Mohon tunggu...
Ali Arief
Ali Arief Mohon Tunggu... Seniman - Seniman

Saya berasal dari Kota Medan...berkarya dan berkreativitas dibutuhkan kemauan dan keyakinan untuk tetap konsisten di jalur kejujuran dan kebenaran...tetap belajar memperbaiki diri...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

"Bos, Mohon Maaf Saya Resign"

31 Maret 2021   22:04 Diperbarui: 31 Maret 2021   23:39 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku mulai muak melihat kelakuan bos baru yang menggantikan bos lama di kantor. Seperti keluar dari kandang macan dan akhirnya masuk ke kandang serigala, kondisi tempatku bekerja saat ini. 

"Kita seperti sapi perahan diperlakukan oleh Pak Romi, bos baru di perusahaan ini. Saya tidak akan bekerja lebih dari waktu yang telah ditetapkan. Tidak ada perasaan dan perhatian sedikit pun akan kondisi yang terjadi saat ini. Di saat pandemi seperti ini kita harus bekerja lebih dari jadwal yang telah ditentukan. Seharusnya sebagai atasan, Pak Romi lebih memerhatikan kondisi kesehatan karyawannya dibandingkan profit perusahaan." Gumamku di depan karyawan yang lain di ruangan tempat istirahat makan siang.

"Ya, saya juga merasakan hal yang sama akan kebijakan dari Pak Romi yang telah mengorbankan orang lain. Padahal saat sekarang ini pandemi masih terus menghantui, bahkan tetangga saya dua hari yang lalu dalam kondisi kritis karena terlalu lelah bekerja. Tetapi saya juga tidak dapat berbuat banyak, saya harus menafkahi keluarga. Jika harus mencari pekerjaan yang lain di masa pandemi tentunya sangat sulit, suka atau tidak suka saya harus tetap bertahan di perusahaan ini." Celoteh Rafli, teman sekantorku yang merasakan kebijakan bos di perusahaan tempatku bekerja tidak masuk akal. 

Aku pun memandang ke arah teman-teman kantor lainnya, ada yang menundukkan kepalanya, ada yang pasrah dengan keadaan, dan ada juga yang seolah-olah tidak peduli dengan apa yang terjadi dengan Pak Romi, pemilik sekaligus bos perusahaan.

Selesai jam makan siang, kami kembali menuju ke tempat bekerja masing-masing. Tiba-tiba Pak Romi memanggilku untuk segera masuk ke ruangannya. Ada perasaan gelisah dan sedikit khawatir bersarang di hatiku. Aku berusaha untuk tetap tenang menghadapi perkataan beliau nantinya. Perlahan-lahan ku ketuk pintu ruangan Pak Romi, dan beliau menyuruhku untuk duduk di hadapannya. 

"Mohon maaf Pak, apakah ada yang harus saya kerjakan sehingga Bapak memanggil saya tadi?" Meskipun sedikit gugup, aku berusaha tetap tenang di hadapan Pak Romi. 

"Begini Rio, setelah saya mengamati kinerja kamu selama ini, maka saya akan memberikan tugas untuk kamu membuat laporan yang harus diselesaikan dalam waktu dua hari. Saya yakin, kamu dapat segera mengerjakannya. Dari seluruh karyawan di perusahaan ini, kamu yang saya anggap dapat diandalkan dibandingkan dengan yang lain." Sontak, aku merasa semakin tidak mampu berkata apa-apa ketika Pak Romi memberikan data-data laporan yang harus kuselesaikan secepatnya.

Aku pun membawa berkas laporan yang harus kuselesaikan dalam dua hari ini dari ruangan Pak Romi. Dengan perasaan yang bercampur aduk, aku berusaha membawa lembaran berkas laporan ke ruangan kerja. 

"Kurang ajar Si Bos, dikiranya aku robot, dalam dua hari harus menyelesaikan pekerjaan ini. Aku tak ada semangat lagi untuk bekerja jika harus secara terus menerus mengikuti keinginan Si Bos. Suatu saat, aku akan mengajukan resign agar Pak Romi dapat menghargai orang lain. Beliau tidak harus memberikan perintah semaunya kepada bawahannya. Beliau juga harus memahami kondisi dan keadaan yang sedang terjadi saat ini. Jangan sampai dikarenakan tugas dan tanggungjawab yang harus diselesaikan, bawahannya menjadi korban." Sambil mengerjakan tugas yang diberikan, aku terus berbicara sendiri dengan perasaan kesal. 

"Alhamdulillah, akhirnya tugas dari Pak Romi telah ku selesaikan semuanya. Meskipun aku tahu sikap Pak Romi sebagai atasan kurang baik, tetapi mengapa beliau selalu menyuruhku untuk menyelesaikan laporan ini. Padahal rekan-rekan sekantorku juga masih ada yang dapat diandalkan. Aku seperti dijadikan robot saja oleh Pak Romi. Yah, setelah ini pekerjaan apapun yang diberikan Si Bos akan ku tolak." Ucapku sambil merapikan tugas laporan dari Pak Romi yang telah ku selesaikan.

Dua hari kemudian, aku menemui Pak Romi di dalam ruang kerjanya sambil menyerahkan tugas laporan yang diperintahkannya. 

"Assalamualaikum, selamat pagi Pak. Saya ingin menyerahkan semua tugas laporan yang Bapak perintahkan kepada saya. Mohon Bapak periksa kembali, apakah masih ada yang harus saya perbaiki lagi." Sambil terus mengamati setiap lembarnya, Pak Romi seakan mengangguk-angguk seperti merasa puas dengan semua yang telah aku kerjakan. 

"Kamu memang karyawan yang dapat saya andalkan. Dalam dua hari kamu mampu menyelesaikan semuanya dengan ketelitian. Saya sangat bangga denganmu Rio, kamu selalu mengikuti perintah atasan dengan baik tanpa merasa terbebani. Terima kasih atas semua yang telah kamu berikan selama ini." Pak Romi memberikan pujian atas hasil kerjaku.

Sebenarnya aku bukan tipe orang yang haus akan sanjungan dan pujian. 

"Aku memiliki prinsip hidup di dalam bekerja, tetap semaksimal mungkin untuk memberikan hasil terbaik. Hanya hal yang tidak aku suka di dalam bekerja yaitu tindakan sewenang-wenang dari seorang atasan terhadap bawahannya. Selalu memberi tekanan yang terlalu berlebihan sehingga bawahan merasa terbebani. Tentunya hal ini dapat memunculkan sikap arogansi antara atasan dengan bawahan, sehingga bawahan merasa terintimidasi. Dan akhirnya komunikasi yang terjadi antara atasan dengan bawahan tidak harmonis." Itulah ucapan yang ku sampaikan kepada teman-teman kantor, ketika mereka mengetahui jika laporan yang telah ku kerjakan akhirnya mendapat pujian dari Pak Romi, Bos perusahaan kami.

Waktu pun terus berlalu hingga akhirnya aku memutuskan untuk segera resign dari perusahaan. Penyebabnya yaitu, Pak Romi meminta semua karyawan berada di dalam ruang meeting. Satu per satu diminta untuk mengerjakan perintahnya tanpa ada yang membantah. 

"Saya ingin pekerjaan ini selesai dalam tiga hari. Tidak ada yang membantah, jika tidak suka silakan untuk mengajukan permohonan resign dari perusahaan ini, paham semua." Itulah ucapan yang disampaikan Pak Romi yang aku ingat, saat berada di dalam ruangan meeting. Sebagian besar karyawan merasa tak sanggup bekerja dengan beban tugas yang terlalu berat, sehingga ada yang dirawat di rumah sakit.

Deadline yang diberikan Pak Romi kepada sebagian besar karyawan tidak seluruhnya dapat terselesaikan dengan baik. Aku lebih awal menyerahkan tugas kepada Pak Romi. Dengan keberanian aku berusaha mengungkapkan perasaanku yang selama ini tersimpan di dada. 

"Saya tahu, Bapak pemilik dari perusahaan ini. Semua karyawan Bapak harus tunduk dan patuh pada perintah. Tetapi Bapak juga harus memahami keadaan dan kondisi fisik karyawan di perusahaan ini. Tidak semua memiliki daya tahan tubuh yang sama. Apalagi waktu yang diberikan untuk menyelesaikan pekerjaan terlalu sempit. Sedangkan keluarga kami juga punya hak untuk mendapatkan perhatian dan diperhatikan. 

Sebenarnya, saya tidak ingin menyampaikan semua ini di hadapan Bapak dan teman-teman yang lainnya. Saya ingin Bapak sebagai Bos di perusahaan ini, dapat lebih menghargai kerja keras yang telah kami lakukan selama ini. Tidak ada lagi tindakan intimidasi maupun arogansi di perusahaan ini. Satu lagi yang ingin saya katakan, Bos, mohon maaf mulai hari ini saya resign." Aku pun segera meninggalkan ruangan meeting, semua terdiam tertunduk seakan hening.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun