Mohon tunggu...
Ali Arief
Ali Arief Mohon Tunggu... Seniman - Seniman

Saya berasal dari Kota Medan...berkarya dan berkreativitas dibutuhkan kemauan dan keyakinan untuk tetap konsisten di jalur kejujuran dan kebenaran...tetap belajar memperbaiki diri...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Air Susu Tertumpah Air Tuba

31 Desember 2019   16:32 Diperbarui: 31 Desember 2019   16:45 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah aku menenangkan diri, masing-masing kami menceritakan penyebab mengapa sampai dititipkan di panti jompo ini. Aku mendengarkan secara saksama cerita kedua perempuan tua yang kini menjadi teman bagiku. Sungguh miris nasib Mak Ijah, anaknya tewas saat kembali dari mengantarkannya ke panti jompo. Bagiku cerita Mak Ijah menjadi bukti bahwa Sang Pemilik Raga tidak meridhai anak-anak yang tidak berbakti kepada orangtuanya.

Sedangkan Nek Ifah, harus menikmati masa tuanya tanpa perhatian anak-anaknya sehingga tidak ada waktu untuk mengurus dirinya. Akhirnya panti jompolah tempat mengisi masa tuanya. Ketika aku menceritakan penyebab hingga sampai ke panti jompo ini, kedua perempuan tua itu pun kembali menenangkan diriku. Mereka berusaha untuk menguatkan hatiku dan tetap tegar menghadapi cobaan ini.

Aku pun melalui hari-hariku di panti jompo ini. Bertahun-tahun aku berada di panti jompo ini hingga usiaku semakin renta. Aku mendengar kabar anak dan menantuku kini berada di rumah sakit jiwa. Mereka harus memetik perbuatan yang telah mereka lakukan padaku. Menantu dan anak laki-lakiku harus kehilangan kedua putranya karena tenggelam di danau ketika sedang berliburan. Mereka depresi sehingga harus berada di tempat yang lebih rendah dari tempatku dititipkan.

Aku hanya merasa sedih mendengar kondisi anak dan menantuku saat ini. Walaupun yang mereka telah lakukan kepada diriku tidak menjadikan aku manusia pendendam. Aku akan tetap memaafkan kesalahan dan kekhilafan mereka, sekalipun air susu tertumpah oleh air tuba.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun