kerjaku.
Sebenarnya aku bukan tipe orang yang haus akan sanjungan dan pujian.Â
"Aku memiliki prinsip hidup di dalam bekerja, tetap semaksimal mungkin untuk memberikan hasil terbaik. Hanya hal yang tidak aku suka di dalam bekerja yaitu tindakan sewenang-wenang dari seorang atasan terhadap bawahannya. Selalu memberi tekanan yang terlalu berlebihan sehingga bawahan merasa terbebani. Tentunya hal ini dapat memunculkan sikap arogansi antara atasan dengan bawahan, sehingga bawahan merasa terintimidasi. Dan akhirnya komunikasi yang terjadi antara atasan dengan bawahan tidak harmonis." Itulah ucapan yang ku sampaikan kepada teman-teman kantor, ketika mereka mengetahui jika laporan yang telah ku kerjakan akhirnya mendapat pujian dari Pak Romi, Bos perusahaan kami.
Waktu pun terus berlalu hingga akhirnya aku memutuskan untuk segera resign dari perusahaan. Penyebabnya yaitu, Pak Romi meminta semua karyawan berada di dalam ruang meeting. Satu per satu diminta untuk mengerjakan perintahnya tanpa ada yang membantah.Â
"Saya ingin pekerjaan ini selesai dalam tiga hari. Tidak ada yang membantah, jika tidak suka silakan untuk mengajukan permohonan resign dari perusahaan ini, paham semua." Itulah ucapan yang disampaikan Pak Romi yang aku ingat, saat berada di dalam ruangan meeting. Sebagian besar karyawan merasa tak sanggup bekerja dengan beban tugas yang terlalu berat, sehingga ada yang dirawat di rumah sakit.
Deadline yang diberikan Pak Romi kepada sebagian besar karyawan tidak seluruhnya dapat terselesaikan dengan baik. Aku lebih awal menyerahkan tugas kepada Pak Romi. Dengan keberanian aku berusaha mengungkapkan perasaanku yang selama ini tersimpan di dada.Â
"Saya tahu, Bapak pemilik dari perusahaan ini. Semua karyawan Bapak harus tunduk dan patuh pada perintah. Tetapi Bapak juga harus memahami keadaan dan kondisi fisik karyawan di perusahaan ini. Tidak semua memiliki daya tahan tubuh yang sama. Apalagi waktu yang diberikan untuk menyelesaikan pekerjaan terlalu sempit. Sedangkan keluarga kami juga punya hak untuk mendapatkan perhatian dan diperhatikan.Â
Sebenarnya, saya tidak ingin menyampaikan semua ini di hadapan Bapak dan teman-teman yang lainnya. Saya ingin Bapak sebagai Bos di perusahaan ini, dapat lebih menghargai kerja keras yang telah kami lakukan selama ini. Tidak ada lagi tindakan intimidasi maupun arogansi di perusahaan ini. Satu lagi yang ingin saya katakan, Bos, mohon maaf mulai hari ini saya resign." Aku pun segera meninggalkan ruangan meeting, semua terdiam tertunduk seakan hening.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H