Probolinggo - Bahtsul Masa'il, yang menjadi agenda rutin Forum Komunikasi Pondok Pesantren Putri Se-Probolinggo (FKP3_PRO), kembali digelar pada Rabu (27/12). Bertempat di Aula Rushaifah P5 Pesantren Zainul Hasan Genggong, kegiatan ini diikuti oleh 70 santriwati dan berlangsung sejak pagi hingga sore hari. Forum ini bertujuan mempererat komunikasi antarpesantren putri sekaligus membahas isu-isu strategis yang dihadapi dunia pesantren di era modern.
Acara ini menghadirkan KH Mohammad Amin sebagai mushoshih atau pembimbing utama, dengan Nun Ramadhani Cakra Dirgananda dari keluarga besar Pesantren Zainul Hasan Genggong sebagai salah satu perumus kegiatan Bahtsul Masa'il. Pria yang akrab disapa Nun Jordan mengungkapkan, saat dikonfirmasi lewat chat WhatsApp pada Kamis (28/12), bahwa FKP3_PRO merupakan wadah penting untuk menjaga silaturahmi sekaligus menyusun strategi bersama dalam menghadapi tantangan global.
“Forum ini adalah ruang diskusi bagi pesantren putri untuk saling berbagi pengalaman, menyatukan visi, dan menciptakan program-program kolaboratif yang berdampak nyata bagi masyarakat,” jelas Nun Jordan.
Diskusi Mendalam tentang Isu Strategis
Dalam forum kali ini, peserta yang terdiri dari pengasuh, pengajar, hingga santri membahas beberapa isu utama. Kajian kitab Fathul Qorib menjadi salah satu agenda, diikuti dengan Bahtsul Masail yang menyoroti permasalahan-permasalahan aktual di masyarakat.
Beberapa topik yang menjadi perhatian meliputi:
1. Peningkatan Kualitas Pendidikan
Pesantren putri didorong untuk mengadopsi metode pengajaran yang inovatif tanpa mengesampingkan nilai-nilai tradisional.
2. Peran Perempuan dalam Islam
Diskusi juga mengangkat isu pemberdayaan perempuan sebagai salah satu cara pesantren berkontribusi dalam masyarakat.
3. Tantangan Globalisasi
Pesantren dihadapkan pada dilema antara mempertahankan identitas keislaman dengan kebutuhan beradaptasi pada modernisasi.
“Diskusi ini adalah upaya menyelaraskan nilai-nilai keislaman dengan realitas zaman,” kata Nun Jordan.
Hasil dan Harapan ke Depan
Bahtsul Masa'il kali ini menghasilkan sejumlah kesimpulan. Salah satunya adalah pentingnya memperkuat jejaring antarpondok pesantren untuk menciptakan sinergi yang lebih solid. Selain itu, forum ini juga mendorong pesantren putri untuk mengambil peran lebih besar dalam pemberdayaan perempuan.
"Kita ingin pesantren putri tidak hanya menjadi pusat pendidikan agama, tetapi juga agen perubahan sosial," ungkap Nun Jordan.
Diharapkan forum ini mampu melahirkan program-program inovatif yang meningkatkan kualitas pendidikan spiritual dan intelektual di pesantren. Selain itu, pesantren putri di Probolinggo juga diharapkan dapat menjadi pelopor dalam pemberdayaan masyarakat, khususnya perempuan.
"Kolaborasi adalah kunci. Dengan sinergi yang kuat, pesantren akan semakin berdaya menghadapi tantangan global," tutup Nun Jordan.
Forum FKP3_PRO kali ini menegaskan komitmen pesantren putri untuk terus relevan dan memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat. Di tengah arus modernisasi, pesantren tetap menjadi pilar penting dalam menjaga nilai-nilai moral dan keislaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H