Mohon tunggu...
Aliansi Remaja Independen
Aliansi Remaja Independen Mohon Tunggu... -

Aliansi Remaja Independen (ARI) adalah organisasi remaja usia 10 -24 tahun yang bekerja di isu Kesehatan Seksual dan Reproduksi, Pendidikan dan Ketenagakerjaan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Agama, Ekstrimisme dan Remaja

24 September 2018   13:08 Diperbarui: 25 September 2018   08:32 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebaliknya kalau percaya apa yang sains buktikan, cenderung tidak percaya agama. Padahal tidak harus seperti itu. Kita bisa percaya dengan agama dan sains sehingga progresif. Contoh kasus adalah teori evolusi. 

Ratusan tahun sebelum Charles Darwin, cendekiawan muslim Ibnu Khaldun, Ibnu Miskawaih dan Alfarabi melakukan penelitian dan menyatakan "Kemungkinan besar, manusia terjadi dari semacam proses evolusi".

Dulu orang beragama dan progresif secara pemikiran. Mengapa demikian, di Alquran ketika ditelisik penciptaan manusia dulakukan tiga kali; dibuat dengan bahan tanah yang berarti mineral, bahan nya disempurnakan yang berarti ada proses, dan dihembuskan nyawa oleh Allah SWT.

Poin nya adalah menjadi orang beragama, harus nya membuat kita menjadi orang yang lebih baik apapun agama kita. Bukan membuat orang merasa paling benar. Karena ketika kita merasa paling benar, kita cenderung mengoreksi yang menurut kita salah, dan ketika kita mengoreksi yang menurut kita salah, di situlah terjadi perpecahan. Salah satu masalah terbesar manusia adalah ketika dia merasa paling benar dimana dia akan merasa boleh melakukan segalanya kepada yang menurut dia salah.

Kemudian yang terakhir adalah remaja. Bagi saya selain bonus demografi yang sedang dialami oleh Indonesia remaja juga menjadi sasaran untuk mempengaruhi menjadi pribadi yang radikal sehingga dapat menjadi ekstrimisme. Hal itu dikarenakan kondisi remaja yang masih bertumbuh dan berkembang; masih membutuhkan banyak ilmu untuk membuat dirinya cerdas. 

Belum selesai dengan ilmu, remaja dihadapkan dengan rea teknologi yang menjadikan diri nya dapat mengakses segala hal secara instan sehingga jangkauan remaja dalam suatu hal bias saja sangat lah dangkal (Hanya di permukaan) sehingga membuat remaja tak dapat menghindari sikap ekstrimisme terhadap suatu persoalan. Untuk itu perlu ada satu rencana konkrit untuk mrngatasi persoalan remaja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun