Mohon tunggu...
Ali Arief
Ali Arief Mohon Tunggu... Seniman - Seniman

Saya berasal dari Kota Medan...berkarya dan berkreativitas dibutuhkan kemauan dan keyakinan untuk tetap konsisten di jalur kejujuran dan kebenaran...tetap belajar memperbaiki diri...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pohon Kamboja di Sisi Kembang Kantil Komariah

20 Desember 2020   10:04 Diperbarui: 20 Desember 2020   11:06 2024
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Gambar: Aura.co.id)

Siapa yang tidak berdiri bulu kuduknya mencium aroma bunga kantil, ketika melintas di depan rumah Komariah. Perempuan berparas ayu, berkulit kuning langsat yang selalu duduk sambil tersenyum menyendiri dengan pandangan kosong menatap ke arah pohon kamboja. 

Komariah dikenal sebagai seorang gadis yang baik, namun harus menerima nasib buruk yang kini sedang menimpanya. Ia dianggap gila karena selalu berbicara sendiri dan terkadang menangis ketika memandang pohon kamboja dan kembang kantil di depan pekarangan rumahnya. 

"Sungguh kasihan nasib Komariah, sejak ayah dan ibunya meninggal dunia ia harus menderita. Entah siapa yang begitu tega membuatnya seperti ini, selalu tersenyum dan menatap ke arah pohon kamboja itu." Ungkap seorang perempuan tua, tetangga Komariah yang sejak dari tadi memerhatikan gadis ayu tersebut.

"Ayah-ibu, begitu cepat kalian meninggalkanku sendiri di rumah ini hingga sekarang aku harus merasakan kepedihan hati. Mereka telah membuatku begini, aku seperti tidak ada gairah lagi untuk melanjutkan hidup ini. Sepertinya semua orang menjauhiku, mereka menganggap jika aku sudah tidak waras. Aku ingin ayah dan ibu menjemputku." Sambil menatap ke arah pohon kamboja, Komariah berbicara sendiri seperti orang yang mengalami depresi berat karena kepergian kedua orang tuanya untuk selama-lamanya. 

"Lihatlah, Komariah berbicara sendiri seakan melihat ayah-ibunya di pohon kamboja dan kembang kantil itu. Ia seolah-olah tidak mengalami gangguan jiwa, dan apa yang diucapkannya seperti curahan hatinya kepada kedua orang tuanya." Bu Ratna, tetangga Komariah mendengar gadis itu berbicara dengan menatap pohon kamboja dan kembang kantil, seakan-akan mengobrol dengan ayah-ibunya yang telah tiada.

"Ya, saya sangat sedih melihat gadis itu. Dahulu, ketika ayah dan ibunya masih hidup, Komariah sangat ramah, baik, dan tidak sombong. Banyak lelaki yang tertarik padanya. Bahkan dirinya merupakan satu di antara kembang desa yang sangat disukai para pemuda di desa ini. Yah mungkin ada pemuda yang merasa cintanya ditolak oleh Komariah sehingga melakukan jalan pintas dengan cara perdukunan. Namun salah sasaran sehingga kedua orang tua Komariah yang menjadi tumbalnya. Sungguh sangat miris melihat kondisi Komariah. Wajar saja, Komariah menjadi merasa bersalah atas kejadian yang menyebabkan kedua orang tuanya meninggal dunia." Bu Sugandi juga memberikan penjelasan kepada Ibu Ratna yang turut prihatin melihat keadaan Komariah saat ini.

Komariah melihat orang-orang di sekelilingnya beranggapan, jika dirinya mengalami gangguan kejiwaan setelah kedua orang tuanya meninggal dunia. Padahal Komariah ingin hidup normal, tidak dijadikan sebagai bahan olok-olokan dan dianggap sebagai orang gila. 

Makanya, ketika ia menatap pohon kamboja dan kembang kantil yang berada di sudut depan pekarangan rumahnya, sebagian orang melihat Komariah berbicara sendiri seperti ada kehidupan lain yang hadir bersama dengannya. 

"Coba kamu perhatikan, Komariah terus berbicara di depan pohon kamboja dan kembang kantil itu. Bagaimana pun juga, Komariah sudah seperti penghuni yang berada di rumah sakit jiwa saja, hahaha." Seorang perempuan berusia dua puluh lima tahun bersama temannya melihat Komariah yang sedang berbicara meluapkan perasaannya kepada pohon kamboja dan kembang kantil tersebut. 

"Benar, aku pun setuju kiranya Komariah sudah mengalami gangguan kejiwaan. Tidak mungkin jika Komariah sehat mentalnya, ia berbicara sendiri dan terkadang menangis tanpa tahu penyebabnya." Kedua perempuan tersebut berlalu dan meninggalkan Komariah sendirian.

Hampir satu tahun berlalu Komariah hidup dengan kesendirian dengan kondisi tubuhnya sedikit kurus. Tetangga yang masih merasa peduli dengan kondisinya pun, tidak tahu harus berbuat apa. 

Hal aneh yang dirasakan tetangga Komariah ketika melintas di depan rumahnya yaitu aroma kembang kantil yang sangat menyengat setiap malam sekitar pukul 22:30 wib. Aroma kembang kantil tercium hingga radius 500 meter dari rumah Komariah.

Para tetangga di sekitar rumah Komariah sedikit merasakan keanehan saat melintasi rumahnya. Bahkan terkadang Komariah seperti melihat sosok orang-orang yang dicintainya, hadir dan berada di tengah-tengah dirinya. Ia seakan bercengkerama di depan teras, tanpa mempedulikan orang lain yang melihat keanehan dirinya.

"Saya melihat Komariah duduk di depan teras sambil bercengkerama dengan orang-orang terdekatnya. Ia seperti berbicara dengan kedua orang tuanya yang telah tiada. Saya sampai tidak percaya ketika melihat Komariah seakan memeluk tubuh kedua orang tuanya." Seorang pemuda desa menyampaikan hal tersebut saat diadakan pos kamling di sekitar balai desa tidak jauh jaraknya dari rumah Komariah. 

"Kok perasaanku jadinya tidak enak ya, Komariah dapat berbicara dengan makhluk astral yang mirip dengan kedua orang tuanya yang telah meninggal dunia. Kita harus melakukan sesuatu untuk menyembuhkan dan mengusir makhluk astral itu dari tubuh dan sekitar rumah Komariah." Ucap pemuda bernama Hendra kepada Gading yang bertugas menjaga keamanan kampung dengan sedikit gugup.

Kedua pemuda tersebut berniat menyampaikan kejadian yang telah mereka lihat pada malam bertugas di poskamling, dengan terlebih dahulu melakukan kesepakatan melalui aparatur desa untuk merukyah Komariah. Apabila dibiarkan berlarut-larut, mereka khawatir kondisi dan perilaku Komariah akan semakin aneh. Bahkan aroma kembang kantil yang terdapat di pekarangan rumah Komariah, akan dianggap sesuatu yang mistik nantinya. 

"Sebaiknya kita harus secepatnya melakukan tindakan rukyah, kasihan Komariah jika terus merasakan hal yang di luar jalur nalar kita. Berbicara dan memeluk makhluk yang bukan berasal dari alam nyata. Komariah harus ikhlas menerima kenyataan, ayah dan ibunya memang sudah tiada. Jangan sampai, Komariah tersesat oleh para jin yang bersemayam di sekitar rumahnya." Ungkap Hendra yang mengusulkan agar dilakukan rukyah kepada Komariah. Beberapa orang yang hadir sepakat akan usulan yang disampaikan oleh Hendra, dengan harapan Komariah menjadi kembali ceria, seperti ia masih bersama kedua orang tuanya dahulu. 

"Apa yang ingin kalian lakukan di rumahku, aku tidak gila, aku tidak gila." Bentak Komariah, ketika sekelompok warga datang bersama seorang perukyah. Sambil menyampaikan maksud dan tujuan kedatangannya ke rumah Komariah, aparatur desa dengan beberapa warga melakukan rukyah pada Komariah. 

Tidak berapa lama, suara-suara aneh keluar dari mulut Komariah. Ia meraung-raung dan menjerit kesakitan sesaat setelah dilakukan rukyah. Tatapan tajam Komariah dan tangan yang menunjuk ke arah kembang kantil juga pohon kamboja, seketika membuat bulu kuduk yang melihat kejadian tersebut serasa berdiri. Semua menyaksikan hal yang aneh, ketika perukyah menemukan segumpal tanah dibungkus kain dan beberapa paku di dalamnya saat menggali tanah.

Tiba-tiba Komariah jatuh dan pingsan saat bungkusan kain putih berisi tanah dibuka dengan beberapa paku di dalamnya. "Inilah penyebabnya, mengapa Komariah sering menatap dan berbicara ke arah kembang kantil dan pohon komariah itu. Ini adalah pekerjaan orang yang berteman dengan jin dan setan. Makhluk itu selalu ingin menyesatkan manusia ke jalan yang dimurkai Allah. Semoga dengan kita perkuat keimanan dan keyakinan kepada Allah, kita dapat terhindar dari kesesatan dan bujuk rayu setan." Ucap perukyah yang terus melafalkan ayat-ayat suci alquran sebagai bacaan rukyah agar Komariah kembali seperti sediakala. 

Akhirnya Komariah pun tersadar dan seperti terbangun dari mimpi buruknya. Satu per satu warga tersenyum dan sebagian ibu-ibu yang ikut larut dalam tangisan haru. Kembang kantil di sisi pohon kamboja Komariah tidak lagi menampilkan aura mistis. Pohon kamboja dan kembang kantil hanya tercium harum ketika Komariah duduk tersenyum di depan teras rumahnya, sambil menyapa warga yang melintas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun