Mohon tunggu...
Ali Anshori
Ali Anshori Mohon Tunggu... Freelancer - Ali anshori

Bekerja apa saja yang penting halal. Hobi olahraga dan menulis tentunya

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Jamilah

29 Januari 2023   14:30 Diperbarui: 29 Januari 2023   14:53 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Aku sudah bosan saat ada orang yang bertanya soal jodoh. "Kapan nikah, sudah berumur kok belum nikah" aku hanya menjawab "doakan saja semoga segera dapat jodoh yang baik"

Apalagi kalau sudah lebaran, saat bertemu dengan orang-orang tua, hal yang paling kuhindari adalah pertanyaan itu. "Mana patnernya kok masih sendiri saja"

Belum lagi kalau saat menghadiri undangan pernikahan, pertanyaan itu pasti akan selalu aku dapatkan. Bahkan terkadang diiringi dengan sindiran yang monohok sampai ke dada.

"Anak muridmu sudah menikah, masak Bu gurunya belum" jleb... Sampai ke dalam dada. Tapi apa boleh buat, karena sampai saat inipun aku belum mendapatkan jodoh yang pas.

"Kamu sih terlalu banyak memilih, sebenarnya banyak kok laki-laki yang suka sama kamu. Tapi kamunya saja yang tidak mau" hmmmm lagi-lagi dan lagi.

Kenapa sih ketika seseorang yang usianya sudah matang dan belum menikah itu selalu menjadi bahan nyinyiran?

Mencari pendamping hidup itu tidak semudah membalikan telapak tangan, kalau bisa sekali seumur hidup. Kalau dibilang milih, siapa sih yang tidak mau memilih, sebab dia yang akan menjadi imamku, dia yang harus membimbingku, dia yang akan membawaku.

Kita semua sudah tahu bukan, berapa banyak pasangan muda yang menikah namun akhirnya kandas di tengah jalan. Menikah itu bukan hanya menyatukan antara laki2 dan perempuan, namun juga menyatukan dua keluarga.

Jamilah adalah sarjana pendidikan, dia lulusan salah satu perguruan tinggi di Kota. Dia merupakan aktivis dakwah, wajahnya cantik, kulitnya sawo matang. Tubuhnya tinggi, dia juga menggunakan hijab panjang. Dia merupakan calon istri idaman, dan insya Allah Soleha. Laki-laki yang mendapatkannya pasti sangat beruntung. Selain aktivis dakwah Jamilah juga mengajar di sekolah Islam.

Dia tinggal di sebuah desa, bernama Sucen, desa ini sangat asri, memiliki pemandangan yang begitu indah. Dari kejauhan terlihat gunung menjulang tinggi, di bawahnya hamparan sawah yang luas, di antara sawah ada sungai kecil dengan air yang sangat jernih, sungai itu menjadi pengairan sawah di desa itu. Tidak hanya sawah Sucen juga dikenal dengan area perikanannya. Bisa dikatakan desa ini cukup subur, tak heran jika perekonomian masyarakat di sana cukup baik. Desanyapun sudah cukup maju, internet juga sudah masuk. Ah begitu indah, apalagi kalau menjelang matahari tenggelam, kita seperti menyaksikan lukisan Alam ciptaan Allah.

Jamilah, terkadang juga ikut ke sawah untuk membantu orang tuanya memanen padi. Terkadang dia juga ikut membantu kedua orangtuanya memanen ikan. Dia tidak memilih-milih pekerjaan, mungkin karena sering terpapar matahari, kulit Jamilah menjadi agak gelap. Apalagi dia tipe-tipe cewek yang tidak suka berdandan, namun demikian dia tetap terlihat anggun, apalagi kalau menggunakan jilbab panjang. Dia begitu manis, hidungnya tidak terlalu mancung namun terlihat begitu indah, apalagi saat tersenyum, gigi ginsulnya melengkapi keanggunan wajahnya.

***

Sebenarnya dia pernah dekat dengan seorang lelaki di kampungnya. Bernama Mustain, dia cukup tampan untuk ukuran pemuda di desa, tinggi badannya mencapai 170 cm, kulinta putih, bola matanya kecoklatan, rambutnya ikal dan tebal. Mustain merupakan anak petani di kampungnya. Namun lahan pertanian orangtuanya sangat luas. Kebun karetnya juga sangat banyak, belum lagi kebun sawitnya. Jadi meski petani orangtuanya hidup berkecukupan. Apalagi Mustain juga sudah bekerja sebagai staf desa.

Jamilah sudah merasa nyaman dengan lelaki tersebut, komunikasi via WhatsApp juga sudah berjalan seperti layaknya kekasih. Namun seiring berjalannya waktu, ternyata Mustain hanya memberi harapan palsu. Ini yang membuat Jamilah merasa kecewa. Tak menyangka lelaki yang begitu dia idam-idamkan tak serius seperti yang diharapkan.

Hari berganti hari, Jamilahpun berusaha untuk menjauhi lelaki itu. Meskipun sangat sulit, dalam lamunannya dia selalu membayangkan wajah Mustain, saat memberikan perhatian dan selalu mengingatkan sholat saat waktu sudah tiba. Dia tipe pria yang romantis, dan suka memberi kejutan. Seperti pada saat ulang tahunnya ke 25, Mustain membelikannya boneka berwarna coklat warna kesukaan Jamilah. Meski harganya tidak seberapa namun perhatian itu begitu membekas di hati Jamilah "Ah sudahlah" Jamilah berusaha melupakan dengan sekuat jiwa dan raga, meski dalam hatinya menangis melihat kenyataan yang terjadi.

Beberapa bulan telah berlalu, tiba-tiba Mustain tersebut kembali menghubunginya, menanyakan kabar. Seolah memberi harapan apalagi disaat Jamilah sedang butuh perhatian. Hati  Jamilah kembali goyah, akhirnya komunikasi via WhatsApp kembali terjadi.

Ya meski dia satu kampung dan rumahnya tidak terlalu jauh, dia jarang sekali bertemu. Sebab Jamilah sangat menjaga terjadinya hubungan terlarang, apalagi dia merupakan aktivis dakwah. Jamilah sejak kecil sekolah di sekolah agama, mulai dari madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, kemudian dia juga masuk Madrasah Aliyah di Pesantren kota itu, setelah itu barulah dia melanjutkan kuliah di Universitas Agama Islam pula.

 Jamilah hanya sesekali bertemu saat kajian, itupun hanya memandang dari jarak beberapa meter, dia tidak berani menatap lama-lama

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun